Battlefield

4.4K 310 199
                                        

Sesuai perintah Hanji yang memaksa mereka untuk mengikuti rencana Eren, orang-orang yang dikepung di restauran tadi, ditahan di dalam penjara, termasuk keluarga Braus, namun Falco sudah tidak bersama mereka. Dia dibawa oleh Floch dan pasukan yang ia pimpin saat mengepung restauran tempat Niccolo bekerja.

“Sasuke… Bukankah kau pergi bersama buntaichou?” Ujar Jean yang sejak tadi resah karena semua orang nampaknya cukup ketakutan. Niccolo dibantu Connie merebus air untuk menyeduh teh hijau yang Sasuke bawa dari desa.

“Hanji pergi bersama bunshinku, jangan khawatir.” Ujar Sasuke santai. Dia duduk termenung sambil memejamkan matanya.

“Kau juga ada di sini, Mikasa, Armin…” Jean mendengus.

“Sasuke, apa yang sebenarnya kau rencanakan? Kau sepertinya tidak jujur pada kami. Apa kau akan mengkhianati kami?” Tanya Connie ragu.

“Mana mungkin, Connie… Lalu, apa kalian tidak mendukung Eren? Apa kalian berencana mengkhianati Eren? Dia menanggung semuanya sendirian demi kalian semua... Mikasa, apa kau mengerti maksud Eren mengatakan hal sekasar itu?”

“Mungkin benar… Aku hanya bergantung pada Eren, aku bisa jadi tak terkendali jika menyangkut apapun tentang Eren. Aku yang hanya selalu mengekor padanya, wajar jika dia membenciku.” Mikasa mengelus syal yang selalu dia kenakan walau cuaca panas.

“Mungkin memang Eren ingin menjauhkan kita darinya, memutus ikatan agar saat dia benar-benar pergi, kalian tidak menyesalinya.” Ujar Sasuke dengan nada sendu.

“Mustahil, hal seperti itu…” Mikasa tidak meneruskan kalimatnya.

“Justru itulah kesalahan terbesarnya… Memutus ikatan yang sudah terjalin dengan erat hanya akan membawa kita pada penyesalan. Aku tanya sekali lagi, apa kalian akan mendukung Eren atau meninggalkan Eren menanggung semuanya sendirian?” Semuanya termenung mendengar pertanyaan Sasuke yang dirasa sangat sulit untuk dijawab.

“Apa sebenarnya tujuan Eren? Apa dia sedang menguji kita? Eliminasi apa yang kau maksud?”

“Sasuke, sekarang aku tidak bisa menggunakan kepalaku untuk berpikir dengan benar…”

“Berarti perkataan Eren ada benarnya. Kau terbawa perasaan karena seorang perempuan… Armin… Apa buku yang Kakashi berikan membuatmu jadi laki-laki melankonis seperti ini?” Sasuke menatap tajam.

“Hah?”

“Aku akan bersyukur jika perubahanmu dipengaruhi buku itu, tapi jika perkataan Eren benar, kau harus kesampingkan perasaanmu dan mengutamakan keselamatan kita semua termasuk Eren. Tidak ada salahnya kau tertarik pada lawan jenis, tapi kau harus ingat bahwa cinta yang berlebihan akan membawa kebencian dan dendam yang sangat besar. Jika kau menemui perempuan itu untuk hal lain, kau bisa melakukan jabat tangan dengan Erwin maupun Eren sendiri.” Ujar Sasuke menatap Armin yang tak bisa berkutik.

“Sasuke, kurasa Armin punya alasan lain…” Connie berusaha memberikan pembelaan.

“Alasan apa itu? Jika dia ingin melihat ingatan Bertholdt yang lain, dia bisa menyentuh Eren maupun danchou. Mereka sama-sama pemilik kekuatan titan, terlebih lagi Eren yang memiliki kekuatan titan pendiri.” Jean memberikan komentarnya.

“Baiklah, kita tidak perlu membahas hal ini lebih jauh. Ini hal yang pasti, menggelikan sekali, benar-benar buku yang merepotkan… Yang terpenting sekarang adalah, kita harus menyatukan kekuatan dan keyakinan kita di tengah pertentangan 2 kubu yang bertolak belakang ini.” Sasuke meneguk minumannya.

“Sasuke, apa yang kau lakukan di situasi ini?” Armin bisa menebaknya, tapi dia hanya ingin memastikan keyakinannya.

“Jika kalian bertanya aku akan ada di pihak mana, jawabanku adalah di pihak Eren dengan menyetujui gemuruh dan menghancurkan Marley, tapi jika dia melebihi dari itu, aku akan menghentikannya.” Sasuke menatap yakin.

The HeroesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang