Ada yang rindu? Hayukk cung dulu dari kota mana ajaaa~~ 🙌🙌🙌
*
*List 23 : Menjadi bintang yang sinarnya paling terang.
*****
BPJS
Entri 23
*****
"Satu permintaan?"Vega terkejut mendengar penuturan Altair. Apa laki-laki itu tidak berbohong? Bagaimana mungkin lima ribu bangau dapat dibuat dalam sekejap?
"Iya satu permintaan." ucap laki-laki itu, sambil mengusap pelan kening Vega yang berkerut.
Altair terkekeh pelan, kemudian mengambil mangkuk yang berisi makanan Vega yang masih utuh. "Tapi, kamu harus makan dulu. Nanti aku akan bercerita tentang banyak hal. Dan kalau semua makanan ini kamu habiskan, dan besok nggak ada lagi keluhan, aku punya satu kejutan untuk kamu."
"Apa artinya aku boleh pulang?" tanya Vega dengan wajah penuh harap.
"Maybe?"
Karena tak punya pilihan lain, juga merasa bahwa selera makannya mulai kembali, Vega menurut membuka mulutnya. Membiarkan Altair menyuapkan makanan itu dalam mulutnya.
"Kata Om Ardan, kemarin kamu nggak mau makan? Kalau begitu terus, waktu pulangnya makin mundur lho. Emang nggak bosan ada di sini terus?"
Diam-diam Vega mendengus. Menyadari jika Ayah dan laki-laki dihadapannya ini sudah mulai bersekongkol.
"Bosan. Tapi nggak selera makan aja. Males."
Vega melahap lagi satu sendok makanan yang diangsurkan Altair. Entah karena kondisinya sudah pulih, atau karena hal lain, dia merasa lambungnya sudah bisa menerima berbagai jenis makanan. Padahal yang sakit jantungnya. Tetapi, anggota tubuhnya yang lain seakan bersekutu.
"Lihat, lebar tangan kamu nggak sampai panjang jari kelingking aku. Kamu tambah kurus banget."
Vega merasa bubur yang baru saja dia telan masih tersangkut di tenggorokan. Meskipun akhir-akhir ini Altair sangat jarang menggunakan kata saya saat mereka berbicara berdua, tetap saja Vega merasakan ada hal menggelitik dari dalam dirinya. Apalagi ketika Altair memainkan pergelangan tangannya yang nampak kecil dalam genggaman tangan Altair.
"Yuk makan lagi, kali ini harus habis, soalnya Pak Dokter sendiri yang pantau."
Vega hanya menggeleng kecil, meski begitu dia tak sekalipun menolak suapan dari Altair.
Tepat saat Vega menghabiskan suapan terakhirnya, dan Altair yang tersenyum puas, pintu ruang inap Vega terbuka, menampilkan keluarga Altair yang datang dengan berbagai macam buah-buahan.
"Hallo kakak ipar!" ucap Ane nyaring.
Hal itu lantas membuat baik Altair maupun Vega menjadi salah tingkah. Sedangkan Ara, ibunda Altair langsung membawa Vega dalam pelukan erat.
"Ya ampun, Bunda khawatir banget sama kamu! Kamu sudah baik, kan? Altair rawat kamu dengan benar, kan?"
Vega merasa hatinya menghangat. "Vega sudah merasa lebih baik, Bunda."
"Jangan lupa untuk menyiapkan tahapan pengobatan Vega selanjutnya." tambah dokter Erlangga sembari menepuk punggung puteranya. Altair yang ditepuk hanya tersenyum misterius sembari menatap Vega.
"Kak Vega! Lihat sebentar deh, ini daftar orang yang bantuin bikin bangau buat Kak Vega. Banyak, kan?"
Vega menerima lembaran kertas dari Ane dan membacanya dalam hati. Ada beberapa nama asing yang bahkan Vega tak mengenalnya, tetapi bersedia melakukan hal konyol untuknya. Lebih dari itu, Vega nyaris menangis ketika membaca nama-nama anak penderita HIV yang beberapa bulan ini belum sempat dia jenguk. Mereka bahkan tak memiliki harapan untuk hidupnya sendiri, tetapi mereka masih bisa mengharapkan kesembuhan Vega. Rasanya Vega ingin menangis. Tetapi melihat banyak orang di hadapannya sekarang membuatnya hanya mengambil napas dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BPJS (TERBIT)
ChickLitTidak boleh terlalu lelah, tidak boleh melakukan olahraga berat, tidak boleh terkejut, dan masih banyak 'tidak boleh' lain, yang harus dipatuhi Amoreiza Vega Pradigta, gadis berumur 23 tahun yang dari lahir mengidap Penyakit Jantung Bawaan. Seumur h...