🍃 73 - Ayo Nikah!

984 195 88
                                    

73 - Ayo Nikah!


Sepulang dari kantor yang Aresh dapati adalah keadaan rumah yang begitu sunyi. Ia tak melihat keberadaan adiknya di manapun. Memilih segera membersihkan tubuh adalah pilihannya saat ini sebelum ia melihat pintu kamar Ardan yang sedikit terbuka namun ruangannya gelap tanpa cahaya.

"Ardan?" Kangmas memanggil pelan. Perlahan mendorong pintu kamar lalu meraba dinding untuk menyalakan lampu.

Hal pertama yang ia lihat adalah tubuh Ardan yang duduk memeluk lutut di samping ranjang. Aresh sampai dibuat terkejut karenanya, ia segera mendekat untuk melihat keadaan sang adik.

Ada nyeri di ulu hati saat melihat wajah kacau Ardan dengan mata merah dan tatapan kosongnya.

"Kamu kenapa?"

Ardan menoleh ke arah kangmas namun tetap memilih bungkam tanpa suara. Hingga akhirnya Aresh menariknya ke dalam pelukan barulah isak tangis itu terdengar. Dan Aresh bersumpah ia tidak akan membiarkan siapapun yang sudah membuat adiknya kacau, hidup dengan tenang.

"Kamu kenapa? Cerita sama mas, ya?"

______________

Setelah insiden ciuman dadakan hari senin kemarin, bukannya semakin dekat, hubungan Haekal dan Ayen malah semakin canggung.

Saat tak sengaja berpapasan di koridor pun mereka malah buang muka tak ingin menatap satu sama lain berbanding terbalik dengan Renjun yang semakin lengket dengan Ayen.

"Hari ini jadi mantai 'kan?" tanya koko manis itu saat mereka duduk di salah satu meja kantin. Ada Jihan dan Mia di sebelah mereka.

"Jadi dong, kita mau foto ala-ala pecinta senja 'kan?" sahut Mia. Renjun terkekeh lalu mengangguk. "Aku ajak si Jeno boleh gak? Dia udah lama ngajakin mantai tapi akunya males."

"Kalau mau pacaran ya misah agenda lah! Gue gak mau ya jadi kambing conge lagi!" Ayen berujar sewot.

"Lho, bukannya kita berdua yang bakal jadi kambing conge ngelihatin kalian berdua?"

Renjun dan Ayen saling melempar pandangan lalu tertawa. Menertawakan kalimat konyol Mia. Sebelum akhirnya Jihan buka suara.

"Aku kayanya gak bisa ikut deh, belum izin sama umi."

"Belum izin sama umi atau belum izin sama bang Arkha?" celetuk Ayen tanpa menoleh. Ia sibuk dengan roti isinya tanpa repot-repot melihat wajah merona Jihan.

"Jihan udah jadian sama bang Arkha?" tanya Renjun sedikit kaget. Meski ia tahu Arkha menyukai Jihan tapi ia juga tahu selama ini abah Jaka sangat posesif terhadap putri bungsunya.

"Enggak kok. Kita cuman deket."

"Kejebak friendzone 'kan lo berdua? Kasian banget abang gue." Ayen tidak sadar saja kalau pemuda di hadapannya kini tengah menatapnya lekat.

"Emang apa yang salah dari friendzone?" tanya Renjun pelan.

"Gak ada yang salah sih, cuman--- kaya nyakitin diri sendiri aja. Mencintai hanya dari sebelah pihak sedangkan pihak lainnya enggak. Kayak cinta bertepuk sebelah tangan."

Tiba-tiba Mia yang sedang memakan batagornya melambaikan tangan.
"Haekal? Nyari tempat duduk, ya?"

Ketiga temannya yang juga berada di meja yang sama ikut menoleh ke arah Haekal.

"Eh? Iya," sahut Haekal kikuk. Ia sadar ada Ayen di meja itu.

"Duduk sini aja bareng kita," ajak Mia.

[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang