Dua Puluh Enam

2.9K 281 42
                                    

#When The Time Comes.. Will You say..

°°

"Arthit, kau jelas tak boleh mengabaikan dia. Lihat saja caranya melihatmu... Jika ada orang yang memandangiku dengan cara seperti itu, aku pasti sudah menyerahkan seluruh hidupku padanya"

Kalimat iseng Leng masih membuat Arthit berpikir hingga mereka keluar dari salon. Dia terus bertanya-tanya dalam kepala, memangnya Kongpob melihatnya seperti apa?

Arthit sadar Kongpob selalu berseri-seri tiap mereka bertemu, tapi yang Arthit tahu alasannya karena Kongpob melihatnya seperti seorang badut. Itulah kenapa Kongpob terlihat bahagia, karena Kongpob menganggap badut Arthit itu lucu. Lagian Kongpob melihatnya menangis seusai CTF waktu itu, sudah jelas Kongpob menganggap Arthit adalah manusia yang memakai topeng kejam padahal hatinya lembut

Ditambah dengan gear yang Kongpob berikan padanya, juga makna menyebalkan tentang gear yang selama ini tidak dia ketahui. Arthit terjebak isi kepalanya sendiri sampai tak sadar kalau Kongpob sejak tadi memanggilnya.

"P' tidak apa-apa kan? Dari tadi diam saja, membuatku khawatir"

Arthit terhenyak. Apa? Khawatir? Jangan! Kongpob tak boleh khawatir karena pikirannya mulai traveling kesana kemari.

"Tidak ada yang ingin P' beli lagi?"tanya Kongpob lagi.

Arthit menggeleng cepat, "aku mau pulang saja. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga akan pulang"

Arthit mengangguk mengerti kemudian berjalan mendahului Kongpob. Pikirnya Kongpob dan dirinya sudah berpisah saat itu, Arthit ke kondonya dan Kongpob ke tempatnya, tapi Arthit mendengar langkah kaki seseorang tepat di belakangnya, jadi dia berbalik.

"Kenapa ikut? Pulang sana!" suruh Arthit.

Kongpob mengulum senyum tipis, dia kembali menjawab sopan "Jalan ke kondoku juga lewat sini"

Arthit tak menyahut lagi, dia kembali berjalan menyusuri trotoar yang mengarah ke gedung kondo yang dia tempati. Arthit terlalu lelah berpikir, dia jadi lapar lagi. Semua itu karena Kongpob! Karena jalan bersamanya hari ini membuat P' Leng berpikiran macam-macam tentang mereka. Alhasil Arthit ikut berpikiran macam-macam.

Gara-gara P' Leng juga Arthit mulai merenungi kejadian dihidupnya sejak mengenal Kongpob. Kongpob sangat menyebalkan sejak awal mereka berhadapan di aula kampus, tapi Arthit sadar sikap Kongpob terkadang jadi terlalu lembut kepadanya.

Kongpob itu berkebalikan 360 derajat dengan Arthit. Dari postur tubuh saja Arthit lebih kecil, Kongpob lebih tinggi darinya. Kongpob sangat tampan, Arthit mengakuinya--- bahkan seisi kampus mengakuinya, terbukti dia adalah moon tahun ini. Mini bilang wajah Kongpob adalah lukisan hidup, sedangkan Toota suka bagaimana Kongpob berbicara dan tersenyum— katanya mirip bintang film.

Banyak sekali gadis-gadis yang mengejarnya sejak awal. Arthit wajar jika Kongpob banyak disukai, toh dia tampan dan baik juga pintar. Yang Arthit tak habis pikir adalah, apa mungkin orang seperti Kongpob itu.. menyukainya?

**

Bright kira dia benar-benar gila. Bagaimana mungkin ia terganggu hanya dengan bayangan seorang pria yang ia temui beberapa kali sewaktu kegiatan outbound?

Kenapa dia harus merasakan hal aneh seperti—— begitu tertarik pada seorang pria tak dikenal??

Okay—— Bright seorang playboy. Itu bukan rahasia lagi. Dia tampan, banyak gadis siap mengantri untuknya meskipun sebagian besar gadis di kampus sudah tak ingin berurusan dengan playboy kekanakan sepertinya.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang