Eren masih dalam posisinya tanpa bergeming sedikitpun. Semua orang memperhatikannya. Dari kejauhan, tampaknya Sasuke mengetahui apa yang terjadi pada Eren. Seluruh orang di ruangan itu menjadi sedikit gaduh. Sasuke berjalan cepat mendekati Eren, dia melewati orang-orang yang sedang berlutut untuk menerima penghargaan. Marlowe menyadarinya namun dia tidak berani mendongakkan kepala. Dia membiarkan Sasuke melewatinya begitu saja.
“Apa sudah selesai, Eren?” Tanya Sasuke sambil menepuk punggung Eren, namun dia masih tetap tak bergerak sedikitpun. Sasuke menarik paksa tangan Eren. Dia terkesiap dengan napas tersengal dan keringat bercucuran.
“Aku tahu ini tidak sopan, Yang Mulia.” Ujar Sasuke.
“Tidak, tidak apa-apa… Apa kau sakit, Eren?” Tanya Historia yang khawatir melihat Eren seperti itu. Pendampingnya menghampirinya dan membisikkan sesuatu pada Historia, namun Historia mengibaskan tangannya, orang itu mengangguk mengerti. Erwin berdiri dan mendekati mereka.
“Maafkan kami, Yang Mulia.” Erwin membungkukkan badannya.
“Tidak, bukan masalah, Danchou...” Historia menganggukkan kepalanya. Erwin mendekati Naruto.
“Naruto, tolong kau bawa Eren ke ruanganmu.” Ujarnya lirih. Naruto menganggukkan kepalanya. Dia berdiri dan memberi hormat pada Historia.
“Maaf, Historia, ah! Maksudku, Yang Mulia, sepertinya Eren sedang tidak enak badan. Aku akan membawanya pergi dari sini, haha…” Ujar Naruto sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Baiklah, tolong temani Eren, Naruto.” Historia tersenyum.
“Serahkan saja padaku, aku tidak akan membiarkan Eren berkeliaran!” Seru Naruto sambil mengacungkan ibu jarinya dan tersenyum lebar. Dia berjalan menggandeng lengan Eren.
“Sasuke, kau disini saja, biar aku yang membawanya. Ayo, Eren.” Naruto menarik lengan Eren dan berjalan meninggalkan aula besar itu. Mikasa memperhatikan mereka dengan wajah cemas. Erwin membungkukkan badannya dan kembali ke tempatnya semula. Historia kembali melakukan pekerjaannya, kini tiba giliran Mikasa. Sasuke masih berdiri di samping Mikasa. Dia tetap menatap Eren yang dibawa Naruto pergi.
“Maaf…” Ujar Historia memanggil Sasuke. Sasuke menoleh.
“Ada apa?” Tanya Sasuke datar. Dia benar-benar tidak peduli maupun mengerti situasinya.
“Kau terlalu tinggi, bisakah kau membungkuk sedikit agar aku bisa menjangkaumu? Kau berhak mendapatkan ini juga.” Ujar Historia dengan ekspresi penuh syukurnya. Sasuke mengangguk, dia membungkukkan badannya dan membiarkan Historia memakaikan medali penghargaan padanya.
“Terima kasih.” Sasuke berkata sedikit lirih. Historia menanggapinya dengan senyuman.
“Tidak, kami lah yang berterima kasih…” Historia menganggukkan kepalanya. Sasuke membalasnya dengan membungkuk sekali lagi tanpa mencium tangan Historia seperti yang lainnya. Historia mengerti dan berlalu untuk memakaikan Jean medali. Hanya perwakilan yang berada di barisan paling depan saja yang mendapat penghargaan langsung dari sang ratu, tapi pasukan yang berada di belakang mereka mendapatkan medali itu dari para petinggi militer. Upacara penerimaan penghargaan itu berjalan dengan lancar setelah sebelumnya sedikit terganggu karena Eren.
***
Naruto menggandeng Eren keluar dari aula menuju ruangan yang dia tinggali bersama Levi. Sejak tadi, Eren sama sekali belum membuka suaranya. Dia hanya pasrah dibawa Naruto menjauh dari sana.
“Kau ini membuatku malu saja, kalau kau sakit seharusnya bilang sejak awal. Tapi, sepertinya kau sehat-sehat saja.” Naruto membuka suaranya.
“Maaf, Naruto, aku sudah membuatmu khawatir…” Eren menoleh sambil menyunggingkan senyum yang terkesan sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heroes
FanfictionSetiap orang di dunia ini bisa menjadi pahlawan. Pria, wanita, tua, muda, bukanlah sebuah hambatan. Pahlawan yang mendapat pengakuan juga kepercayaan dari semua orang dengan memikul beban yang berat, kebencian dan juga harapan. Pahlawan yang membawa...