#Friends
•Oak rasa dia bisa mengurung diri seharian penuh dalam kamar mandi, setelah Em bilang menghilangkan tanda pengenalnya.
Mau seperti apapun alasan Em nanti, dia yakin hari ini keteledoran Em akan membuat mereka kena hukuman berat.
Ketika Oak ingin megurung diri, Em dengan bodohnya malah ingin bunuh diri. Sial! Em memang tidak pernah bisa di andalkan.
Kongpob tak banyak bicara mendengar hal itu. Justru aneh kalau Em tidak teledor seperti ini. Sejauh berteman dengan Em, dia tak pernah merasa temannya ini bisa diharapkan, atau bahasa lainnya Em tidak berguna sama sekali.
"Sudahlah, percuma kalau kita merutuki kesalahan anak bodoh ini. Hadapi saja, ayo ke ruangan" ajak Kongpob.
Meskipun berat, tapi Oak dan Em mengikuti langkah Kongpob, tentunya dengan terseok-seok.
~~
Aula jurusan teknik industri menjadi ruang pertemuan untuk kegiatan Ospek- sudah mulai dipenuhi oleh maba. Suasana ramai sebelum para senior masuk ruangan adalah kesenangan tersendiri, maba bisa bersantai atau berkumpul bersama teman dari kelas lain. Membicarakan tugas, rencana akhir pekan, melirik teman seangkatan yang cantik dan tampan, atau kegiatan apa saja yang bisa membunuh ketegangan sebelum bertemu senior.
Namun hari ini berbeda, melihat Em tengah ketakutan memasang wajah bodoh siap menangis, membuat Kongpob memandanginya prihatin.
Tak ada hal yang bisa dia lakukan untuk temannya, namun dia berjanji pada dirinya sendiri, jika senior melakukan hal yang tidak masuk akal kepada Em, dia akan kembali menjadi si pembangkang seperti julukan yang mereka berikan.
Beberapa menit kemudian senior memasuki ruang pertemuan.
Wajah keras tak ramah, bicara dengan suara lantang, juga langkah kaki yang sengaja disentak-sentak. Meskipun itu cara basi untuk membuat junior takut dan tunduk, cara ini tetap berhasil. Mereka sukses melakoni karakter jahat.
Dari belakang, Kongpob bisa melihat punggung Em sedikit bergetar, mungkin gugup karena takut. Ia menunduk dalam, tak ingin senior tahu dia tak memakai tanda pengenal.
Kongpob sedikit tenang saat melihat Oak mengajak Em berbicara. Entah apa yang mereka diskusikan tapi setidaknya itu bisa mengalihkan ketakutan sahabatnya, meski ini juga dapat membuat masalah baru jika para senior menganggap tingkah laku keduanya itu adalah dosa di ruangan ospek, maka bersiaplah untuk menerima hukuman.
"Hari ini, banyak teman-temanmu yang bolos!" suara lantang Arthit membuat Kongpob meninggalkan kekhawatirannya pada Em, "aku ingin tau, kenapa mereka bolos?! Ada yang bisa menjawab pertanyaanku?!"
Seisi ruangan saling pandang, mereka mulai saling bertanya menjadikan ruangan jadi agak ramai.
"Sial! Kalau banyak yang tidak datang, seharusnya aku langsung kembali ke kondo saja" bisik Em pada Oak di sebelahnya.
"Sudahlah, percuma. Kau sudah disini sekarang" Oak ikut berbisik.
Keduanya tak begitu menyadari Arthit sedang mendekat. Mata Em membulat sempurna saat menyadari Arthit memperhatikannya, wajahnya mendadak pucat pasi. Dia menunduk lagi, kalau bisa sampai menghancurkan lantai ruangan dan menyembunyikan diri disana.
Di deretan belakang, Kongpob memandangi temannya-- kawatir, apalagi ketika Arthit mulai berusara.
"Khun... berdiri" panggil Arthit tegas.
Em menurut, ia berdiri sambil meneguk ludah pahit. Tangannya mulai dingin, keringat halus tampak di keningnya.
"Mana tanda pengenalmu?" Arthit bertanya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Republish] Another Story of: SOTUS the series
FanfictionNormalnya orang-orang akan jatuh cinta pada seseorang yang baik hati, tidak kasar, punya sikap ramah dan pengertian. Namun manusia mana yang bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta? Itu yang Kongpob alami. Semakin Kongpob jatuh hati pada Arthit...