Tiga Puluh

2.9K 303 35
                                    

#If I Try...

————————

May masuk ke kelas bersama Praepailin dan Maprang. Seperti biasa, gadis itu tersenyum kepada semua orang termasuk Kongpob. Meski sudah ditolak, sisi dewasa May bisa mengerti. May tak ingin canggung dengan orang yang telah menolaknya, bagaimanapun hubungan mereka baik selama ini.

Giliran Kongpob yang harus menjaga sikap agar  tak membuat orang lain salah paham dan berharap. Kongpob tahu rasanya berharap lalu di kecewakan. Dia berulang kali menaruh harap lalu kecewa sendirian.

Em duduk di samping Kongpob menyikut lengannya. Membuat Kongpob menoleh.

"Sebenarnya, aku tahu May mengaku padamu kemarin. Aku ada disana" ujar Em.

Kongpob mengerjap beberapa kali, tak menyangka.

"Kau mendengarnya?" Tanya Kongpob kaget.

Em mengangguk, "ku pikir kau akan menerima perasaannya. Ternyata.." lanjutnya sendu.

Kongpob mengerjap lagi. Kali ini karena ekspresi yang Em tunjukan.
"Apa dia May? Yang kau tanyakan padaku kemarin?" Tebaknya.

Em terkesiap. Menggaruk lehernya salah tingkah, semakin membuat Kongpob bersemangat menilik wajahnya.

Kongpob mendecak takjub, " Aku melewatkan hal ini darimu"

Sorot mata Em berubah teduh, "Meskipun dia menyukaimu. Aku bersyukur kau tidak menyukainya.. Akan lebih sakit jika kau juga menyukai May"

Kongpob merangkul bahu Em bersahabat. Keduanya memang tumbuh bersama sejak mengenyam bangku SMP. Selain belajar dan bermain, mereka jarang membicarakan masalah hati secara intens kecuali iseng berkomentar soal gadis-gadis cantik di sekolah atau niat tersembunyi Em membeli majalah dewasa.

Kongpob tak menyangka akan berada di posisi yang mana dirinya disukai oleh gadis yang disukai sahabatnya sendiri. Mirip drama kegemaran ibunya Em, tapi ini kisah nyatanya. Kongpob merasa bersalah pada dirinya sendiri, Em pasti telah menampung banyak sakit hati karena perasaannya itu, dan Kongpob adalah salah satu dalangnya.

"Maaf ya" ujar Kongpob dengan rasa bersalah, "aku minta maaf jika membuat May sakit hati"

Em mengangguk paham, "aku akan ada disana, disisinya untuk membantunya melupakanmu"

Kongpob tergelak begitu saja. Kalimat Em sangat manis, sampai terdengar menggelikan ditelinga Kongpob. Apalagi saat Em bercerita kalau dulu, May pernah membeli sapu tangan Em dengan harga 1 bath karena dia percaya pada mitos.

"May bilang, perjumpaan lewat sapu tangan selalu membawa airmata. Dia memberiku 1 bath karena itu, dan aku percaya May mungkin ingin pertemanan kami jangan ada airmata"

Kongpob masih tertawa. Em pun tak memperdulikan gelak tawa sahabatnya, dia terlanjur bersemangat dengan rencananya menghibur May yang patah hati. Tawa itu tak bertahan lama, awan Kongpob kembali mendung. Sedih kembali datang, pertemuannya dengan Arthit tadi pagi kembali membuatnya melamun.

Em menyikut lengan Kongpob lagi setelah berulang kali tak mendapat sahutan sang pemilik nama, "aku tanya, besok kau ada acara?"

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang