Empat Belas

3.2K 312 18
                                    

#ICareForYou(3)

Hari yang panjang bagi Arthit. Dia kesal dan marah pada dirinya sendiri karena  memaksakan diri berlarian di lapangan mirip film india. Tidak seharusnya dia keluar dari kesepakatan awal kalau dia hanya harus melakukan setengah dari jumlah hukuman yang diberi.

Tapi seseorang membuatnya melakukan semua itu. Kongpob. Iya. Kongpob yang membuat Arthit melakukan hukuman tanpa mengurangi jumlahnya.

Karena Kongpob selalu menepati apa yang dia katakan. Setiap Kongpob mengatakan "aku akan melakukannya", dia dapat melakukan semuanya termasuk memenangkan kompetisi kemarin.

Arthit tidak mau kalah, apalagi kalah dari Kongpob.

Hujan belum berhenti saat Arthit melakukan putaran terakhirnya. Kakinya tak bertenaga, tapi dia tak bisa berhenti begitu saja. Apalagi yang berada di tribune adalah orang-orang yang sedang menunggunya, ada teman dan juniornya. Atmosfir persaudaraan mahasiswa teknik yang selama ini mereka junjung tinggi—hari ini tercipta untuknya.

"Ayo Arthit, ini putaran terakhir!" teriak Toota diikuti yang lain.

Arthit terus memacu kakinya yang lemah diputaran terakhirnya. Teriakan penuh semangat mengiringi Arthit menyelesaikan putaran terakhirnya.

Bright, Toota, Knott dan Prem turun dari tribune menunggunya di garis akhir, seragam mereka sudah ikut basah karena hujan, Fang dan Kongpob menyusul dari belakang.

"Arthit! Berjuanglah! Kau hanya perlu berlari sedikit lagi!" teriak Toota kembali. Dia hampir menangis melihat Arthit yang tampak tersiksa.

"Ayo! Ayo!" Prem dan Bright terus mengulang teriakan mereka. Knott tak berkomentar, hanya mengawasi langkah Arthit yang semopoyongan. Rasanya kaki Arthit sudah tidak sanggup dipakai berjalan lagi.

Sampai akhirnya Arthit jatuh sebelum menyentuh garis akhir. Toota mulai menangis, sedangkan yang lain terus memberi semangat. Berbeda dengan Kongpob yang hendak berlari menghampiri Arthit, tapi di cegat oleh Fang yang berdiri disisinya.

"Ayo Arthit! Kau pasti bisa!" teriak Prem semakin kencang berusaha mengalahkan derasnya hujan.

"Bangun Arthit!! Kau pasti bisa!" tambah Bright tak mau kalah.

Di belakang ke empat pemuda itu, Kongpob semakin cemas tak karuan, genggaman tangan Fang semakin mengerat seiring gerakan Kongpob ingin berlari menghampiri Arthit.

"N'Kong. Kau tidak bisa membantunya, kita cukup menunggunya disini." Kata Fang berusaha menenangkan Kongpob.

"Tapi P'Fang. P'Arthit bahkan tak bisa berdiri sendiri. Aku hanya ingin membantunya berdiri P', ayolah, kasihan P' Arthit" bujuk Kongpob.

Fang menggeleng keras, cengkramannya semakin kuat. "Tenang, oke? Arthit baik-baik saja"

Di arena lari, Arthit berusaha berdiri. Sekitar 10 langkah lagi ia berhasil mencapai teman-temannya yang sejak tadi berdiri di garis finis. Sekuat tenaga ia buang langkah lemahnya lebar-lebar hingga sampai di depan mereka.

Prem dan Knott menyambut tubuh lemas Arthit yang jatuh di dekapan mereka kemudian memapah tubuh kecil Arthit. Di sebelah mereka Bright menanyakan keadaan Arthit meski Arthit hanya membalas dengan  membentuk tanda 'oke' dengan jarinya. Nafasnya tersengal akibat kelelahan hingga tak mampu menjawab.

Toota berusaha memayungi Arthit dari belakang meski tidak ada gunanya, mereka sudah basah, percuma di beri payung.

"Kau tidak perlu bicara, kami akan membawamu pulang" ujar Knott sambil terus memapah Arthit bersama Prem.

Arthit hanya mengangguk. Di depan mereka Kongpob dan Fang tampak khawatir.

"P' Arthit, apa kau baik-baik saja?"tanya Kongpob di bawah payungnya. Dia bermaksud ingin memayungi Arthit, tapi percuma karena Arthit sudah dikelilingi teman-temannya.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang