Tiga Puluh Dua

3.5K 304 44
                                    

#The Feelings you never knew

______________________________

Kongpob masih terbayang obrolannya dengan Arthit beberapa saat lalu. Mereka berdua beriringan kembali ke kondo, Kongpob yang memilih untuk mengantar Arthit ke kamarnya duluan sebelum pulang.

Keduanya bicara banyak hal, dari yang penting hingga hal-hal remeh tentang apa yang mereka lakukan hari itu. Moment yang manis bagi keduanya.

Kongpob dibuat terkesan ketika Arthit mengingat keinginannya masuk jurusan ekonomi. Kenyataan bahwa Arthit peduli padanya membuat Kongpob semakin jatuh cinta, dia semakin ingin berada di dekat Arthit selamanya. Kongpob sedang di mabuk cinta, merasa tak ada lagi yang ia butuhkan di dunia ini saat bersama Arthit.

Dan gear milik Arthit dalam genggamannya ini, Kongpob sangat bahagia bisa memilikinya. Dimana dia harus meletakkan benda seberharga ini? Haruskah dia membeli kotak kaca dan menyimpannya disana? Sepertinya memang perlu.

Kongpob masih menimbang-nimbang perihal menyimpan gear milik Arthit hingga ponselnya berdering membuat perhatiannya teralihkan. Nama Arthit dilayar membuat Kongpob langsung menjawab dengan cepat.

"P'Arthit!" sapa Kongpob bersemangat.

"Oi Kong. Ada apa dengan suaramu?"

"Aku senang P' Arthit meneleponku" jawan Kongpob sungguh-sungguh.

"Astaga.. Kau sudah sampai?"

"Khab. P'Arthit sudah makan? Kenapa belum tidur?"

"Aku sudah selesai makan, aku akan tidur sebentar lagi. Kau juga segeralah tidur"

Kongpob melambung tinggi ke angkasa. Arthit menelponnya hanya untuk mengucapkan selamat malam dan Kongpob serasa mendapat hadiah paling mewah.

"Mimpi indah, P" ucap Kongpob sebelum seniornya itu menutup telpon.

Kongpob menarik nafas dalam, hatinya penuh bunga dan kupu-kupu. Sudah tidak ada celah untuk orang lain, tempat itu sah milik Arthit sepenuhnya.

**

Hubungan romantis antara pria dengan pria adalah hal yang sulit. Meski dimulai dengan cinta, keyakinan dan perasaan yang tulus tidak menjamin sebuah hubungan berjalan semulus yang diharapkan.

Kongpob masih dimabuk cinta, dunianya selalu tentang Arthit. akan tetapi, perlahan tapi pasti, sepersekon dari hari-harinya--- dirinya mulai memikirkan hal yang membuatnya khawatir, tentang hubungan Arthit dan dirinya yang masih rahasia.

Sulit bagi Kongpob untuk menyembunyikan hubungan ini karena setiap kali dia melihat Arthit, yang ia inginkan hanyalah berlari menghampiri pemuda itu dan memeluknya erat. Sayang sekali, semua itu tidak bisa ia lakukan, karena sampai saat ini orang lain tetap berpikir kalau mereka bermusuhan.

Arthit yang tidak ingin memberitahu teman-temannya, membuat Kongpob jadi sungkan untuk sekedar memberitahu Em sebagai teman terdekatnya.

Jika mereka berdua bertemu di kampus, yang mereka lakukan hanya saling melirik malu sambil mengulum senyum tak kasat mata. Hubungan mereka lebih sering lewat ponsel, saling mengirim pesan atau sekedar menelpon hingga larut.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang