List 8 : Aku ingin membuat seribu bangau, kata orang seribu bangau bisa mengabulkan satu harapan, bukan?
*****
Vega tak mengerti kenapa tubuhnya tetap saja terasa lemah, meski dia telah meminum obatnya secara rutin. Padahal, jarak antara Farmasi Rawat Jalan, dan Poli Spesialis menurutnya tidak terlalu jauh. Tetapi, entah kenapa dadanya terasa nyeri. Beruntungnya, dia bertemu Altair tepat waktu. Namun, kekuatiran laki-laki itu yang terlihat sangat jelas membuatnya berpikir jauh. Apa sikap laki-laki itu berkaitan dengan hasil pemeriksaannya? Namun, kenapa Altair sama sekali tidak mengatakannya?Bahkan, setelah kejadian itu Altair terang-terangan menunjukkan dirinya bahwa dia memang mengenal Vega. Laki-laki itu bahkan sempat menawarkan diri untuk memberikan tumpangan ketika mereka tak sengaja berpapasan untuk pulang. Tidak hanya itu, ketika Altair membeli obat, atau mengambilkan obat milik dokter Erlangga, laki-laki itu pasti menanyakan keberadaan Vega. Sehingga, sekarang Vega kerap dijuluki Pasien Spesial dokter Altair, dan tentu saja jangan lupakan lambe turah Airlangga Hospital yang memberikan bumbu agar semuanya tampak dramatis.
Namun, Vega tak peduli. Dia memang ingin fokus pada kesehatannya. Menanggapi hanya akan membuatnya sama dengan orang-orang yang suka mencampuri urusan orang lain itu. Vega memilih pura-pura tidak mendengar, atau mengalihkan pembicaraan jika orang-orang mulai memancingnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Altair. Toh, memang tak ada hal penting yang harus diketahui, kan? Dia dan Altair hanyalah dokter dan pasien, sama seperti pasien Airlangga Hospital yang menggantungkan harapan kesembuhannya pada satu dokter. Ada juga yang terang-terangan bertanya kenapa dia memilih Altair sebagai DPJP utama, alih-alih memilih dokter senior yang lebih mumpuni. Vega tahu, banyak yang beranggapan bahwa dirinya sedang modus dengan anak dokter Erlangga yang terkenal karena karismanya itu.
Sejujurnya, Vega ingin tertawa mendengarnya. Seharusnya mereka bersyukur diberi kesehatan tanpa kekurangan suatu apapun. Jikapun bisa memilih, Vega juga ingin sehat, tanpa berurusan dengan dokter manapun. Tetapi keadaan dan pembuktian yang ada dalam dirinya, memaksanya untuk memilih Altair sebagai dokternya. Vega sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang. Altair secara tidak langsung memahami konflik batin yang sedang Vega alami. Bagaimanapun, sebagai penunjang medis, dia tahu bahwa psikis dapat berpengaruh pada kondisi seseorang, dan Vega harap, Altair bisa membantunya untuk mengingatkannya, jika Vega mulai lepas dari kontrol diri.
"Ini dia nih, pasien spesialnya dokter Altair. Udah mau balik, buk?"
Clara berucap sembari merangkul bahunya.
Vega memutar bola matanya malas. "Bilang sekali lagi, gue tonjok sekarang."
Clara tertawa kecil. "Maaf, habis hampir semua ngomongin lo yang mendadak tenar sih, lagian dokter Altair perhatian banget sama lo, kan jadi pada baper."
"Dia begitu juga sama pasiennya yang lain kali, nggak cuma sama gue. Netizen Airlangga Hospital aja yang mendadak baper."
Clara berseru heboh, "Lah! Pasti udah deket banget ya ini! Kok lo tahu, kalau dokter Altair nggak cuma begitu ke elo?"
"Ya karena gue pasiennya, makanya gue ngerti. Lagipula, memang gue mau jadi santapan harian disini? Hidup gue udah terlalu sibuk buat ngurusin hal semacam ini."
Jawaban Vega membuat Clara bungkam. Vega tidak tahu, apa Clara tersinggung dengan kata-katanya atau tidak. Tetapi, Vega benar-benar sedang kesal, sedangkan Clara malah memperkeruh suasana. Dan tanpa pamit, Vega meninggalkan Clara yang masih mematung di depan absensi.
Vega ingin segera sampai Skyblink sekarang, berbaring nyaman di ranjangnya dan tidur seharian. Hari-hari ini memang membuatnya penat dan malas bekerja. Dia segera mengambil gawainya untuk segera memesan ojek lewat aplikasi online. Akhir-akhir ini dia memang memilih menggunakan transportasi umum karena tidak percaya diri dengan keadaan tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BPJS (TERBIT)
ChickLitTidak boleh terlalu lelah, tidak boleh melakukan olahraga berat, tidak boleh terkejut, dan masih banyak 'tidak boleh' lain, yang harus dipatuhi Amoreiza Vega Pradigta, gadis berumur 23 tahun yang dari lahir mengidap Penyakit Jantung Bawaan. Seumur h...