Malam ini tuh, rasanya beda banget. Jisoo yang biasanya nyaman tinggal di kamar sendirian, mendadak jadi was-was. Netranya terus mengawasi sekitar, seolah bukan hanya dirinya saja yang ada di kamar ini. Dia terus mengamati sekeliling, disertai roman sarat akan kecemasan. Menjadikan cewek itu bergelung di balik selimut dengan tubuh yang mulai bergetar karena parno.
Mencoba untuk memejamkan mata pun dia tak sanggup. Rasanya cukup aneh saat mata terpejam. Dia merasa ada seseorang yang sedang mengawasinya, tapi dicari pun dia nggak menemukan kejanggalan di kamar.
Lalu saat Jisoo mengalami cegukan, dia tanpa sadar meloncat turun dari ranjang, dan berlari keluar dengan tergesa-gesa. Sambil menengok ke belakang, seakan ada sesosok yang sedang mengikutinya, Jisoo mendobrak masuk pintu kamar Junghwan. Menyebabkan sang adik yang baru akan tidur tersentak bangun.
“Kak!”
Mengabaikan ekspresi marah sang adik, Jisoo menutup pintu, bahkan sampai menguncinya. Kemudian meloncat naik ke ranjang dan menyembunyikan dirinya di balik selimut.
Junghwan mulanya bingung, tapi begitu mendengar cegukan sang kakak, tanpa sadar kepalanya menoleh kanan-kiri sebelum akhirnya menyusul Jisoo ikut sembunyi di balik selimut.
“Jangan serem-serem dong, Kak!” protesnya takut. Kalau dulu dia bukanlah penakut, meskipun kakaknya cegukan, yang mana pertanda dapat merasakan kehadiran makhluk gaib. Namun, semenjak kakaknya mengalami tragedi mistis, Junghwan mulai saat itu menjadi adik yang mudah takut.
“Kak!” Disenggolnya lengan Jisoo yang refleks kaget, lalu menoleh cepat. “Kakak nggak tahu, jangan tanya,” jawabnya.
Apalagi malam ini cuma mereka berdua di rumah, sedangkan mama sudah menyusul papa di luar kota. Rencananya kedua orangtuanya baru pulang Minggu esok. Ya, hanya untuk malam ini saja kedua saudara itu dipaksa tinggal di rumah berdua saja.
Lantas siapa sangka, kalau Jisoo akan merasakan kehadiran hantu di saat berdua saja bersama Junghwan?
Biarpun dulu sering mengalami hal demikian. Namun, entah mengapa keadaan sekarang telah berubah. Serupa dengan adiknya, dia pun mulai gampang menjadi parno setelah mengalami tragedi mistis.
Kendati demikian, yang dirasakannya kali ini berbeda dengan biasanya. Kadang cegukan Jisoo hanya sesaat saja, sedangkan ini tak kunjung jua menghilang. Pertanda tak baik kalau sosok itu mengikutinya sampai ke kamar Junghwan.
“Kalau gini terus nggak bisa tidur, ih!” rutuk Junghwan. Bulu roma bocah laki-laki itu mulai berdiri, hawa dingin menusuk-nusuk bagian terluar kulit pada tubuhnya.
Jisoo cuma bungkam dan menyembunyikan kepala di balik selimut. Perasaan tentang “diawasi” terus saja menganggu kenyamanannya. Benar kata Junghwan, malam ini sepertinya mereka tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.
“Telpon Kak Taeyong aja ya, buat ngusir setannya.” Dia menyetujui saja usulan sang adik. Tanpa repot-repot mengusulkan ide lain, barangkali panggilan Junghwan akan menganggu Taeyong. Lagian nggak enak juga sih, merepotkan cowok itu untuk kesekian kalinya. Tapi kalau bukan dia yang bisa ngusir hantu, siapa lagi coba? Satu-satunya orang yang dikenal dapat melihat hantu kan, cuma Taeyong saja.
“Untung belum tidur.” Junghwan mendesah lega yang gagal tertangkap oleh netra Jisoo. “Kita tunggu aja, deh.”
Jisoo mengangguk disertai cegukan yang belum hilang juga. Astaga, merepotkan sekali! Mau sampai kapan dirinya begini terus? Cegukannya ini lumayan menganggu dirinya. Selain karena bicaranya terpotong-potong, dia jadi gampang dehidrasi.
“Kak Taeyong udah sampai,” ujar Junghwan sambil menyikap selimut dan berniat menyusul keluar guna membukakan pintu sang tamu. Jisoo yang menyadari niatan adiknya, langsung menyusul dan menggandeng tangan Junghwan lantaran tak mau ditinggal sendirian.
Walaupun mereka keluar kamar, cegukan Jisoo tetap saja nggak hilang. Malah makin parah saat mereka berada di lantai dasar. Kali ini cegukannya tanpa jeda lama. Junghwan menyadarinya ikut prihatin melihat ekspresi nelangsa kakaknya.
Ngomong-ngomong, cepet juga Taeyong sampai rumahnya. Apa dia ngebut, ya?
Ketika pintu dibuka, Taeyong segera menyapa dengan gaya santai. Kontan dibalas senyuman canggung oleh sepasang adik-kakak tersebut. Lalu baik Jisoo maupun Junghwan, mereka langsung berada di sisi Taeyong dan kompak mencengkram kuat lengan cowok ini.
“Ada setan, Kak!” seru Junghwan bernada tinggi akibat rasa takut dan Jisoo menyetujui pernyataannya, menambahi dengan bukti cegukan yang makin parah.
“Oh, ya, setan?”
“Tuh, Kak Jisoo cegukannya makin parah,” tambah Junghwan.
Cowok yang dipepet kedua saudara itu terkekeh dengan nada menggelegar.
“Kak Taeyong lihat mereka gak? Kok malah ketawa,” gerutunya.
Jisoo menengok adiknya sesaat, sebelum dia mengamati dari samping Taeyong dengan kening mengerut.
“Kamu mau lihat mereka juga?” tuturnya tanpa aneh.
Spontan Jisoo mulai menyadari sesuatu. Mana mungkin Taeyong sampai rumahnya secepat ini. Biarpun jalanan malam suka sepi, tapi jarak tempuh antara rumah mereka lumayan jauh. Butuh 15 menit bagi Taeyong untuk sampai kemari, dan seingatnya, ini belum sampai 15 menit semenjak permintaan Junghwan via telepon.
“Junghwan!” Dia spontan menarik tangan adiknya. Menjauhkannya dari Taeyong palsu—yah, katakanlah dia hantu sedang menyamar. “Di-dia ... bukan Taeyong,” akunya demikian.
Sosok itu tertawa keras, mengisi kesunyian rumah. Junghwan yang mulanya bingung, seketika merapatkan tubuh ke Jisoo, dan terbeliak begitu mengamati dari bawah kalau Taeyong ini kakinya tak menyentuh lantai.
Kenapa mereka tidak berpikiran sampai ke sana? Menengok ke bawah!
Tawa sosok berwujud Taeyong itu semakin dingin nan menyeramkan, mengusik kenyamanan akan pendengarannya. Jisoo dan Junghwan serentak berjalan mundur, menjaga jarak sejauh-jauhnya darinya. Biarpun sosok itu tidak berbalik, tapi mereka tahu, wujudnya nanti pasti berubah menyeramkan saat menoleh ke arah mereka.
“Kok takut? Katanya mau lihat mereka.”
Sepasang adik-kakak itu merasa tungkai mereka lemas, tak berdaya untuk lari kabur dari ancaman sang hantu. Dada mereka sesak, sukar untuknya mengambil oksigen. Pengaruh akan dipertemukan langsung dengan hantu, menyebabkan segala indra manusianya sukar difungsikan.
Jisoo meremas tangan Junghwan. Telapak tangan yang berkeringat dan dingin hanya mereka abaikan saja.
“Lho, kenapa pada takut? Aku baik kok.” Bertepatan saat dia menyebut dirinya baik. Sosok itu berbalik dan memperlihatkan ekspresi paling menyeramkan yang pernah mereka lihat. Cengirannya mengerikan, di mana kedua sudut mulut sosok itu melebar panjang hingga sampai ke atas dan melihatkan rongga mulut yang hancur. Tak ada bola mata di lubang tempatnya, di sana tampak kosong, gelap, dan hanya terisi tangisan darah serta bercak luka yang membusuk.
Jisoo menahan napas lamat-lamat. Bahkan di saat seperti ini dia tidak bisa berpaling ke adiknya. Pun Junghwan sepertinya mengalami hal serupa. Akibat melihat rupa sang hantu, membuat mereka syok dan sulit menggerakkan anggota tubuh.
“K-kak ....”
Jisoo meremas tangan Junghwan kian erat. Ada keinginan untuk mengajaknya lari, tapi tungkainya sulit digerakkan. Menyebabkan dirinya mati kutu di tempatnya berdiri.
Dari apa yang ditangkap sudut mata Jisoo, sepertinya Junghwan sudah menangis ketakutan. Tak tega melihat adiknya begini, tapi dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, selain terdiam mematung seperti orang bodoh yang cuma menatap syok si hantu.
Kenapa kehidupannya yang dulu normal sekarang menjadi begini?
...
Tadinya mau update sore cuma wattpad eror huhu. Aku pasin sampai part 30 deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]
FanfictionBerawal dari ajakan temannya membuat klub pencari hantu. Kehidupan Jisoo mendadak berubah menjadi petualangan mistis, berburu, dan mengungkap kematian seseorang. Bersama teman-temannya, juga Taeyong, cowok yang dapat melihat hantu. ©2020 | Hippoyeaa