Klaim - 21

11.6K 2.1K 82
                                    

Playlist : If Only You Are Fine - Nam Woo Hyun
*****
BPJS
Klaim 21
*****


Altair merasakan jantungnya berpacu cepat ketika melihat Vega yang tiba-tiba limbung di hadapannya. Untung tubuhnya bereaksi cepat, sehingga kepala Vega tidak jadi menyentuh lantai karena dia lebih dulu menangkapnya. Ketika napas gadis itu pendek-pendek dan mulai hilang kesadaran, Altair merasa ketakutannya berada di titik tertinggi. Berulangkali melakukan RJP, nyatanya tak ada tanda-tanda jika kondisi Vega kembali stabil.

Tanpa memedulikan Reva yang berteriak keras pada Ayah Vega yang sepertinya masih syok dengan apa yang terjadi, Altair mengangkat tubuh lemah Vega menuju mobilnya. Laki-laki itu mengemudi bagai orang kesetanan.

Bertahanlah Vega, bertahanlah demi kebahagiaan yang baru kita rencanakan...

Beruntung instalasi gawat darurat selalu sigap, begitu tubuh Vega menyentuh bed, beberapa perawat dan dua juniornya yang berjaga langsung melakukan penanganan. Sedangkan Altair sendiri, tidak hanya bisa diam dan menunggu. Masa bodoh dengan segala aturan, nyawa Vega lebih penting sekarang. Laki-laki itu sendiri yang menginstruksikan tindakan yang akan dia lakukan pada Vega. Dia masih DPJP utama Vega, kan?

Altair juga tahu, pasti diam-diam seluruh pasang mata yang berada disisinya sekarang terkejut kenapa Vega bisa bersamanya sekarang. Namun, itu semua tak lagi penting, karena sekarang Vega sedang berjuang untuk mendapatkan kesadarannya kembali. Lagi, Altair tidak menyangka bahwa dia harus menyaksikan tubuh lemah Vega mulai terpasang alat-alat medis. Sekarang, di depan matanya sendiri.

"Kondisi pasien mulai stabil, dok."

Altair menghela napas lega. Setidaknya, dia tidak terlambat membawa Vega. Tiga puluh menit terlama bagi Altair. Pertempuran paling mengerikan selama dia menjadi seorang dokter. Bahkan, saat menjadi dokter umum, ada banyak pasien yang kondisinya jauh lebih buruk dari Vega, tetapi dia selalu bisa membaca keadaan dengan sangat baik. Tetapi, ketika berulang kali menyadari bahwa Vega yang terbaring di sana, tangannya seakan lumpuh. Beruntung, hari ini ada kebaikan Tuhan yang masih bisa dia rasakan, rekan-rekan yang sigap, dan Vega yang mau berjuang demi tubuhnya.

Observasi, semalaman ini, kondisi Vega akan dipantau secara intensif. Kondisi tubuhnya sudah mulai stabil, tinggal menunggu waktu sampai gadis itu kembali sadar. Semoga saja tidak selama dalam bayangan Altair, sebab jika hal itu benar-benar terjadi, Altair sudah sangat nyaris gila. Dia benar-benar tidak yakin, jika suatu saat nanti harus melakukan operasi pada Vega, dengan tangannya sendiri.

Sekali lagi, dia melihat netra Vega yang terpejam. Apa yang ada di mimpi gadis itu sekarang? Sampai kapan dia akan menjadi puteri tidur? Rasa-rasanya, Altair enggan meninggalkan ruangan ini. Dia ingin menjadi yang pertama saat gadis itu membuka matanya.

"Dokter sebaiknya istirahat. Vega ini teman kami juga. Kami nggak mungkin bekerja asal-asalan."

"Saya tahu. Tapi, saya masih ingin di sini. Sesuatu bisa saja terjadi, kan? Saya nggak mau ambil resiko. Kalaupun saya benar-benar ingin istirahat, pasti akan saya lakukan."

Ini sudah kali kesekian, entah dokter jaga, ataupun para perawat menegurnya untuk beristirahat barang sejenak. Tapi dia tidak bisa, berat sekali meninggalkan Vega barang sedetik.

"Dokter kelihatan sangat kacau. Ada baiknya dokter membersihkan diri dan beristirahat sebentar, saya yakin Vega tidak akan keberatan, karena sebelumnya, kondisinya bahkan pernah lebih buruk dari ini. Saat itu, dia sendirian. Tetapi dia mampu bertahan, dan berjuang sendiri."

Altair menghela napas dalam, "Saya tahu dia hebat. Dia ini pasien saya yang paling istimewa. Karena di masa lalu dia selalu berjuang sendiri, saat ini saya ingin dia tahu, bahwa ada seseorang yang menunggunya membuka mata. Ada seseorang yang ingin berjuang bersamanya."

BPJS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang