🍃 21 - Kilas Balik, Arkha dan Matematika

1.1K 212 28
                                    

21 - Kilas Balik
Arkha dan Matematika


5 tahun yang lalu ...

Arkha menoleh ke arah kedua orang tuanya yang masih sibuk mengunyah makanan.

"Mama sama papa nanti jadi jemput 'kan?" tanyanya penuh semangat.

Sana menoleh lalu tersenyum."Tentu dong, sayang." Ia beralih pada si bungsu. "Dede nanti dijemput kak Ardan aja ya pulangnya?"

Ayen yang ditanyai begitu hanya mengangguk.

"Tuh, dede udah dijemput Ardan. Mama sama papa nanti langsung ke tempat kamu sepulang dari kantor. Do your best, Kha! Papa tahu kamu pasti bisa."

Arkha tersenyum lalu mengangguk semangat. "Siap, Pa!"

Mereka kembali melanjutkan makan, mengabaikan tatapan Ardan yang mulai menyendu.

Seperti biasa, sebelum berangkat ke kantor Sana dan Dimas akan mengantar ketiga anaknya sekolah terlebih dahulu.

Sebenarnya Arkha sudah mendapatkan SIM bulan lalu, dan mulai diperbolehkan membawa motor untuk membonceng Ayen karena jarak sekolah mereka yang berdekatan sedangkan Ardan tetap diantar oleh mereka karena sekolahnya sedikit lebih jauh.

Tapi karena hari ini Arkha akan ikut tes penyisihan final untuk mewakili sekolah mengikuti olimpiade matematika, Arkha dan Ayen ikut di mobil papanya. Rencananya pulang nanti dirinya akan dijemput sedangkan dua adiknya akan disuruh naik taksi.

"Aku kapan bisa pakai mobil baruku, Ma?" tanya Ardan.

"Nanti ya sayang, kalau udah dapat SIM kaya bang Arkha," balas Sana. Ia dan sang suami memang menghadiahkan mobil jazz untuk Ardan di ulang tahunnya beberapa bulan lalu.

"Iya, tunggu beberapa bulan lagi ya, Dan," timpal papa. Ardan hanya mengangguk. Kembali mendengarkan celotehan orang tuanya yang kembali sibuk menyemangati Arkha.

"Kak, nanti kalau kakak udah bawa mobil, aku ikut kakak ya?" ucap Ayen yang duduk di sampingnya. Ardan tersenyum, menepuk pucuk kepala adiknya lalu mengangguk.

"Iya, nanti kita naik si Jessy."

"Jessy?"

"Mobilnya kakak namain Jessy, hehe ..." Ardan nyengir lebar buat Ayen ikut terkeleh.

Mobil berhenti di SMA Pelita lalu Arkha turun, tak lupa mencium pipi kedua orang tuanya. Setelah itu mobil kembali melaju, tak lama kembali berhenti di SMP Pelita, sekolah baru adiknya. Ayen turun dengan semangat. Tampaknya adiknya ini begitu bahagia akhirnya bisa menjadi murid SMP. Tak jauh berbeda dengan Arkha, Ayen juga mencium kedua pipi orang tuanya.

Hingga akhirnya tibalah giliran Ardan turun.

SMK Satu Nusa. Sekolah yang Ardan pilih untuk menghabiskan tiga tahun pendidikannya di teknik mesin. Ia tidak sejenius kangmas juga abangnya dalam matematika. Jadi ia memutuskan masuk SMK.

"Gak cium pipi mama dulu sayang?"

Ardan berjengit lalu menggeleng. "Malu, Ma. Ardan 'kan udah gede masa masih cipika cipiki sama mama papanya sih," balasnya malas. Ardan tak tahu kalau ia akan menyesali ucapannya kala itu.

"Ya udah gak papa, anak papa emang laki banget deh!" gurau papanya. Ardan hanya berdecih, mengambil punggung tangan orang tuanya lalu menciumnya bergantian.

"Baik-baik di sekolah ya, Nak?" Sana mengusap rambutnya lembut. Ardan hanya mengangguk sebagai jawaban lalu turun dari mobil.

"Dan!" panggil papanya sesaat sebelum Ardan memasuki gerbang. Ardan berbalik.

[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang