#Crush(2)
Jika kau dan temanmu bertengkar, apa yang kau perbuat? Minta maaf? Sudah pasti. Namun kebanyakan persahabatan akan bertengkar dan kembali berbaikan tanpa kata maaf. Mereka saling memaafkan, dengan cara—kembali berteman dengan normal.
Persahabatan sering membuat resah, kau tidak sadar sedang menyakiti sahabatmu. Tapi sahabatmu hanya diam, karena merasa itu bukanlah masalah besar meski dia sakit hati karenamu.
Malam itu setelah perdebatan dan pulang ke kondo, Arthit kaget melihat Prem ada di kamarnya. Pria itu bukan sedang menunggu Arthit pulang, dia malah sudah tidur pulas dan terbangun ketika Arthit menyalakan lampu ."Hey Prem! Pulang sana!" Arthit menyeka selimut dan menarik kaki Prem, berusaha menyadarkan Prem agar pemuda itu pergi dari kamarnya.
"Arthit, aku ngantuk!" ia mengelak malas sambil menghempaskan tangan Arthit dari kakinya secara kasar. Ia tarik selimut cokelat Arthit dan kembali membungkus dirinya sambil menutup mata.
"Apa-apaan sih! Kau bertengkar dengan P'Pim lalu kenapa malah disini?" tanya Arthit sebal. Prem tak menjawab, pria itu bahkan sudah mendengkur, namun sayup-sayup Arthit mendengar lenguhan Prem dalam tidur.
"Arthit, pergi ke ruang pertemuan besok"
Arthit melongos. Prem dan kakaknya sama saja. Mereka sering bertengkar bukan karena mereka berbeda, tapi karena terlalu sama sikap dan wataknya. Sama-sama tidak mau mengalah, berwatak kelas dan sebagainya yang jelek-jelek.
Arthit tak lagi mengganggu Prem yang tertidur pulas di kamarnya, ia juga lelah, harus segera tidur. Arthit merebahkan tubuh di sebelah Prem, tak begitu lama dia ikut terlelap.
•••
Kehebohan terjadi pagi itu. Namun, hanya Em sendiri yang heboh. Dia heboh dengan dirinya sendiri, sungguh miris.
Melihat pengumuman akan diadakannya kompetisi mahasiswa baru antar fakultas membuat semangatnya membara. Dia nyaris berdiri di kursi untuk menceritakan pengalamannya bermain di kejuaraan basket saat masih sekolah dulu——dengan suara yang lantang. Tapi karena yang mau mendengarkan ocehan tak berguna Em hanyalah Kongpob dan Oak, jadi dia hanya menceritakan pengalamannya di depan dua temannya ini.
"Waktu itu jantungku berdebar-debar kencang saat kompetisi, padahal aku sudah berlatih keras. Kong, kau ingat kan? Waktu itu di lapangan, saat semua orang bersorak, seperti mengirim doa ke langit hanya untukku!""Kau terlalu membesar-besarkan" decak Kongpob tersenyum geli.
"Ey, Oak, kau juga ingat hal itu kan?"
Oak sebenarnya tidak fokus dengan cerita Em, dia tengah sibuk dengan game ponselnya—terpaksa harus menatap Em dengan wajah cengo sambil berpikir sejenak, "Au. Em, aku tidak ingat pernah satu sekolah denganmu"
Em terhenyak sesaat, lalu ia tersenyum lebar menatap Oak. "Ah. Benar! Kau tidak satu sekolah dengan kami, jadi aku mau mengajakmu berparsitipasi dalam kompetisi basket ini"
Oak menggeleng sambil mendecak pelan, kembali menatap layar ponselnya tak mau peduli dengan cerita Em.
Sedangkan Kongpob? Memang hanya Kongpob lah orang paling setia mendengarkan semua pembicaraan tak berguna sahabatnya. Dia terkikik geli melihat ekspresi 'WOAH' Em saat menceritakan pengalamannya ikut kompetisi. Em begitu berapi-api menceritakannya. Padahal, pengalaman yang Em ceritakan itu, Kongpob juga turut serta.
"Kau harus ingat, kita memenangkan kejuaraan itu!" Seru Em semangat.
Kongpob kembali mengangguk sambil tersenyum memamerkan gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Republish] Another Story of: SOTUS the series
FanfictionNormalnya orang-orang akan jatuh cinta pada seseorang yang baik hati, tidak kasar, punya sikap ramah dan pengertian. Namun manusia mana yang bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta? Itu yang Kongpob alami. Semakin Kongpob jatuh hati pada Arthit...