18 - Demi Nomor Jihan
Jihan tengah memasukan buku-bukunya ke dalam tas saat handphonenya bergetar menandakan panggilan masuk.
Nomor tak dikenal terpampang di layar, tadinya hendak ia abaikan setelah panggilan terhenti, namun handphonenya kembali bergetar dengan nomor pemanggil yang sama. Jihan menggeser ikon dial berwarna hijau lalu segera menempelkan benda pipih itu ke telinga.
"Hallo, assalamualaikum?" sapa Jihan.
["Waalaikum salam, Jihan?"] Suara perempuan terdengar dari sebrang sana.
"Iya?"
["Tugas biologi lo udah belum?"]
"Udah, ini siapa?"
["Ini gue Ayen."]
"Oh, kirain siapa, kamu punya nomor dua?"
["Bukan, ini nomor kak Ardan, handphone gue lagi di charge, save aja ya nomornya, kali aja lain kali gue minjem nomor dia buat nelpon lo."]
["Gak ada lain kali, ngapain minjem-minjem handphone gue!"] Suara yang Jihan yakini milik Ardan menginterupsi.
["Berisik lu, Kak!"]
["Ji, fotoin tugas biologi lo, dong, punya gue baru setengah nih."]
"Hah? Kamu mau nyontek?"
["Bukan nyontek, ntar gue fotoin punya gue ke lo, itung-itung kerja sama. Kita temen 'kan?"]
"Iya sih, tapi---"
["Uhuk, aduh gue mau ngerjain tapi lagi gak enak badan."]
Jihan tak enak hati untuk menolak, apa lagi mendengar Ayen yang terbatuk. "Ya udah, nanti aku kirimin fotonya ya?"
["Thank you, Jihan, lo emang calon kakak ipar gue banget deh!"] Jihan melotot kaget mendengarnya. Apa maksudnya calon kakak ipar?
["Bye!"]
Bahkan saat Ayen berpamitan pun Jihan masih mematung, kaget dan bingung.
["Hallo?"] Suara lain menyapa dari sebrang sana.
"Eh, i-iya hallo."
["Udah malam, Jihan, tidur sana."] Suaranya begitu lembut meski nada bicaranya begitu datar.
"I-iya, Kak," jawab Jihan.
["Good night, tupai."]
Jihan menahan senyumnya, membiarkan panggilan terputus tanpa berniat membalas ucapan selamat malam dari Ardan. Menatap layar handphonenya yang masih menampilkan nomor Ardan, Jihan segera menutupi wajahnya yang terasa hangat.
__________________
Mata Ayen memicing saat melihat Karina, si gadis yang tempo hari berkelahi dengannya di toilet tengah berbincang di dekat ruang osis dengan si ketos galak. Dan sesuai dugaan ekspresi Haekal hanya dingin dan datar meski ia tetap menanggapi ucapan lawan bicaranya.
Setelah beberapa saat ia lihat Haekal beranjak, sepertinya hendak masuk kelas, di saat yang bersamaan Jihan tengah berjalan di koridor.
Ayen berdecih saat melihat si ketos galak itu tersenyum menyapa Jihan. Benar-benar kelihatan bucinnya. Dan Ayen jijik.
Ayen segera menghampiri mereka. "Eh ada dewa Yunani!" sapanya sok tengil buat ekspresi Haekal berubah datar. Sementara Jihan hanya memandang bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Keluarga DERREN [ SEGERA TERBIT ]
Fiksi RemajaBangchan Areshta Derren harus kelimpungan mengurus ketiga adik nakalnya. Ia harus berperan sebagai kangmas, ayah sekaligus ibu untuk mereka setelah orang tua mereka meninggal lima tahun lalu. Aresh yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataa...