Tiga Puluh Tiga

4K 313 62
                                    

Arthit kira dia bisa menyelamatkan harinya dengan terus berpura-pura tidak terjadi apapun, tapi dia salah. Sejak dia membentak Kongpob di kantin tadi siang, dunianya semakin kalut dan teman-temannya tak berhasil membuatnya lebih baik.

Arthit menghela nafas frustasi. Dia tahu Kongpob sakit hati karena ulahnya, tapi dia juga tak mau membenarkan kedekatan Kongpob dengan Praepailin. Meski mereka hanya sebatas teman.

Aku pacarnya kan? Kenapa dia harus makan bersama Praepailin? Hanya teman? Cih! Teman apa yang bersikap seperti itu!

Dan di tengah kondisi hatinya yang buruk, Arthit melupakan empat orang pemuda yang sejak tadi duduk bersamanya dalam kafe yang mereka kunjungi ini. Empat pemuda berseragam teknik itu sejak tadi melempar tatapan aneh pada Arthit yang seakan sedang bertengkar dengan isi kepala sendiri.

Kami tahu dia gila, hanya kalau sudah separah ini kami juga tidak menyangka.

"Knott" panggil Arthit. Knott yang berada di sisi kirinya menatap Arthit dengan alis terangkat.

"Aku akan menginap di tempatmu" ujar Arthit lebih mirip perintah, bukan permintaan. Knott tak menyahut, mengangguk kecil sebagai balasan.

"Dia bertambah gila kan?" Bright di depan Arthit kini melirik Prem di sebelahnya.

"Sejauh ini belum level akut. Mungkin malam ini dia bisa kolaps" komentar Prem.

"Ku kira dia tidak bisa sembuh" Toota ikut berkomentar, "Lihat wajahnya.. ck! Dia sakit cinta. Sepertinya dia akan patah hati"

"Kalian bicara apa?" Tanya Arthit tak suka.

"Bukan membicarakan mu, tenang saja" Bright menyahut santai, "Ayo kita pulang. Hari ini kita semua akan menginap di kamar Knott"

Arthit yang baru kembali ke dunia nyata menatap Toota, Bright dan Prem yang sudah sibuk merapikan barang bawaan mereka, "Huh? Kenapa kalian ikut?"

"Karena kamar Knott berada di lantai 10. Itu cukup pendek untuk membuat seseorang mati setelah melompat bebas dari balkon kamarnya" sahut Prem mantap, dihadiahi tepuk tangan Toota dan gelak tawa dari Knott dan Bright.

Arthit menatap kawan-kawannya bingung. Kenapa teman-temannya jadi aneh? Perasaan dia hanya sedikit melamun lalu begitu dia berhenti melamun sikap mereka jadi aneh.

Sebelah alis Arthit terangkat, "Kalian gila ya? Kalian tidak berpikir aku akan bunuh diri kan?"

Toota mengibaskan tangan di depan wajah, "Kami tidak bilang itu kau"

"Tapi kalau mau aku bisa membantu. Aku menyediakan jasa untuk mendorong siapa saja dari gedung, dijamin mati minimal patah tulang" timpal Prem tersenyum jumawa. Knott yang tak menyumbang pendapat hanya bisa tertawa menikmati guyonan teman-temannya.

"Sudah gila!" ketus Arthit

"Budayakan berkaca sebelum bicara" tambah  Bright.

Arthit mengendus, perkara cinta bukan hal yang mudah menerima lelucon penghiburan. Orang-orang jauh lebih sensitif sehingga tak bisa merasa terhibur karena itu.

"Aku sedang tidak mood meladeni kalian. Knott, ayo pulang"

Bright, Prem dan Toota saling berpandangan. Tak ada yang bisa membuat suasana hati Arthit membaik. Sejak mereka berteman, Bright, Prem, Knott dan Toota otomatis menjadi pelipur lara bagi Arthit. Seburuk apapun situasinya, mereka selalu bisa membalikan perasaan Arthit menjadi lebih baik, meskipun hanya sedikit, tapi tidak untuk saat ini.

Arthit tak butuh dihibur oleh mereka, anak itu mungkin perlu dihibur oleh sesuatu yang menjadi alasan ia uring-uringan. Sayangnya tim power rangers itu tak tahu siapa orangnya.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang