Enam

4.4K 351 21
                                    

#Crush

 
 

"Kong, ikut saja. kami kekurangan orang untuk membayar bir nantinya" decak Em di telfon.

Pemuda itu masih membujuk Kongpob untuk minum-minum bersama di kafe dekat gedung kondo mereka—asrama Em dan Oak cukup jauh dari Kongpob.

"Aku tidak mau pergi. Kau dan Oak saja" tolak Kongpob malas.

"Au Kong, kau ini aneh sejak dibawa P' Mini pergi. Apa kau dan dia berkencan?"

"Shiaa Em!"

"Lalu kenapa kau menyebalkan sekali sekarang? Ayoo kita pergi minum bir. Aku tau kau sedang stres makanya aku mengajakmu"

"Aku tidak bisa. Kalian saja ya, daahh!"

Kongpob langsung memutuskan sambungan.

Kongpob selesai mengeringkan rambutnya yang baru dicuci. Tubuhnya sudah segar sehabis mandi, sayang otaknya masih juga penat.

Masalah Arthit begitu mengganggunya, lebih mengganggu dari yang orang lain pikirkan. Dia sendiri merasa aneh, tak seharusnya dia terganggu karena masalah itu tidak ada hubungannya dengan dia.

Toh seharusnya tak ada Arthit lebih baik. Teman-temannya merasa senang, tak ada lagi hazer tukang bentak dan menghukum seperti Arthit.

Tapi kenapa Kongpob malah tak suka fakta itu??

Kongpob mengakui kalau Arthit memiliki tempat dihatinya. Arthit bukan orang lain lagi baginya, Arthit bukan lagi senior galak yang sering kesal padanya. Arthit sekarang adalah seseorang yang ingin Kongpob miliki.
 
 
 

Kongpob mendekati jendela kamarnya. Membuka gorden jendela, memandangi kamar gelap milik Arthit yang tampak sunyi.
  

P' Arthit sudah tidur? Ini kan baru jam 7 malam..
 
 
Merasa tak akan menemukan Arthit keluar untuk menjemur pakaian, Kongpob memutuskan untuk pergi mencari makan diluar.

Dia memang tidak nafsu makan, selera makannya hilang padahal dia lapar. Semua ini gara-gara Arthit!

Kalau Kongpob sakit, dia berencana akan menemui Arthit dan memarahi pemuda itu minta tanggung jawab. Enak saja, tidak sadar apa dia sudah membuat Kongpob nyaris gila memikirkannya siang dan malam??

Kedai makan 24 jam di dekat gedung kondo memang paling ramai malam hari. Bukan hanya mahasiswa disekitar kedai saja mencari makan disana, banyak juga pengunjung dari tempat lain. Selain murah, kedia itu memiliki banyak menu, makanan disana terkenal enak. Harganya standar mahasiswa.
 

Sejak memasuki kedai yang luas, Kongpob tak melihat ada tempat kosong. Kedai begitu ramai, orang-orang makan dengan penuh suka cita, berbeda dengan Kongpob yang lemas.

Pemuda itu berjalan terus ke dalam  sambil melihat-lihat sekitar. Ada satu kursi kosong di depan seorang pria yang tengah serius membaca koran. Kongpob tentu saja tak ingin mengganggu orang itu, dia terlihat serius sudah pasti tidak ingin di ganggu. Namun sebuah tepukan ringan dibahu membuat Kongpob menoleh.

"Nong, duduk disitu saja, jangan berdiri di jalan" tegur wanita sang pelayan kedia yang sedang lewat. Wanita itu jelas menunjuk kursi kosong di depan pemuda tadi, "hari ini ramai sekali, belum ada tempat kosong, duduk saja tak masalah" kata sang pelayan sambil berlalu pergi.

Kongpob menatap kursi itu dengan ragu, ia memperhatikan pemuda yang tengah membaca.

Kongpob terbelalak menyadari siapa pria yang sedang membaca itu sambil duduk santai itu. Dia bersyukur karena memaksakan dirinya untuk makan malam, dia juga bersyukur tak memilih langsung pulang meski kedai sangat ramai.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang