Entri - 11

14.9K 2.7K 165
                                    

List 11 : Aku ingin, diberi satu keberanian untuk tetap bisa bertahan.

*****
BPJS
Entri 11
*****

*
*
Cung dulu ah, yang kangen Mas Gembul dari daerah mana aja :p
*
*












Seperti biasa, Vega meminum obatnya dengan rutin, karena sudah hampir dua minggu ini, Altair mendadak cerewet sekali padanya. Sama sekali tidak ada celah bagi Vega untuk sekedar pura-pura lupa untuk meminum obatnya, karena Altair dengan teliti akan menghitung jumlah obat Vega, sewaktu laki-laki itu menumpang makan.

Tidak hanya itu, Altair akan datang dengan tumpukan bangau kertas yang entah kapan dibuat oleh laki-laki itu, jumlahnya sangat banyak. Bahkan, Vega masih malas untuk sekedar menghitung, karena jika digabung dengan miliknya, mungkin bisa mencapai tujuh ratus bangau. Entah apa yang membuat laki-laki itu seniat ini. Padahal Vega sendiri hanya akan melipat kertas, ketika dia benar-benar ingin.

Satu lagi, yang membuat Altair terlihat sangat aneh, laki-laki itu lebih sering menghubunginya seperti petugas inspeksi. Bahkan, untuk menjaga dirinya sendiri dadi dunia pergosipan yang cukup keras di Airlangga Hospital, Vega memilih mematikan ponselnya sewaktu dinas. Dan, tentu saja, ketika mereka bertemu di Skyblink, Altair akan mengomel seperti ibu-ibu jumawa.

Sedangkan hari ini, laki-laki itu mengajaknya bertemu dengan Satrio. Mengingat teman seperjuangannya itu akan masuk ruang operasi beberapa hari kedepan. Sebenarnya, Vega cukup ragu untuk datang bersama dengan Altair hari ini, mengingat Satrio, tiba-tiba dia mengingat beberapa memori kelam yang dilaluinya sejak dia dilahirkan.

Perempuan itu mematut dirinya di cermin, mulai berganti baju, tetapi membiarkan senjenak semilir angin menyentuh kulitnya. Meski sudah beberapa tahun berlalu, beberapa bekas jahitan itu masih terlihat jelas. Bahkan, mungkin jika dia tak memiliki rambut panjang ini, bekas infus di kepalanya pun akan terlihat. Mungkin, Vega bisa menutupi bekas jahitan di tubuhnya dengan pakaian yang selalu dia kenakan, tetapi bukti nyata jahitan memanjang yang ada di tumit sebelah kanannya, cukup terlihat jelas, jika Vega tidak mengenakan kaos kaki, seakan menjadi bukti panjang, bahwa Vega dan ruang operasi merupakan kawan lama.

Gadis itu menghela napas, mendadak ragu dengan segala usaha yang baru saja dia bangun akhir-akhir ini. Dulu, dia tak pernah ingin berada di ruang operasi lagi. Sebab, bagaimanapun Vega berjuang di dalam ruangan itu, Ayahnya tak sekalipun terlihat ingin memertahankan keberadaannya. Tetapi, sekarang ada ketakutan tak berdasar yang diam-diam hinggap dalam hatinya. Bagaimana jika dia tak bisa bertahan? Apakah sampai akhir usianya dia tidak bisa membuat Ayahnya berpaling untuk sekedar menganggap kehadirannya ada?

Ketika sesak itu mulai dia rasakan, tepat saat itu juga gawainya berbunyi. Satu pesan masuk dari Altair, yang mengatakan bahwa laki-laki itu sudah menunggunya di depan lift. Menghela napas sekali lagi, Vega menghalau segala pikiran buruknya. Segera merapikan diri, dan bergegas menemui Altair.

Laki-laki itu hanya mengenakan pakaian santai, kaos polo berwarna abu-abu dipadukan dengan celana khaki berwarna hitam. Vega sangat yakin, pakaian yang dikenakan Altair hari ini adalah pakaian baru yang sempat laki-laki itu pamerkan kemarin, karena hampir semua baju dan celana laki-laki itu mulai kebesaran. Entah apa saja usaha laki-laki itu, nyatanya berat badan laki-laki itu turun dengan sangat cepat. Meskipun perut Altair masih sedikit buncit, karena diet bukanlah sesuatu yang instan, kan ya?

BPJS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang