Entri - 13

13.2K 2.6K 153
                                    

List 13 : Bisakah aku menjadi penghibur bagi orang lain?
*****
BPJS
(Entri 13)
*
*
*
Hayukkkk adakah yang masih nggrantes setelah baca part kemarin?
Mari kita sama-sama hibur Mas Embul dengan berikan banyak 🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈

*
*

Vega tidak tahu apa yang terjadi, tetapi diamnya Altair bukanlah suatu hal baik. Laki-laki itu seakan kehilangan nyawa setelah menerima telepon entah dari siapa. Dia tidak bisa mencerna keadaan, bahkan sampai Altair menariknya dalam pelukan. Yang lebih aneh lagi, Vega merasa tubuh Altair bergetar.

"Ada apa?" Vega bertanya sekali lagi.

Vega bisa merasakan Altair bisa menggeleng diatas kepalanya. Tetapi Vega tahu, laki-laki itu sedang menahan amarahnya.

Gadis itu memilih diam. Tiba-tiba, perasaannya janggal. Dia memang belum lama mengenal Altair. Atau bahkan, belum mengenal laki-laki itu dengan baik. Tetapi, akhir-akhir ini, dia tahu Altair sangat emosional, jika itu menyangkut Satrio.

"Apa ini berkaitan dengan Satrio?"

Dari pelukan erat Altair, Vega tahu ini memang berkaitan dengan pemuda tampan penuh semangat itu.

Vega bertanya dengan hati-hati. "Satrio baik-baik saja, kan?"

Hening cukup lama, sampai tiba-tiba Altair berbisik lirih. "Satrio pergi. Aku... membunuhnya."

Jantung Vega berdegup dengan cepat. Mati-matian dia berusaha menguasai diri, agar tubuhnya tak bereaksi berlebihan. Gadis itu menghela napas berulang kali. Berusaha agar tangisnya tidak luruh. Mengisi paru-parunya agar tidak terasa sesak.

Sejujurnya, ini juga menjadi pukulan telak bagi Vega. Kenapa takdir hidup tidak berpihak pada Satrio? Kenapa pemuda itu harus pergi setelah Vega mulai percaya keajaiban dan pengharapan? Bagaimana jika kelak dia ada di posisi Satrio?

Namun, ketika Altair mengurai pelukannya, seakan menyentak Vega kembali pada realita. Bahwa laki-laki dihadapannya terlihat sangat tersiksa dengan apa yang baru saja terjadi.

"Saya mohon kamu berpikir ulang untuk ditangani oleh siapa."

Wajah frustasi milik Altair terlihat jelas sekarang. Vega tahu, Altair telah mengesampingkan rasanya sebagai dokter ketika bersama Satrio ataupun dirinya. Altair tidak pernah memandang mereka seperti orang asing. Maka jelas, kepergian Satrio adalah guncangan hebat bagi Altair, dalam posisinya sebagai dokter spesialis jantung.

Menghela napas dalam-dalam, Vega berkata, "Dokter nggak membunuh siapapun. Ini semua adalah takdir Tuhan. Kita sama sekali nggak bisa melakukan apapun selain menerima."

"Tapi, saya yang menjadwalkan operasi itu terjadi. Saya memaksa Satrio ketika dia merasa ragu satu hari sebelum operasi itu terjadi. Saya yang ada di ruang operasi dan saya yang melakukan banyak hal pada tubuhnya! Saya nggak ada bedanya dengan pembunuh!"

Vega menghela napas dalam-dalam. Merasa laki-laki dihadapannya ini bukanlah dokter hebat yang dia kenal. Laki-laki yang berhasil menyeretnya setiap bulan untuk mengontrol kesehatannya secara rutin. Tetangga yang selalu usil dan menumpang makan hampir setiap hari.  Dengan sisa kontrol dirinya, Vega memutuskan untuk menampar laki-laki itu keras. Membuat laki-laki itu terdiam cukup lama.

"Sudah selesai menyalahkan diri sendiri?"

"Kamu nggak ngerti bagaimana rasanya."

"Tapi saya ngerti gimana rasanya ada di posisi Satrio. Karena saya sedang merasakannya."

BPJS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang