Puluhan pasukan masih berdiam diri di dalam benteng Susanoo milik Sasuke. Mereka sudah cukup percaya diri bahkan jika harus maju melawan runtutan tembakan batu jika chakra Kurama dan bunshin Naruto belum hilang. Sekarang mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Jika sayap Susanoo terbuka, mereka pasti akan mati. Erwin masih terdiam, dia sedang memikirkan cara terbaik untuk bisa melawan titan kera itu.
“Hei, apa kau tidak bisa melakukan seperti yang Naruto lakukan?” Tanya Marlowe pada Sasuke.
“Maksudmu membagikan perlindungan chakra pada kalian semua?” Sasuke memastikan maksud Marlowe. Marlowe mengangguk.
“Tidak bisa, walau chakraku banyak, tidak bisa kusalurkan pada kalian. Kemampuanku dan Naruto sangat berbeda.” Sasuke membuka tudung mantelnya. Mantel yang Sasuke kenakan adalah mantel milik Marlowe yang Naruto pinjam.
“Erwin, kita tidak bisa berdiam diri seperti ini. Sasuke, apa kau bisa membuat banyak bunshin seperti Naruto?” Tanya Levi.
“Tidak bisa. Teknik Kage Bunshin hanya bisa dilakukan Naruto. Aku hanya bisa membuat paling banyak 2 sampai 3 saja.”
“Apa yang membedakannya?” Tanya Levi lagi.
“Sederhananya, bunshin milik Naruto memiliki aliran chakra, sama seperti tubuh aslinya. Aku juga bisa tapi tidak sebanyak seperti Naruto. Itu adalah jutsu terlarang, tapi itu jutsu yang tepat jika digunakan olehnya. Selain chakranya yang banyak, Naruto juga punya tambahan chakra dari bijuu yang ada di dalam tubuhnya.” Sasuke membuat bunshin, jumlahnya 2.
“Sial… Cuma 2.” Sasuke mendengus.
“Begitu…” Levi memejamkan matanya sebentar. Dia ikut memikirkan cara yang tepat agar bisa keluar dari situasi ini.
“Aku mengerti perasaanmu, Levi. Bertarung sambil melindungi adalah hal yang sangat menyebalkan.” Ujar Sasuke, dia nenghilangkan bunshinnya.
“Ya, kau benar, seperti kita dipaksa melihat ke sisi berlawanan di saat yang bersamaan.”
“Aku akan maju sebagai umpan dengan membawa seluruh pasukan bersamaku.” Erwin membuka matanya. Dia hanya bisa berpikir kalau itu adalah jalan terbaik. Levi dan pasukan lain terbelalak dengan ide Erwin. Mereka tidak menyangka, komandan mereka merencanakan bunuh diri massal.
“Oi, oi, oi, oi! Erwin, apa otakmu sudah membusuk?!” Levi mendekatinya. Erwin duduk di atas bongkahan batu yang tersebar di sekitarnya.
“Apa kau sadar akan ucapanmu barusan?!” Levi meninggikan suaranya.
“Tidak ada cara lain lagi, Levi. Agar kau bisa membunuh titan itu, kau harus mendapat bantuan berupa pengalihan dari kami.”
“Sepertinya benar, otakmu sudah membusuk… Erwin, dengarkan aku dulu, kau, Sasuke dan seluruh pasukan berlarilah ke balik dinding. Kalian bisa bersembunyi sementara di sana. Setelah situasinya aman, kau bisa membawa mereka mundur dan pulang ke dinding Shina. Erwin, aku sudah bilang kalau akan ada banyak cara untuk bisa memenangkan pertempuran ini. Kita belum kalah dan memang sebaiknya tidak boleh.” Levi menatap Erwin tajam, dia tidak menyangka kalau Erwin bisa sampai berpikir seperti itu.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” Tanya Erwin pada Levi.
“Aku akan membunuh kera brengsek itu, sebisa mungkin aku akan menahannya semampuku.” Levi mengepalkan tangannya.
“Tidak bisa, kau bahkan tidak bisa mendekatinya.” Erwin tak mau kalah.
“Mungkin saja, tapi setidaknya jika kau dan Eren selamat, manusia masih mempunyai harapan. Kehilangan orang sepertiku bukanlah masalah terbesar. Aku akan bertarung sendirian, aku tidak mau menyeret orang-orang bersamaku, itu saja. Jika tindakan ini bahkan bisa membunuhku, aku tidak akan menyesalinya. Kalau kau tidak setuju, beri aku ide lain selain mengorbankanmu dan seluruh pasukan kita, karena aku tidak akan menyetujuinya.” Levi bersikeras menentang mentah-mentah ide gila Erwin.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heroes
FanfictionSetiap orang di dunia ini bisa menjadi pahlawan. Pria, wanita, tua, muda, bukanlah sebuah hambatan. Pahlawan yang mendapat pengakuan juga kepercayaan dari semua orang dengan memikul beban yang berat, kebencian dan juga harapan. Pahlawan yang membawa...