Klaim - 8

15.2K 2.6K 79
                                    

Playlist : Oh My Girl - Secret Garden.

*****

Altair tertawa mendengar ungkapan polos gadis yang ada disampingnya. Ketika seluruh gadis berlomba-lomba mendapat hadiah kecil darinya, gadis itu bahkan mengabaikan dua batang cokelat yang sengaja Altair berikan untuk gadis itu. Sehari ini, Altair cukup banyak menghabiskan waktu dengannya. Altair sudah tidak peduli dengan gosip apapun lagi. Cukup sekali dia kecolongan melihat Vega yang menahan nyeri di dadanya sewaktu meminta konfirmasi resep di poli spesialis. Sekarang, dia tidak akan pura-pura tidak peduli. Keadaan Vega memang harus di pantau secara efektif.

Diam-diam, Altair mengamati Vega yang masih nampak takjub dengan bangau kertas yang Ane buat sewaktu adiknya itu menumpang di mobilnya. Seharusnya, tidak ada yang spesial dari bangau kertas, bukan? Tetapi, Vega memang unik, perempuan itu memang jauh berbeda dari perempuan lain yang Altair kenal.

"Kamu yakin, bayarannya cuma kertas lipat?"

Gadis itu mengerutkan kening bingung.

"Saya bakal sering ngerusuhin makanan kamu, lho! Kamu tahu saya nggak bisa masak dan terlalu mager untuk memesan makanan."

"Ya... saya cuma butuh kertas lipat."

Altair akhirnya mengiyakan keinginan Vega, mereka singgah sebentar di salah satu toko buku. Setidaknya, Altair tak lagi melihat wajah kesal Vega karena tingkahnya yang semena-mena. Mau bagaimana lagi, Altair sengaja, memang. Karena semakin mengenal Vega, Vega adalah sosok perempuan dengan keinginan kuat. Jadi, harus sedikit paksaan untuk membuat gadis itu sedikit menurut.

Altair hanya mengekori Vega kemanapun gadis itu pergi. Vega terlihat memilih tumpukan kertas lipat yang sedang dijual disana. Altair hanya memutar bola mata bosan, begitu Vega terlihat menimbang tumpukan kertas lipat yang mana, yang akan dia ambil. Padahal menurut Altair semua sama.

"Kalau bingung ambil saja semua, saya bisa tanam saham di pabriknya."

Gadis itu meliriknya sekilas, sebelum berucap, "Sombongnya..."

Altair terkekeh, "Memang beneran bisa, kok. Itu pabriknya, punya temen sekolah saya dulu. Makanya waktu sekolah dia sering di panggil juragan kertas."

Setelah mendebatkan hal tidak penting, pada akhirnya Vega mengambil lima pack kertas lipat beraneka warna.

"Benar cuma ini?" tanya Altair.

Vega mengangguk. Namun, tanpa persetujuan gadis itu, Altair memasukan lima pack kertas lipat lagi dalam keranjang yang Vega bawa. Membuat gadis itu memprotesnya dalam sekejap.

"Kalau pakai keranjang, minimal belinya sepuluh biji." sahut Altair kalem.

Namun, gadis itu memilih tak lagi menjawab, dan berjalan lebih dahulu darinya.

"Kak Altair!"

Altair meraih tangan Vega untuk membuat gadis itu berhenti. Kemudian, Altair tersenyum memandang pemuda yang baru saja memanggilnya tadi.

"Satrio! Apa kabar? Seharusnya, besok kita ketemu, kan?"

Laki-laki muda itu menggaruk tengkuknya malu, lantas menatap Altair dengan sungguh-sungguh. "Iya, kak. Saya pasti bisa sembuh!"

Altair masih tersenyum menatap anak laki-laki yang begitu gigih dihadapannya. Salah satu pasien yang dia spesialkan juga selain Vega.

"Kita cek kondisi kamu besok, ya. Semoga kita bisa OP secepatnya." sahut Altair sambik menepuk pelan punggung anak laki-laki itu.

BPJS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang