Dua Puluh Dua

3.1K 323 55
                                    

______________________
#Beach
______________________

Rencana kegiatan outbound telah di acc oleh dosen pembimbing kemahasiswaan. Persiapan pun sudah mulai dilakukan sejak ajuan proposal dana mereka cair.

Ya itulah alasan kenapa Arthit tersenyum sumringah sejak tadi pagi.

Di samping rencana mereka tak menemui kendala berarti, Arthit juga sebenarnya ingin pergi ke pantai, dan karena outbound kali ini akan dilaksanakan di kawasan wisata pantai jadi dia sangat senang.

Rencananya para hazer dan mahasiswa baru akan menginap 3 hari 2 malam disana. Semua orang jelas menantikan kegiatan ini, tapi mungkin cuma Arthit yang paling berlebihan menyambutnya.

Bright sampai menegur Arthit berulang kali agar pemuda itu berhenti melempar senyum kepada siapapun yang lewat di depan mereka. Kantin fakultas hari ini agak sepi karena sudah memasuki musim ujian tengah semester. Para mahasiswa lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan atau laboratorium ketimbang nongkrong kantin.

Tapi Arthit duduk menopang dagu di meja kantin andalan mereka sambil terus tersenyum, membuat teman-temannya malu karena sikapnya yang aneh. Kemarin-kemarin suka marah-marah di ruang ospek, hari ini tersenyum mirip orang bodoh.

"Arthit, ayo ke dokter!" ajak Bright hendak mengamit lengan Arthit namun ditampis pemuda itu.

Arthit yang semula tersenyum itu langsung mengatupkan bibir. Tapi 5 detik kemudian anak itu tersenyum lagi.

"Pantai benar-benar obatmu ya Arthit? Sampai tak bisa berhenti tersenyum" Kata Knott tak menyangka.

Arthit mengangguk sambil tersenyum. Benar, Pantai adalah obat paling mujarab baginya. Membayangkan suasananya saja membuat Arthit senang.

"Coba saja ikut saranku pergi ke kebun binatang" ujar Prem santai. Berikutnya Toota melayangkan jitakan di kepala pemuda itu.

"Kau mau menginap di kebun binatang? Sana! Pergi tidur di kandang macan" jawab Toota gemas.

"Guys, haruskah aku melepas masa lajang? Aku perlu pacar jika kita liburannya di pantai" Bright menatap teman-temannya meminta pendapat.

"Bright, kau bisa berhenti main-main? Setidaknya gunakan status seniormu itu untuk hal yang lebih berguna hingga bisa ditiru juniormu" komentar Knott.

Bright hanya bisa mendengus sebagai balasan. Pemuda-pemuda itu terus berbincang tanpa menyadari bahwa suasana kantin tampak berbeda sejak mereka duduk disana.

Ya, sikap ramah dan senyum yang Arthit tunjukan membuat banyak mahasiswa baru menaruh minat pada pemandangan itu. Awalnya mereka takjub dengan senyum manis yang dimiliki Arthit, namun lama kelamaan mereka tak kuasa untuk tak melamun sambil memandangi pemuda itu. Lucunya, Arthit tak menyadari hal itu. Dia kira, karena dia tersenyum jadi junior-juniornya itu membalas senyumannya, padahal mereka tersenyum karena sedang menikmati senyuman Arthit.

Sungguh manis, batin Kongpob yang menduduki sebuah meja bersama teman-temannya.

"Aku sungguhan jatuh cinta pada P'Arthit"

Kongpob menoleh pada sosok Maprang yang duduk di sebelahnya. Gadis itu menatap hal yang sama dengannya-- Arthit. Bedanya, Maprang dengan mudah mengutarakan isi hatinya, sedangkan Kongpob harus menahan luapan hatinya tentang Arthit.

Di meja itu duduk Kongpob, Em, Oak, May, Maprang dan Praepailin.

"Maprang akan mendekati P' Arthit saat outbound nanti" kata May, "bagaimana menurutmu Prae?"

Praepailin mengangguk setuju, membuat Maprang bersemangat. Apalagi saat Em dan Oak mulai meledeknya, Maprang tersipu malu.

Hanya Kongpob yang tak meledek gadis itu, dia cuma tersenyum tipis menanggapi ejekan teman-temannya pada Maprang. Saat itu ketenangan Kongpob serasa di usik, dia tak suka fakta Maprang jatuh cinta pada Arthit.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang