Sasuke berdiri dengan menghunuskan kusanaginya pada Levi dan Erwin. Tentu saja Levi merasa tertantang, tapi biar bagaimana pun, mereka harus mengutamakan misi ini. Levi menatap Sasuke tajam, dia tidak pernah bertemu sekali pun dengannya dan itu membuat Levi secara otomatis berpikir kalau dia adalah hambatan baru. Angin berhembus, rambut Sasuke tersibak menunjukkan matanya yang memiliki pola dan warna berbeda. Mata kirinya berwarna ungu tua.
“Sasuke!” Seru Naruto. Dia datang bermanuver dan mendarat di samping Levi.
“Naruto…” Sasuke sedikit terkejut dengan kehadiran Naruto. Dalam hati, dia merasa lega karena sudah bisa bertemu dengan temannya itu, dia juga kelihatan sangat baik-baik saja. Levi terbelalak dan terdiam sesaat. Dia memutuskan untuk menyimpan kembali pedangnya, dia melirik ke arah Erwin sambil menganggukan kepalanya. Erwin mengerti.
“Sasuke… Ka, kapan kau datang?! Kau pasti akan menyelamatkan kami, ‘kan?!” Naruto langsung mendekatinya, tapi Sasuke masih tetap menodongkan kusanaginya.
“Memangnya kau pikir aku punya tujuan lain selain membawa kalian kembali? Naruto, kenapa kau masih saja bodoh? Lagi pula, apa-apaan penampilan bodohmu itu?” Sasuke mendengus melihat Naruto memakai mantel hijau tua. Celananya berwarna putih dan sepatu boots setinggi lutut. Beberapa tali terlilit di kakinya, dia juga membawa kotak aneh di kedua pahanya. Setidaknya, itulah yang Sasuke lihat.
“Hei… Kita sudah lama tidak bertemu, apa itu kalimat yang pantas kau ucapkan?! Sialan!” Naruto berseru. Dia menyadari sesuatu, lalu menoleh ke arah Levi dan Erwin yang berdiri di belakangnya.
“Hei, Sasuke, pedang itu… Jangan bilang kau menyerang Erwin-Danchou dan Levi-heichou! Turunkan pedangmu!” Naruto kembali berseru karena Sasuke hampir melakukan hal gila. Sasuke tidak meresponnya.
“Oi, kau tuli, ya? SEKARANG!” Serunya lagi. Sasuke berdecak dan kembali menyimpan kusanaginya ke dalam wadahnya. Erwin melangkah maju.
“Apa maksudnya kau tiba-tiba menyerang mereka? Kau mau kuhajar lagi, ya, Sasuke?! Hah?!” Tanya Naruto sambil mengepalkan tangannya.
“Aku hanya bercanda.” Ujarnya santai. Naruto langsung tersulut emosi. Guratan urat-urat di wajahnya terlihat dengan sangat jelas. Naruto tidak menyangka Sasuke bisa melakukan hal sebodoh itu. Dia menunjuknya.
“HAH?! Omong kosong apa yang tadi kau katakan?! Bercanda macam apa sampai kau mau membunuh mereka?! Bercanda juga ada batasnya! Kau… Kau terlalu lama mengembara, bukannya menebus dosa, tapi perbuatanmu malah semakin menyimpang! Kau benar-benar sudah sinting! Yah… Setelah kita kembali ke Konoha, memang sebaiknya kau tetap tinggal di desa agar kau tidak semakin menjadi gila!” Naruto mendengus kesal. Erwin menepuk bahu Naruto. Dia ingin berbicara dengan temannya itu.
“Aku tidak tahu apa maksudmu menyerangku tadi, tapi yang jelas saat ini kami berada dalam situasi yang masih sangat membingungkan. Jika kau punya urusan denganku, kita akan selesaikan nanti setelah kami berhasil mengambil alih tempat ini.” Ujarnya. Sasuke mengangguk.
“Jangan khawatir, aku tidak akan menyerangmu lagi. Aku hanya mengkhawatirkan Naruto dan menaruh kecurigaan berlebihan pada kalian. Anggap saja yang tadi itu salam dariku.” Sasuke membungkukkan badannya, secara tidak langsung dia juga meminta maaf. Levi mendengus.
“Oi, Bocah, sudah berapa lama kau berada di sini?” Tanyanya.
“Ini adalah hari ke 3 aku berada di sini. Aku bertemu dengan Reiner dan Bertholdt, juga Zeke. Tapi, saat tengah malam aku pergi ke bawah mencari tempat yang layak untuk beristirahat dan tidak menemukan mereka lagi.” Orang-orang tercengang mendengar pernyataan itu dari Sasuke.
“Ke, kenapa kau bisa bersama para begundal itu?!” Seru Naruto.
“Aku mencari informasi tentang keberadaanmu dan Sai, aku mengira mereka adalah orang yang sedang berjuang menyelamatkan temannya. Mereka juga bilang kalau otakmu telah dicuci, karena itulah aku menyerang mereka.” Ujar Sasuke polos. Naruto menepuk dahinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heroes
FanfictionSetiap orang di dunia ini bisa menjadi pahlawan. Pria, wanita, tua, muda, bukanlah sebuah hambatan. Pahlawan yang mendapat pengakuan juga kepercayaan dari semua orang dengan memikul beban yang berat, kebencian dan juga harapan. Pahlawan yang membawa...