Dua Puluh

2.7K 318 46
                                    

#CaptureTheFlag(3)

*

Tak ada yang menyalahkan Kongpob. Meski Arthit bilang misi mereka gagal, teman-temannya iklas menerima. Karena mereka sudah berusaha keras, dan mereka tidak merasa rugi sudah berterima kasih pada para hazer.

Beberapa menit lagi pukul 7 malam, batas akhir maba menjawab misi terakhir yang diberikan Arthit. Mereka masih berkumpul di lapangan bermodalkan satu lampu disudut lapangan.

Seperti sedang menunggu keputusan akhir meski sudah tahu misi mereka gagal. Duduk bersama sambil menghibur satu sama lain, tidak buruk kan?

Em duduk di samping Kongpob. Ketika Arthit menolak apa yang mereka lakukan, Em tahu Kongpob yang paling kecewa.

Pembicaraan Arthit dan Kongpob sebelum turun ke lapangan sudah menjelaskan semuanya, bahwa Arthit melakukan rencana CTF kali ini ada hubungannya dengan Kongpob. Lalu menyadari tekad Kongpob juga membuat Em tahu kalau sahabatnya ini sudah berusaha  keras melawan Arthit.

Yah. Arthit hanya tidak mau kalah atau lebih tepatnya, tidak mau mengakui kekalahan.

Tapi apa alasannya?
Kenapa Arthit sangat menekan Kongpob?
Kenapa Kongpob terus ingin melawan Arthit?

Sebutlah mereka musuh, tapi meski bermusuhan dan sering terlibat perdebatan, hal itu justru menunjukan kalau mereka sebenarnya saling melengkapi.

Em menepuk pundak Kongpob. Ada banyak hal yang membuat Kongpob lebih diam tanpa Em ketahui alasannya.

"Kong, ini bukan salahmu.. jangan merasa bersalah ya"

Kongpob tersenyum tipis, "Apa aku gagal Em?"

Em menggeleng, "Kau keren, Kong. Kau benar-benar sahabatku yang punya 1000 ide jenius membuat P'Arthit kalah"

"Tapi kita kalah,"

"Kau yakin? Meskipun P'Arthit bilang kita tidak lolos, ku pikir dia hanya tak ingin kelihatan kalah. Kau lihat, dia sudah tidak ada di atas" Em menunjuk para panitia yang sedang berdiri menjaga bendera.

Beberapa panitia lainnya terlihat mendiskusikan sesuatu, disana tidak ada Arthit.

Tiw, Wad dan Oak menghampiri Em dan Kongpob.

"P' Arthit kemana ya? Apa dia pergi menyiapkan hukuman untuk kita?" tanya Oak setengah bergidik.

"Terserah mereka mau melakukan apa, ini terakhir kalinya aku datang ospek walaupun besok-besok mereka melanjutkan kegiatan bodoh ini karena kita gagal" kesal Wad.

"Tapi sebenarnya Wad, aku heran kau mau muncul hari ini.. Biasanya kau tidak ingin terlibat dengan hal-hal seperti ini"

Wad mendengus, tak membalas. Entah kenapa matanya menangkap bayangan Prem sedang berdiskusi dengan beberapa panitia di atas tribune, pemuda itu tampak serius membicarakan sesuatu.

"Hey Wad, apa yang kau lihat?" tanya Em.

Wad menoleh pada Em lalu menggeleng malas, "Tidak lihat apapun"

Mereka kembali terdiam, menunduk sama seperti yang lain—yang pasrah dengan hasil akhir kali ini.

"Haruskah aku berhenti kuliah saja?" ujar Tiw menatap langit gelap tampak frustasi.

"Kau terdengar seperti Em" Kongpob tersenyum geli.

"Hey Kong, jaga ucapanmu!" Kesal Em di sampingnya.

Kongpob tertawa sambil menggeleng. Tak peduli protes Em padanya.

"Tapi Kongpob mengatakan hal yang benar.. Kau itu sangat tidak berguna" kata Oak.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang