Tiga Puluh Empat (end)

2.6K 137 27
                                    

ps: maafkan untuk kegajean setiap adegan di chapter akhir yg terkesan maksa. Diriku mmg tak tahu caranya membahasakan ciuman yg baik :")

___________________

"Arthit, ku kira kau tidak akan ikut" Prem yang duduk di belakang kemudi menatap punggung kecil Arthit yang duduk di sebelah Knott.

"Aku beli hadiah jadi harus diberikan" jawabnya.

"Alaah, cuma gantungan kunci kan? Mereka juga bisa membelinya sendiri, kau jangan jadikan ini sebagai modus. Kau pasti sudah dengar kalau banyak junior yang menyiapkan hadiah untukmu, iya kan?"

Arthit mengernyitkan alis, heran mendengar berita ini, ia berbalik menatap Prem minta penjelasan.

Sebenarnya Prem juga sama terkejutnya. Beberapa hari lalu dia lewat koridor dan dengar  sekumpulan gadis berencana memberi Arthit hadiah. Bahkan lewat pembicaraan itu Prem tahu kalau Arthit diam-diam punya club penggemar.

"Memangnya ada yang bilang begitu?" Tanya Arthit penasaran.

Prem memajukan tubuhnya— menempatkan diri pada space kosong antara Knott dan Arthit.
"Adaa!" Sahutnya malas, "Kau tahu hal ini makanya kau mau datang, iya kan?"

Arthit mendengus keras. Di dekatnya Knott tertawa terbahak-bahak. Terkadang Arthit bersyukur, setidaknya dia punya seorang Knott yang akan berpura-pura bodoh untuk hal-hal yang butuh dirahasiakan. Lawan dari sifat Knott adalah sifat Bright, pria menyebalkan itu akan membeberkan apa saja yang dia dengar meskipun itu bukan berita penting.

"Tsk! Jawab aku Arthit, jangan diam saja"

"Kau lupa ya, aku bahkan tidak ke kampus dan ponselku mati. Kau pikir aku bisa tahu? Sudahlah, itu bukan hal penting kenapa kau permasalahkan sih!"

Prem mendecak kesal, ia kembali bersandar pada kursi mobil kemudian melipat tangan di depan dada. Diam-diam ia tersenyum kecil memandangi punggung kecil sahabatnya, "akhirnya kau hidup lagi, Arthit"

**

Dekorasi roftoop gedung fakultas teknik industri tampak meriah. Terang akibat lampu-lampu hias yang mengelilingi dinding pembatas, beberapa lampu sorot di tiap sudut, tak lupa ornamen pesta turut memeriahkan tempat itu. Ada panggung berbentuk gear, dirancang khusus oleh Knott dan kawan-kawannya.

Orang-orang berdatangan sejak satu jam lalu. Di temani alunan musik, kelompok-kelompok kecil terbentuk saling berbincang ringan menikmati acara.

Toota dan Fang bertugas sebagai pemandu acara malam ini. Fang sendiri sudah mewakili Knott sebagai penanggung jawab acara untuk memberi wejangan pada para mahasiswa baru. Acara berlangsung meriah, banyak mahasiswa menyiapkan persembahan untuk di tampilkan di atas panggung sebagai hiburan.

Diantara keramaian malam itu, ada seorang pemuda tak merasa terhibur. Bersama teman-temannya menikmati makanan dan minuman yang tersedia, pemuda itu hanya diam dengan wajah ditekuk, awan mendung senantias memayunginya.

Kongpon dengar dari Bright bahwa Knott, Prem dan Arthit tidak bisa hadir karena sedang berada di Kanchanaburi. Informasi itu mampu menyerap semangat Kongpob hingga ke titik nol.

"Aku mau menemui senior code number ku dulu" kata Kongpob membuat teman-teman memandanginya heran. Itu kalimat pertama sejak pemuda itu duduk bersama mereka. Tanpa mendengar balasan mereka pun Kongpob sudah berlalu pergi.

Ia menangkap bayangan Yu dan Mini tak jauh dari panggung, Kongpob belum melihat Pern di arena pesta padahal gadis itu yang mewanti-wanti Kongpob untuk datang.

Mendekati Yu dan Mini boleh dibilang sebagai keputusan yang keliru. Mini terus menggoda Kongpob, sedangkan Yu tertawa puas sebagai penonton. Masalahnya, Kongpob tak sedang ingin berbasa-basi sementara Mini tak henti melancarkan serangan padanya, ia hanya bisa bersikap sopan dengan tersenyum walau terpaksa. Tak beberapa lama Mini pamit menghampiri teman-temannya yang lain, meninggalkan Yu dan Kongpob berdua hingga seseorang datang bergabung dengan kedua mahasiswa baru itu.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang