Playlist : Flower Tea - Oh My Girl.
*****Punten ya, baru muncul lagi, kalo pada penisirin kenapa aku sering banget ngilang 1-2 bulanan ini kenapa, nanti bisa baca stori aku hehe :")
Terimakasih untuk kalian yang masih menunggu dan menanyakan kapan update, itu sangat berarti sekali wkwk, karena sejujurnya aku memang sudah rindu menulis, tapi otak dan hatiku lagi ga bisa diajak multifungsi.*****
Cek ombak duluu yang kangen Mas Embul tunjukkan emot 🌊🌊🌊🌊
🌊🌊🌊🌊 mari olengkan supaya dinding hati Vega karam. #Hyaaaa*****
Btw, kalau suka kpop bisa diputer lagu rekomendasinya, artinya itu pas banget sm suasana hatinya Akang Embul wkwk*****
Altair berulang kali melihat ponselnya. Entah berapa kali dia mencoba menghubungi Vega tetapi hasilnya adalah nihil. Gadis itu benar-benar mengambil seluruh fokusnya sekarang. Bagaimana mungkin ponsel gadis itu tidak aktif? Tidak tahukah bahwa Altair setengah mati merasakan khawatir? Praktek Poli Spesialis sudah berakhir kurang lebih sepuluh menit yang lalu. Altair juga sudah melakukan visit dengan pasiennya di Rawat Inap, tetapi laki-laki itu belum beranjak dari ruangannya hanya karena belum mendapati Vega membalas pesannya.
Melirik telepon Rumah Sakit yang masih tergeletak, setelah menimbang-nimbang, akhirnya Altair memutuskan untuk mengambilnya. Mencari line sambungan milik Farmasi Rawat Jalan, sebelum mencoba panggilan.
"Selamat sore, Farmasi Rawat Jalan."
Altair mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Sore, Vega ada?"
Hening beberapa saat, sebelum akhirnya suara gemerisik menyapa gendang telinga Altair. Tetapi entah kenapa, Altair benar-benar berharap ada Vega disana.
"Maaf, Vega masuk tengah, sudah pulang beberapa waktu lalu. Ini siapa ya? Kak Dodi, Pak Warto, atau... dokter Altair?"
Dari nada bicaranya, perempuan yang sedang berbicara itu, terdengar berhati-hati saat bertutur kata. Altair lupa dia menggunakan telepon milik poli spesialis jantung, yang dengan otomatis, si penerima akan mengira-ira, siapa yang sedang menelepon, bahkan dengan teliti perempuan itu menyebut hampir semua asisten laki-lakinya.
"Oh, baik. Terimakasih infonya."
Dan Altair memutuskan untuk tidak membuka identitasnya. Dia tahu Vega terlalu berhati-hati menjaga interaksi mereka selama berada di Airlangga Hospital. Sebenarnya, itu sangat tidak nyaman bagi Altair. Sebab, dia tidak bisa terang-terangan menunjukkan bahwa dia ingin memantau aktivitas Vega, memastikan gadis itu tidak akan kelelahan dan memaksakan diri. Altair bukannya tidak tahu, beberapa gosip yang kerap terdengar, tentang Vega yang menjadi pasien istimewanya. Special. Begitu kata mereka. Dalam hati, Altair memang membenarkan, karena saat ini, Vega bukan hanya sekedar pasien dalam hatinya, lebih dari itu. Vega adalah perempuan pertama yang Altair inginkan. Wanita pertama yang ingin Altair lihat dalam banyak waktu yang akan bergulir.
Perasaan tidak tenang kembali menyusup dalam hati Altair. Jika Vega sudah pulang, bukankah seharusnya gadis itu menghubunginya? Apa Altair memang tidak sepenting itu selain dokter yang merawat penyakit gadis itu? Altair benar-benar sudah tidak bisa menahan perasaannya sekarang. Tetapi dia tidak ingin mengambil resiko Vega yang akan jantungan dengan pernyataan cintanya. Altair bisa jadi gila dalam sekejap.
Melepas snelli-nya sebelum mengecek tugasnya sudah benar-benar berakhir hari itu, Altair menyambar tasnya dan memilih segera meninggalkan Airlangga Hospital dengan memacu mobilnya dengan sangat cepat. Altair harus memastikan bahwa Vega sudah berada dalam apartemennya. Namun, usai berlari tergesa dalam koridor Skyblink, Altair mendapati unit Vega yang masih terkunci rapat, bahkan ketika Altair berlari ke balkonnya, unit milik Vega masih gelap, menandakan bahwa tidak ada sang pemilik disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BPJS (TERBIT)
ChickLitTidak boleh terlalu lelah, tidak boleh melakukan olahraga berat, tidak boleh terkejut, dan masih banyak 'tidak boleh' lain, yang harus dipatuhi Amoreiza Vega Pradigta, gadis berumur 23 tahun yang dari lahir mengidap Penyakit Jantung Bawaan. Seumur h...