#IfYou'reNotTheOne
•
Wad mendesis sakit, kakinya bagai serasa tertusuk ketika berjalan. Tahu kenapa kemarin mereka ribut di lapangan? Ya, pemain tim lawan menginjak keras kakinya makanya dia berontak. Wad tak menyangka rasa sakitnya malah bertambah parah seusai pertandingan.
Hari ini pertandingan final, mau tak mau Wad harus bertanding demi timnya, juga demi dendamnya kepada para senior galak itu. Terlebih, kebenciannya pada Prem!
Wad memandang sekitar tempat dia beristirahat setelah kabur dari kelas Profesor Cho. Kuliah membosankan yang selalu rajin dihadiri teman-temannya, katanya sih karena Profesor Cho itu sangat galak dan pelit soal nilai jadi harus rajin ikut kuliahnya.Wad mana peduli? Kakinya sakit. Dari pada ikut kuliah, dia lebih memilih pulang dan tidur sebelum bertanding. Dia punya teman serajin Kongpob yang bisa dimanfaatkan saat butuh materi kuliah hari ini.
Dengan terseok-seok, pemuda itu melangkahkan kaki cederanya menuju gerbang kampus yang memang tak begitu jauh dari gedung fakultasnya.
Ahh, Wad kesal sendiri, seharusnya dia pinjam motor milik Dee sebelum bolos kuliah. Yang ada kakinya akan bertambah parah."Tidak masalah, aku tidak akan mati" ujar Wad menyemangati dirinya sendiri.
Menahan rasa sakit pada pergelangan kakinya yang cedera, Wad terus berjalan terseok-seok kembali ke asramanya. Banyak mahasiswa memperhatikannya aneh, ada juga yang tak meliriknya sama sekali. Meski Wad tetap cuek seperti biasa, tapi melihat dia terseok-seok membuatnya terlihat menyedihkan.
Dari jarak beberapa meter di depan, tampak Prem mengendarai motor menuju gedung fakultas teknik. Wad melihatnya sekilas tanpa minat, begitu Prem melewatinya, Wad memutar bola mata jengah.
Entahlah, melihat Prem membuatnya sakit mata. Kesal saja! Apalagi mengingat pertengakaran mereka selama ini, Wad yakin sampai kapanpun mereka lebih baik tidak usah bertemu karena endingnya selalu ingin baku hantam.
Ciiiittttt...
Wad berhenti berjalan, menoleh ke sebelahnya dengan mata memicing malas. Ini dia! Pria menyebalkan bernama Prem, sedang duduk di atas motor tepat di sebelahnya. Prem memandanginya dengan tatapan mata prihatin yang dibuat-buat. Okey! Wad rasa tatapan mata Prem saja bisa membuatnya memukul wajah pria ini."Kau terlihat sehat dan kuat" kata Prem memperhatikan Wad dengan seksama. Berikutnya ia mendecak sambil mengangguk beberapa kali. "bagaimana fakultas kita bisa menang kalau punya kapten tim seperti mu?? Kau bermain basket atau berkelahi di lapangan?"
Wad mendengus, kalau dia ladeni seniornya ini sudah pasti dia akan kalah. Mereka akan berkelahi dan dia dipastikan tidak akan ikut pertandingan babak final karena sudah babak belur duluan dihajar Prem.
"Tenang saja, aku tidak akan menantang orang lemah berkelahi" ujar Prem lagi menangkap keterdiaman Wad. "dan sebaiknya, aku mengantar orang lemah ini kembali ke tempatnya"
"Tidak usah!" jawab Wad langsung. Ia kembali melangkaahkan kakinya.
"Kau yakin? Aku tidak mau fakultas kita kalah karena ulahmu bermain dengan kaki pincang seperti itu!"
Wad terus melangkan, tak ingin menggubris ucapan Prem yang tertinggal di belakanganya.
"Benar-benar sombong! Kau egois! Jika mereka kalah, semua itu karenamu!" seru Prem lagi.
Wad menghentikan langkahnya. Di otaknya tak berhenti menyumpah serapah Prem yang dari tadi berseru di belakang sana, beberapa detik kemudian Wad berbalik. Dia menatap tajam Prem yang sedang duduk diatas motor maticnya--- jauhnya sekitar 10 langkah darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Republish] Another Story of: SOTUS the series
FanfictionNormalnya orang-orang akan jatuh cinta pada seseorang yang baik hati, tidak kasar, punya sikap ramah dan pengertian. Namun manusia mana yang bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta? Itu yang Kongpob alami. Semakin Kongpob jatuh hati pada Arthit...