Playlist : All About You - Taeyon.
*****
BPJS
Klaim 24
*****Altair merasakan udara yang dia hirup menghilang, begitu Vega mengatakan keinginannya. Altair pikir, pertemuan terakhirnya dengan Vega, mereka sudah sepakat jika Vega akan dirawat oleh dokter Triasto hingga masa pemulihannya setelah operasi. Rupanya, perkiraan Altair salah, karena Vega tetap memintanya sebagai dokter utama.
Melihat kesungguhan Vega yang mempercayainya, tentu Altair tak sanggup menolak. Namun, hal itu juga yang mengingatkannya pada Satrio. Pemuda yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri itu bahkan memiliki kondisi yang lebih stabil dari Vega, tetapi Tuhan memiliki kehendak lain untuknya.
Satu hari setelah Altair membawanya ke pantai, Altair sama sekali tidak bisa tidur. Bayang-bayang kegagalan selalu terbersit dalam benaknya. Dan jika hal itu benar-benar terjadi, dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Vega lebih dari sekedar istimewa. Bukan pula pasien spesial seperti yang kerap dibicarakan karyawan Airlangga Hospital. Vega adalah wanita yang dia cintai, sosok yang dia harapkan sebagai pasangan hidupnya. Altair sudah memasukan Vega dalam rancangan hidupnya di masa depan.
Beruntungnya, hari itu tidak ada kondisi serius yang dialami oleh pasien-pasiennya. Juga, tidak ada operasi. Jadi selepas praktik poli, Altair memutuskan untuk pulang ke rumah tempat ia dibesarkan, untuk merenung.
"Nggak biasanya kamu pulang ke rumah. Ada masalah?"
Ara--ibundanya, wanita pertama yang dia cintai memasuki kamarnya dengan beberapa cemilan, juga teh hangat.
"Vega minta Altair untuk jadi dokter utama, sampai dia pulih."
Ara terlihat terkejut, kemudian mengusap bahu puteranya, berusaha menenangkan.
"Nggak jadi ke Dokter Triasto?"
Altair menggeleng lesu. "Dia nggak mau. Kemarin, waktu Altair ajak ke pantai, dia cuma minta itu dari Altair. Altair nggak sanggup nolak, tetapi Altair juga takut."
Altair tidak bisa menahan diri memeluk Bundanya untuk mencari ketenangan.
"Pak Ardan sudah tahu?"
"Maybe? Mungkin beliau juga berubah pikiran, karena Vega sendiri yang meminta langsung."
Altair semakin kepikiran karena nama Vega sudah terdaftar menjadi pasiennya besok. Artinya, kemungkinan besar Ayah gadis itu juga setuju. Altair ingat betul, bagaimana Ardan menentangnya dulu. Ayah Vega tak yakin jika Altair mampu. Perasaan dan profesionalitas Altair tentu benar-benar diuji sekarang.
"Sekarang, Bunda tanya, apa yang jadi keinginan terbesar kamu?" tanya Ara.
"Vega sembuh." dijawab cepat oleh Altair.
"Lantas, apa yang kamu takutkan?"
Altair memejamkan matanya erat, bayangan kehilangan Satrio, kembali bersarang dalam benaknya. Ia kan dua kali lebih hancur, jika hal itu terjadi pada Vega.
"Altair takut gagal. Altair takut jika Vega... bernasib sama seperti Satrio."
Altair merasa suaranya dicekik ketika mengatakannya. Usapan sang bunda di punggungnya tidak membuahkan banyak hasil. Altair benar-benar takut. Apalagi, sekarang bayangan tentang Vega juga memenuhi pikirannya.
"Bunda tanya lagi, setelah Satrio, tentu kamu juga melakukan beberapa operasi terhadap pasien kamu. Apakah ada yang bernasib sama seperti Satrio?"
Dengan ragu, Altair menggeleng. Beruntungnya tidak. Hal itu perlahan membuat kepercayaan diri Altair kembali, meski satu hari sebelum operasi, Altair akan membuat dirinya kelelahan sehingga bisa dengan mudah beristirahat. Jika dalam keadaan CITO, Altair akan meminta waktu untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Sangat berbeda sewaktu Satrio masih ada. Altair tak perlu melakukan berbagai macam ritual.
KAMU SEDANG MEMBACA
BPJS (TERBIT)
ChickLitTidak boleh terlalu lelah, tidak boleh melakukan olahraga berat, tidak boleh terkejut, dan masih banyak 'tidak boleh' lain, yang harus dipatuhi Amoreiza Vega Pradigta, gadis berumur 23 tahun yang dari lahir mengidap Penyakit Jantung Bawaan. Seumur h...