1.7 Iblis (2)

2.2K 341 85
                                    

Scoups terdiam cukup lama menilik bimbang seraut gadisnya yang hanya duduk di sisinya tanpa bergeming. Ajakan Hwasa beberapa jam lalu lewat telepon, membuatnya tak dapat berhenti untuk memikirkan. Kembali ke villa itu? Yang benar aja! Hwasa udah gila kali nyuruh mereka buat balik ke sana, pikirnya menggebu-ebu.

Bahkan tiap dia mengulang lagi peristiwa mengerikan yang melibatkan langsung kekasihnya, rasanya tak pantas jika dia mengiyakan dengan gampang ajakan Hwasa. Bagaimana kalau sesuatu terjadi lagi sama Bona? Scoups segera mengusir prasangkanya dari kepalanya. Enggan membayangkan kejadian serupa, apabila citra sang kekasih terpampang jelas dan tampak nyata di sana.

Dia menghela napas. Berat rasanya menuruti kemauan itu. Namun, jika dia membiarkan keadaan demikian adanya, seolah kemarin hanyalah sebuah mimpi belaka bukanlah realitas. Bukankah itu artinya dia menginginkan Bona jadi perenung ketakutan yang selalu sembunyi di kamarnya?

Scoups menatap kekasihnya lagi. Kilatan pada matanya sarat dengan kerinduan. Kerinduan seorang lelaki terhadap kekasihnya yang dulunya sosok periang dan pembicara yang baik. Lantas semenjak peristiwa di villa, sosoknya kini menjelma jadi gadis pendiam dan pembicara yang kaku. Scoups meremas tangan Bona lembut, mengantarkan kehangatan dibalut perlindungan yang tulus diberikan kepadanya.

...

Nyaris ... nyaris saja dia terlambat dan kehilangan lelaki itu jika tidak segera memaksakan diri mendobrak pintu. Begitu ia berhasil menerobos masuk, wajahnya langsung panik disertai bola mata terbelalak kala mendapati kondisi naasnya tergeletak tak berdaya di lantai, penuh dengan pecahan kaca dan luka di mana-mana. Keadaannya sangat mengenaskan.

Yang biasanya dia mendapati rumah dalam kondisi tertata rapi, meja yang seharuanya berada di sisi dinding bersama aquarium kaca kecil di atasnya itu telah menjadi potongan-potongan acak dan mengotori lantai ruangan. Siyeon menahan diri agar tidak berteriak marah kepada makhluk tak kasat mata yang telah menyebabkan kekacauan ini. Dengan mencelakai sang teman yang bahkan tidak dapat melawan balik, selain berusaha untuk kabur. Andaikan Yuta tidak memberitahu dirinya sebelum kejadian ini, barangkali Siyeon tidak akan pernah dapat menolongnya dari kematian.

Yuta menceritakan teror-teror kecil di dalam kamarnya dan meminta Siyeon supaya mencaritahu, apakah teror itu berasal dari hantu iseng atau justru hantu pembawa aura kejahatan. Sedangkan Siyeon tidak pernah salah menilai, hanya saja jika dia cepat tanggap dengan menyuruh Yuta segera pergi dari rumahnya, mungkin lelaki ini tidak akan terluka parah.

“Yut ...,” lirihnya pedih sembari merangkul pundak Yuta sedikit luluh, sementara tangannya yang bebas berkutat cepat dengan benda pipih miliknya. Siyeon bergegas menghubungi pihak medis yang dapat secepatnya menyelamatkan sang teman.

...

Nggak! Gue nggak mau ya, tetap nggak mau!” teriak Nayeon bersikeras menolak ajakan teman-temannya kembali ke villa. Rencana pergi ke tempat terkutuk itu bukanlah rencana terbaik yang pernah dia dengarkan. Begitu mendengar nama tempat itu disebutkan saja, pundak Nayeon langsung meremang dan dia tidak mampu buat berkata-kata.

“Nay, please ... cuma ini caranya supaya kita hidup normal lagi,” kata Bobby memohon.

“Gue nggak mau lagi ke sana! Apa kalian nggak bisa ngertiin perasaan gue, hah? Gue ketakutan! Sumpah! gue ketakutan setengah mati. Udah cukup buat gue tahu kalau hantu itu betulan nyata.”

“Kita semua sama ketakutannya, Nay,” balas Seolhyun dengan raut sama memohon layaknya Bobby.

Nayeon menggeleng keras, bahkan berpaling dari wajah teman-temannya yang tengah memohon agar dia ikut serta dalam rencana gila mereka itu—ya, bagi Nayeon rencana mereka adalah rencana gila, sinting, dan bodoh!

Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang