Secrets

5.6K 327 145
                                    

Naruto dan Sai berhasil menghentikan pergerakan Reiner dan yang lainnya sementara. Ketiga orang itu masih tak percaya akan kedatangan Naruto. Bertholdt memegang dadanya. Masih terasa sangat nyeri. Keringatnya bercucuran. Dia cukup trauma mendapat serangan seperti itu dari Naruto. Tidak hanya Bertholdt, Reiner pun berekspresi sama dengannya. Dia memegang gagang pedangnya dengan tangan gemetar. Naruto adalah mimpi terburuk bagi mereka.

“Kenapa kau memegang dadamu? Bukankah orang yang memiliki kekuatan titan bisa segera sembuh? Atau pukulanku masih terasa sakit? Aneh sekali… Sudah lebih dari 6 jam setelah duel kita tapi dadamu masih belum sembuh. Oi, kalian, apa kalian mendengarkanku?” Naruto melompat turun setelah sebelumnya berbicara dengan posisi terbalik di dahan pohon.

“Ba, bagaimana kau bisa…”

“Bisa apa?” Tanya Naruto menatap tajam.

“Bagaimana kau bisa menemukan kami?!” Reiner berteriak sambil menodongkan pedangnya.

“Hah! Kau terlalu meremehkanku… Apa pukulanku masih kurang?” Naruto melompat dengan sangat cepat, gerakannya tidak bisa diikuti oleh mata. Tiba-tiba Naruto sudah berada tepat di depan Reiner dan menjepit bilah pedang yang lebih kuat dari kunai miliknya itu dengan jari telunjuk dan tengahnya.

KLANG! KLANG!

“Hah?!”

BUAGH!

Naruto meninju Reiner hingga tubuhnya menumbuk batang pohon di belakangnya. Batang pohonnya retak. Reiner kembali memuntahkan darah.

“OHOK!”

“Walaupun aku hanya bunshin, tapi sebaiknya kau gunakan seluruh kemampuanmu, Tuan Kesatria Brengsek!” Naruto menggenggam tabung gasnya hingga penyok. Gasnya bocor, gear manuvernya juga diremukkan, mereka tidak akan bekerja.

“Nah… Bisa kita mulai permainannya? Kau tahu, kekesalanku sudah menggunung. Katakan, Reiner, apa tujuanmu membawa Eren? Kemana?” Naruto memukul pohon yang Reiner senderi hingga roboh. Ymir terbelalak tak percaya.

BRUGH!

“Tinjunya merobohkan pohon sebesar itu… Dia juga mematahkan bilah pedang itu hanya denggan 2 jarinya saja… Siapa dia? Bagaimana bisa?”

Reiner terengah, dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menatap Naruto ngeri, Reiner benar-benar ketakutan.

“Tolong hentikan, Naruto! Jangan pukul dia lagi!” Bertholdt memohon. Naruto menoleh.

“Hah? Apa aku tidak salah dengar? Apa kalian juga akan mendengarkan orang lain yang memohon ampun pada kalian? Saat kalian merusak dinding, apa kalian mendengar jeritan takut dan tangis mereka?! Aku memang tidak berada di sini saat itu terjadi, tapi aku yakin kalau mereka menangis dan memohon ampun agar dibiarkan hidup! Kalian sama sekali tidak berhak memohon seperti itu! Sangat tidak pantas! Pembunuh seperti kalian, memang sebaiknya meminta maaf pada mereka di alam baka!” Naruto meninju pohon di belakang Bertholdt hingga tumbang. Pohon itu menindihi titan yang sedang berbaring di bawahnya dan beberapa titan kecil.

“Naruto, cukup! Pasukan kita sudah ada di area mulut hutan. Kita sudah berhasil merebut Eren kembali, sebaiknya kita pergi sekarang.” Sai menaiki burung sambil menggendong Eren. Naruto menghela napasnya.

“Baiklah…” Ujarnya sambil meremukkan 2 tabung gas dan gear manuver yang ada di belakang pinggang Bertholdt. Naruto melompat ke atas burung dan melihat mereka dari atas. Bertholdt dan Reiner tidak bisa apa-apa, mereka tidak bisa lagi menggunakan gear manuvernya karena semuanya sudah dirusak oleh Naruto.

Sai mengarahkan burung gambarnya ke atas dan jauh dari jangkauan mereka. Mereka dibawa terbang menjauhi area hutan. Naruto melihat kondisi Eren yang masih pingsan. Tangannya masih belum sembuh.

The HeroesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang