List 4 : Banyak orang tersenyum karena kehadiranku.
*****
Vega tidak mengerti apa yang membuatnya sulit tidur sejak semalam. Tetapi, dia tidak bisa memungkiri, pengaruh Altair, si dokter spesialis menyebalkan yang mendadak menjadi tetangga satu lantai dengannya, adalah sumber pemikiran terbesar. Vega tak habis pikir membayangkan hari-hari tenangnya yang mendadak kacau karena kehadiran laki-laki itu. Nyatanya, laki-laki itu tak hanya menumpang makan, tetapi mengambil beberapa cemilan wajib milik Vega untuk dimasukan dalam perut buncitnya.
Vega jadi teringat kata-kata seniornya, bahwa Altair sangat berbeda dari dokter Erlangga Abiandra yang sejak dulu selalu dibanggakan karena visual, keramahan, serta kesetiaannya pada satu perempuan. Mungkin masih banyak yang belum Vega ketahui dari Altair, tetapi sejauh perkenalannya dengan dokter Erlangga, dokter yang menanganinya dari bayi, Altair dan Ayahnya memanglah seperti langit dan bumi. Selain mulut Altair yang mirip petasan meledak, karena tubuhnya yang sedikit tambun, laki-laki itu berkata bahwa dia adalah penakluk wanita. Vega juga tak menemukan kemiripan visual antara Ayah dan anak itu, bahkan dengan isteri dokter Erlangga sekalipun.
Hari ini Vega dinas siang. Dia menyempatkan diri untuk singgah ke Lentera Hati, yayasan sosial yang menampung anak-anak penderita HIV yang tertolak. Sejak kesehatannya menurun, Vega sama sekali belum mengunjungi anak-anak menggemaskan itu. Melihat mereka, Vega seakan berkaca. Dia dan mereka sama-sama tidak memiliki masa depan. Namun, dia jauh lebih beruntung karena hidup berkecukupan.
Vega tersenyum melihat cukup banyak perbaikan yang terjadi dalam bangunan Lentera Hati. Awal mula Vega menginjakan kakinya, bangunannya masih sangat sederhana karena masih sedikitnya donatur. Beruntungnya, dengan sedikit bujukan darinya, Ayahnya bersedia menjadi donatur tetap dan mengerahkan rekan-rekannya untuk turut serta. Sekarang Lentera Hati berkembang pesat, meskipun jumlah anak yang tinggal meningkat setiap bulan.
Begitu Vega menutup gerbang Lentera Hati yang beraneka warna, dia langsung disambut beberapa teriakan kebahagiaan dari anak-anak yang selama ini menjadi penyemangatnya.
"Kak Vega!"
"Asik! Kak Vega datang!"
Anak-anak itu berlari memeluk Vega tanpa rasa canggung.
"Kita kangen Kak Vega, Kak Vega sibuk ya? Jadi jarang kesini lagi?" tanya Evan, salah satu dari mereka.
Vega mengusap rambut Evan dengan penuh rasa sayang. "Maaf ya, Kak Vega lagi ada perlu, jadi nggak bisa jenguk kalian."
"Kalau gitu, aku panggilkan Bunda Gayatri ya? Pasti Bunda senang, Kakak bisa kesini lagi."
Vega hanya mengangguk mengiyakan, sedang setelahnya dia hanyut bermain bersama anak-anak yang ditinggalkan karena penyakit yang tidak mereka inginkan. Cukup banyak Vega tahu, sebagian besar anak penghuni Lentera Hati terkena HIV karena genetik. Orang tuanya memiliki penyakit serupa, kebayakan sudah menyerah dengan takdir, sedangkan keluarga besarnya menolak karena takut tertular.
Vega tahu, yang namanya penolakan itu menyakitkan. Kisah hidupnya sedikit mirip dengan anak-anak ini, namun dia masih memiliki Ayah yang menerimanya, meskipun keluarganya bukan keluarga yang penuh kehangatan. Maka, bersama dengan anak-anak Lentera Hati, dia merasakan kehangatan keluarga yang tak pernah bisa dia rasakan dalam keluarganya sendiri. Kasih tulus dari anak-anak yang masih belum mengerti kejahatan dunia membuatnya merasa beruntung, karena Tuhan masih memberinya napas untuk berbagi kasih dengan mereka yang tidak pernah memiliki harapan karena selalu ditolak dunia.
"Nak Vega? Ya ampun, Nak! Bunda senang kamu bisa kesini lagi. Bunda khawatir banget waktu orang suruhan Bapakmu bilang kamu ngedrop lagi."
Seorang wanita paruh baya berjalan kearahnya dengan menggendong seorang bayi yang masih merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BPJS (TERBIT)
ChickLitTidak boleh terlalu lelah, tidak boleh melakukan olahraga berat, tidak boleh terkejut, dan masih banyak 'tidak boleh' lain, yang harus dipatuhi Amoreiza Vega Pradigta, gadis berumur 23 tahun yang dari lahir mengidap Penyakit Jantung Bawaan. Seumur h...