Playlist : SF9 - Good Guy
*****Altair tidak tahu kebetulan apalagi yang sedang menghampirinya. Sudah sejak lama dia ingin mempunyai tempat tinggal dari hasil jerih payahnya sendiri. Sedangkan niat itu baru terlaksana ketika dia resmi menjadi dokter spesialis beberapa waktu yang lalu. Meski sampai sekarang Ayah dan Bundanya sebenarnya tidak terlalu setuju dengan keputusannya, Altair meyakinkan mereka bahwa dia bisa menjadi laki-laki mandiri. Ayahnya sendiri sangsi, dengan sepak terjang Altair yang merupakan penakluk wanita, bukan tidak mungkin Altair semakin bebas membawa teman perempuannya singgah. Padahal, Altair berkali-kali memastikan dirinya masih perjaka dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia tak pernah berlaku lebih selain menjadi teman nongkrong, dan mereka akan pergi dengan sendirinya jika patah hati atau bosan. Itu karena Altair sangat ulung dalam mengambil hati, dan menghempaskannya dalam sekian detik.
Sekarang ini, dia masih cukup terkejut dengan tetangga baru yang berada tepat di samping unitnya. Altair tidak menyangka bahwa Vega yang akan menjadi kawan satu lantai pertama yang dia kenal. Dia memang tidak memilih apartemen mewah, karena kebawelan Bundanya pasti akan membuatnya lumayan sering pulang ke rumah tempat dia dibesarkan. Uangnya akan terkuras tapi fungsinya tidak akan terpakai dengan benar. Maka, jika sederhana saja cukup, kenapa harus mencari lebih?
Namun, ini benar-benar bisa memuluskan niatnya untuk membujuk gadis itu kembali pada pengobatan rutinnya. Intensitas pertemuan mereka akan semakin banyak, dan Altair yakin, sekeras apapun Vega pasti akan luluh. Jika banyak perempuan disana begitu mudah jatuh dalam pesonanya, seharusnya Vega juga begitu, kan? Altair akan memanfaatkan taktik maut Don Juan, untuk membuat Vega berjuang untuk kesembuhannya.
"Abang! Abang Mas Altair!"
Altair tersadar dari pikiran panjangnya, tanpa menebak siapa, Altair tahu siapa pemilik suara nyaring ini. Adiknya, Ane, Rigel Dandelion. Ada angin apa adik cerewetnya itu merusuh di apartemen barunya?
Setelah membuka pintu, Altair menarik adiknya itu masuk ke dalam, sembari kembali menutup pintunya rapat. Meski hanya Vega yang ada di lantai ini, tetapi Altair tidak mau membuat keributan. Dia tidak mau Vega mengomel lagi, bisa-bisa jatah makan gratisnya lenyap. Oh, astaga! Bisa-bisanya Altair berpikir seperti itu! Pasti otaknya sedang bermasalah.
"Kamu ngapain kesini? Kuliah yang bener! Mas dulu kuliah nggak selama kamu!"
Ane memutar bola mata bosan, lantas bersedekap di hadapan Kakaknya. "Bunda suruh aku kesini buat jadi polisi."
Altair memijit pelipisnya tak habis pikir, keluarganya memang seheboh itu. "Bunda bilang apa aja ke kamu?"
Ane tersenyum, namun Altair tahu itu bukan senyum tulus.
"Satu info, seratus ribu." tangan Ane menengadah.
"Mahal amat! Mau bikin Mas bokek?"
Ane berdiri membelakangi Altair, "Ya terserah sih, kalau mau Ane nginep disini. Ane 'tuh lagi kejar setoran biar bisa nonton konser! Mas Altair ngerti, kek."
Altair menghela napas lelah. Seharian bersih-bersih membuatnya kehilangan banyak tenaga, sedangkan sekarang Ane malah datang dan menguji emosinya. Ane dan Bundannya adalah perpaduan yang sempurna untuk menghancurkan dunia tenang yang Altair buat.
"Dua ratus ribu. Kasih info dan pulang dari apartemen Mas."
Ane memanyunkan bibir. "Tiga ratus ribu, atau Ane tetap ada disini kayak lintah dan nggak bakal kasih info apapun ke Mas Altair."
KAMU SEDANG MEMBACA
BPJS (TERBIT)
ChickLitTidak boleh terlalu lelah, tidak boleh melakukan olahraga berat, tidak boleh terkejut, dan masih banyak 'tidak boleh' lain, yang harus dipatuhi Amoreiza Vega Pradigta, gadis berumur 23 tahun yang dari lahir mengidap Penyakit Jantung Bawaan. Seumur h...