Entri - 1

31.3K 3.7K 91
                                    

List 1 : Aku ingin, semua orang tidak menganggapku 'lemah'
*****

"Eh, si Vega yahama motor udah masuk. Benar sudah sehat, kan?"

Vega mengerucutkan bibir, begitu Vanya, seniornya langsung berceloteh, usai dia memasuki pintu Instalasi Farmasi Rawat Jalan.

"Sakit terus bosen kali, Mbak."

"Vega mah, sensi banget atuh kayak test pack. Kita semua disini khawatir tau, Non. Kita semua sayang Vega sudah seperti saudara sendiri." Imbuh Shintya, seniornya yang lain.

Vega tersenyum tipis. Pandangan lemah yang melekat padanya, seringkali memancing emosi yang tidak terduga darinya. "Maaf, Mbak. Memang lagi sensi, tubuhku nggak bisa diajak kompromi akhir-akhir ini."

"Kalau bedrest-nya masih kurang, bisa minta Bu Tami ijin khusus. Kasihan badan kamu Ve, kalau dipaksa. Kamu yakin, nggak mau OP lanjutan lagi?" ujar Vanya menanggapi ungkapan Vega.

Senyum Vega luntur, namun tak urung masih berusaha memperlihatkan senyum. "Persentase keberhasilannya nggak seberapa, Mbak. Aku masih belum bisa menerima resiko. Lagipula, aku masih merasa baik-baik saja, kok."

Keduanya menghambur memeluk Vega dengan pelukan erat. "Jangan lelah ya Ve, jangan pernah lelah untuk berjuang, karena ada banyak orang yang menanti kesembuhan kamu."

Vega balas memeluk mereka erat. Memiliki rekan sekerja seperti keluarga sangatlah jarang dijumpai. Maka dari itu, Vega bersyukur, ditengah keterbatasannya, Tuhan berbaik hati mengirimkan rekan kerja yang penyayang.

"Eh-eh kok pada pelukan kayak teletubbies? Ya ampun! Vega sayangku! Senang bisa lihat kamu ada di dekat mortir dan stampher lagi!" Clara, rekannya yang lain, berseru heboh, dan bergabung memeluk Vega.

Usai pelukan mereka terlepas, Clara kembali berucap, "Btw, ada berita hot lho, ada dokter ganteng baru, bergabung di Airlangga Hospital. Dokter jantung. Nggak kebayang, kalau gue yang diperiksa, kayaknya bakal aritmia, deh! Bentar, gue share di Princess Squad ya."

Vega menggeleng tak habis pikir melihat tingkah teman-temannya. Namun tak urung ikut mengintip gawai, seperti apa yang teman-temannya lakukan. Satu gambar sukses dikirim oleh Clara.

Telah bergabung bersama kami, dr. M. Altair Keandra, Sp. JP, FIHA.

"Lah! Mana fotonya, Ra? Putihan doang kayak di instagram Airlangga Hospital!" ucap Shintya tak terima.

Clara tersenyum jahil. "Ya itu kan emang dari instagram, Mbak. Langsung capture aja tadi. Katanya dokter jantung paling muda se-Indonesia. Kebayang dong, bukan om-om."

Vanya, dan Shintya kompak mencibir Clara, sedangkan Vega tertawa, terhibur dengan tingkah rekan satu timnya.

"Yah! Pada ghibah terus aja di belakang, sampai nggak nyadar ada cowok di depan lagi test kegantengan."

Vega tidak bisa mengentikan tawanya begitu Alena memasuki ruang racik, dengan tangan bersedekap. Teman-temannya akan semakin heboh setelah ini. Tes kegantengan yang dimaksud adalah, ketika ada laki-laki dengan visual oke berada di counter farmasi. Jika dia dan rekan-rekannya berhasil keluar-masuk ruang antara frontline dan pengambilan obat secara berulangkali, artinya, laki-laki tersebut dinobatkan pengunjung paling tampan untuk hari ini. Andai keadaan Vega sudah sehat seperti sedia kala, dia pasti akan seheboh teman-temannya. Dia memang tak berani bermain hati, tapi mendapat vitamin see, bukan masalah, kan?

BPJS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang