Lima

2K 163 11
                                    

#IKnowYou(2)

Jika biasanya setiap pertemuan ara maba akan melihat wajah si galak Arthit, kali ini berbeda. Ada senior super cool seperti Knot yang berdiri ditengah memimpin barisan para senior.

Para maba bertanya-tanya, kemana pergi ketua ospek yang ganteng tapi galak itu? Rasanya aneh jika tak melihatnya.

Sebagian junior merasa senang, sebagiannya lagi penasaran dengan ketidak hadiran Arthit di ruangan.

Mungkinkah Arthit sakit?
Tapi tidak mungkin, beberapa orang dari mereka tadi bertemu dengan Arthit di kantin.
Atau dia punya urusan mendesak?
Ya! Pasti itu jawabannya.
 

Tak ada yang menyadari kehampaan yang Kongpob rasakan saat menyadari tak ada Arthit hari ini. Kongpob merasa Arthit punya masalah hingga tak kunjung datang. Kongpob jadi cemas, apa P' Arthit baik-baik saja?

Kongpob melihat kesana-kemari, berharap andai saja Arthit ada diantara senior-senior yang selalu berdiri mengelilingi ruangan ini, atau setidaknya Arthit hanya lewat—lewat depan pintu aula tanpa perlu singgah. Entah, Kongpob sangat ingin melihat Arthit.

Harapan Kongpob terkabul saat Arthit terlihat berdiri mengamati teman-temannya bicara—dari pintu ruang pertemuan. Meskipun Kongpob tak melihat sosok Arthit yang berada dekat pintu aula.
 

Arthit percaya teman-temannya bisa melakukan tugas sebagai ketua lebih baik darinya. Lagian, apa sih yang bisa dibanggakan darinya? Selain hebat berlagak kejam, tidak ada yang bisa dia lakukan dengan baik.

Arthit beralih mengedarkan pandangan pada juniornya yang tampak patuh mendengar arahan dari Knott. Dugaannya benar kan? Knott bahkan melakukaan tugas pemimpin lebih baik darinya.

Arthit menunduk, mengulum senyum pahit. Tak bisa menyembunyikan kekecewaannya atas keputusan dosen pengawas kegiatan mencabut posisinya sebagai ketua karena insiden mahasiswi baru yang sakit asma itu. Jika kabar iru terdengar ke telinga Dekan, maka kegiatan akan diberhentikan paksa, jadi Arthit harus siap mengambil tanggung jawab itu. Begini jauh lebih baik, batinnya mencoba kuat.

Begitu Arthit kembali mengangkat pandangannya, ia bertemu dengan manik mata hitam kelam milik Kongpob. Tatapan Kongpob seperti mengandung arti yang tak dapat Arthit tebak. Kedua pemuda itu bertatapan untuk detik yang panjang, hingga Arthit mengakhirinya dengan sebuah senyuman simpul.

Arthit lalu meninggalkan tempatnya berdiri. Membuat Kongpob tak rela harus ditinggal seperti itu
 

Rasanya ingin sekali dia mengejar Arthit. Berjalan berdua entah kemana, berharap dalam perjalanan itu, Arthit mau menceritakan masalahnya.

Kongpob ingin memberitahu seniornya itu bahwa dia bisa di andalkan, bahunya cukup kuat untuk berbagi beban yang sama. Ia ingin Arthit tahu, entah dimulai sejak kapan——Kongpob ingin berada disisi Arthit tanpa pria itu sadari.

Namun Arthit tetaplah Arthit—— head hazer yang galak, kejam, menyebalkan dan suka mencari kesalahan para junior. Pemuda manis itu sangat keras kepala. Meski dilain tempat dia sering tertawa, Arthit terlalu menjaga sikap di depan maba. Dia tak mau  beramah-tamah pada junior, walaupun aslinya Arthit orangnya ramah. Dia akan menunjukan sisi baiknya, tapi nanti—— saat ospek selesai.
 
 
 
Bagi Kongpob, kegiatan ospek tanpa Arthit rasanya sepi. Kalau ada Arthit, Kongpob menganggap punya hiburan kecil saat melihat wajah seniornya itu. Jelas mereka akan selalu berseteru, namun perkelahian mereka inilah yang kelak jadi memori berkesan.

•••
 

Kongpob menemukan pemandangan itu lagi. Arthit yang sedang menjemur pakaian di balkon kamarnya.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang