Entri - 10

15.4K 2.5K 42
                                    

List 10 :Bisakah aku menikmati hidup barang sekali?
*****

Semenjak hari dimana Altair mengajaknya ke rumah laki-laki itu, tak banyak yang berubah, aktivitas dan rutinitasnya masih sama, tak terkecuali gosip yang makin sering terdengar di telinganya, namun sekarang dengan sebisa mungkin dia abaikan. Telinganya mendadak kebal. Sedangkan sekarang, dia tahu bahwa manusia benar-benar tak ada yang sempurna. Dan bahwa dunia kerja diciptakan untuk melihat dua wajah.

Semuanya sempurna. Jika awalnya Vega pikir teman-teman satu divisinya kerap menatapnya dengan rasa kasihan, akhir-akhir ini tak jarang diam-diam Vega mendengar beberapa temannya itu kerap membicarakannya dibelakang. Topiknya tak jauh dari status spesialnya yang menjadi pasien dari dokter baru yang kerap dibicarakan.

Maka dari itu, Vega sebisa mungkin memanfaatkan sisa liburnya untuk menjauhi hal-hal yang bisa mengganggu kesehatan mentalnya. Beberapa waktu lalu, Erlangga dan Altair berulang kali mengatakan bahwa dia harus menikmati hidup, melakukan apapun yang dia sukai tanpa ada satupun pikiran mengganjal. Dan pilihannya jatuh pada ratusan burung bangau yang telah selesai dia lipat, terhitung sampai hari ini. Meskipun masih jauh dari angka seribu.

Kini fokusnya berada pada buku tentang mitologi yunani kuno yang sempat dia abaikan dalam waktu yang cukup lama. Kisah tentang Vega dan Altair. Jika dulu dia sangat penasaran, yang sekarang terasa adalah rasa geli, sebab yang ada dalam bayangannya sekarang adalah laki-laki tinggi besar dengan perut yang sedikit buncit.

Vega mengembalikan buku itu di rak, beralih mencari buku bacaan lain yang membuat hari ini semakin bagus. Altair benar, sudah bukan waktunya dia memikirkan sisi pahit yang kadang kali mengancam hidupnya. Memang sudah waktunya dia berjalan kedepan, dan fokus pada manis hidup yang berada jauh di depannya. Vega tidak akan mencapai titik itu jika Vega masih terdiam.

Masih memindai setiap buku koleksinya, Vega memutuskan untuk merebahkan diri di ranjangnya. Masih belum ada satu buku yang menggelitik rasa penasarannya, karena hampir semua buku yang tertata rapi di raknya, telah dia baca sampai habis. Padahal dia bosan sekali dan bingung hendak melakukan apa. Tetangga satu lantainya pasti masih cukup sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Salah Vega sendiri sih, mengambil libur di hari biasa. Sedangkan di luar masih mendung, rasanya mustahil sekali jika dia singgah ke Lentera Hati, meski dia sudah lebih dari rindu.

Kembali bangkit, Vega memutuskan membuka isi kulkasnya. Mungkin memasak bisa membuatnya rasa bosannya hilang. Dan alangkah lebih baik jika dia banyak memasak sayur pada hari ini. Sebab, tidak ada yang menjamin bahwa para penumpang makan membiarkan masakannya lolos hari ini.

Sembari berkutat di dapur, pikirannya kembali jatuh pada beberapa waktu yang lalu, ketika hatinya diam-diam menghangat berada di tengah keluarga Altair. Entah karena sudah mengenal jauh sebelum ini, atau memang hatinya sedang mudah terbawa suasana, Vega merasakan kebahagiaan yang selama ini tak pernah dia rasakan. Padahal apa yang dilakukannya hanya sederhana, duduk dan berinteraksi dengan orang-orang yang memberinya perhatian tanpa pura-pura. Mungkin seperti itu rasanya jika ibunya masih ada di dunia. Vega pasti akan menantikan saat-saat dimana berkutat di dapur bersama, ataupun duduk di ruang santai sembari bercanda dengan ayah ataupun ibunya. Namun, sayangnya itu semua tak akan pernah terjadi. Maka, dia sangat berterimakasih pada Altair karena memberikan kesempatan itu pada Vega.

Dua jam berkutat di dapur, menghasilkan tumis kangkung, dan sup tomat. Sedangkan untuk lauk, hari ini Vega memang ingin terbebas dari lemak, karena hanya memilih tempe dan tahu goreng yang Vega beri tepung. Meskipun sebenarnya Vega ingin membuat cireng berbekal resep sederhana yang dia lihat di salah satu aplikasi, tetapi sepertinya hari ini dia masih tak makan sendiri. Jadi, biarkan dia menyiksa tamunya diam-diam.

BPJS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang