24. Jeritan (2)

2.5K 583 106
                                    

“Kalau ada apa-apa salah satu di antara kita ... sebisanya kalian tarik talinya!” perintah Taeyong yang dengan khimad dilaksanakan oleh Johnny, Seolhyun, dan Hwasa.

Mereka bertiga setia menunggu ketiga teman yang saat ini sedang berada di dimensi lain. Ketiganya duduk dengan mata terpejam dan tubuh terikat oleh tali agar gampang bagi Taeyong untuk menemukan keberadaan ketiga teman yang diajak masuk ke dimensi lain. Andaikata mereka berpisah, seenggaknya ada tali yang mengikat presensi ketiganya.

Junkyu muncul sekejap menyambut kedatangan mereka. Dia tak sendirian, melainkan bersama rekan yang langsung mengajak mereka supaya mengikutinya. Melewati lorong panjang dengan kondisi gelap gulita, sama sekali tidak menyulitkan mereka berlari menyusuri jalanan lurus tersebut.

Baik Taeyong, Yuta, maupun Siyeon, mereka  tanpa kenal takut menembus kegelapan dan mengesampingkan hawa dingin yang menusuk kulit; pun bisikan-bisikan tak kasat mata serta pekikan dari para hantu meminta tolong. Mereka mengabaikan meskipun beberapa di antaranya ada yang nekat muncul sehingga mengagetkan mereka di lorong.

“Minggir!” Taeyong mengusir cepat eksistensi mereka dengan berang. Kakinya berlari terburu-buru, menyingkirkan rintangan para hantu yang hendak menganggu.

Saat sesosok makhluk astral berniat mengejutkan, Taeyong dengan bringas menghantamnya lewat tinjuan. Di dunia ini, mereka dapat disentuh hanya dua kali saja. Beda halnya sama Yuta dan Siyeon, mereka beberapa sempat terdengar memekik kaget lantaran “peek a book” sesosok jin astral, menyerupai rekan mereka.

Ketika berada di ujung lorong yang memiliki tiga pintu, mereka diharuskan memilih dan berpisah. Baru saja Taeyong hendak mendiskusikan bersama kedua rekannya, Junkyu tiba-tiba menyahut lengan dan memaksanya untuk mengikutinya. Memasuki pintu pertama dengan tergesa-gesa, sampai-sampai dia lupa pamit sama kedua temannya.

“Ke mana?”

Junkyu tidak menyahut. Roman bocah hantu itu tampak kalut, bagaikan makhluk yang tengah dirundung ketakutan. Taeyong berprasangka padanya, mengingat hantu ini jarang sekali menampakan raut demikian.

Lorong yang mereka lewati sepertinya tidak memiliki ujung. Nyatanya sejak lalu berlari, dia tak menemukan pintu masuk ataupun keluar. Yah, saat masuk pun dia dan kedua rekannya langsung berada di tengah lorong, disambut oleh Junkyu bersama rekannya itu.

Tanpa kenal lelah, Taeyong terus mengekor di belakang si bocah hantu. Pikirannya makin kalut tatkala memikirkan kondisi Jisoo saat ini, dan berharap cewek itu baik-baik saja selama berada di tempat terkutuk ini. Saat mendapatkan kabar dari Junghwan, dia mendadak berubah menjadi cowok paling rese. Beberapa teman mendapatkan getah amukannya saat di perjalanan menuju rumah Jisoo. Dia saja nyaris menabrak tiang listrik di pertigaan kompleks perumahaan Hwasa, mengakibatkan dirinya mendapatkan gerutuan sekaligus cacian.

Namun, dia tidak mempedulikan hal tersebut. Kepeduliannya saat ini hanya terpusatkan pada Jisoo. Cewek itu menyita sepenuhnya kepeduliannya.

Benturan hebat antara benda keras dan entah apa pun itu, spontan mengalihkan perhatian cowok tersebut. Tahu-tahu jantung Taeyong berdetak tak karuan, wajahnya memucat, dan kakinya semakin gesit berlari demi melihat sesuatu di ujung sana.

Melihatnya, lantas napasnya berhenti disertai debaran takut begitu menemukan peristiwa paling menyayat hatinya. “Jisoo!” Taeyong melesat ke sisinya. Mengapai tubuh penuh luka itu sambil menepuk pipinya.

Seruannya terdengar bergemetar, pedih, dan kalut saat dirasa cewek di dekapannya tak kunjung jua merespon panggilannya. Ia terus meruah, mencengkram pundak tak berdaya sang dara, sambil lalu menepuk pipi agar Jisoo dapat merasakan presensinya saat ini.

Please, please, please ....”

Junkyu cuma dapat melihat. Tampaknya dia bersedih, bahkan seorang hantu pun dapat mengeluarkan air mata, kala menyisik pilu panorama yang tersuguhi di hadapannya. Bantuannya sebatas ini saja, menemukan sosok Jisoo di sini.

Sulit rasanya menghirup oksigen di sekitar sembari memeluk cewek yang terluka parah dan ... entahlah, dia tidak ingin menduga-duga. Dia tetap berjuang membangunkan sosoknya karena Taeyong menyakini penuh apa yang terbesit di hatinya.

Butiran bening sudah lepas landas. Namun, sesaat tangisannya menjadi haru kala dia merasakan embusan napas sang dara walaupun sosoknya belum tersadarkan juga.

“Ya Tuhan!”

Taeyong segera mendekap erat tubuhnya erat-erat dan mencium keningnya lega berulang kali.

...

Mungkin saja Taehyung sedang bernasib sial karena mendapatkan mimpi yang tak menyenangkan sehingga terbangun pagi ini. Sambil mendesah resah, dia bersandar di papan ranjang sembari memperhatikan seisi kamar bingung.

Kalau jam segini terbangun, dia jadi bingung mau ngapain. Teriak? Bisa-bisa saja sih, mengingat dia selalu tinggal di rumah sendirian. Orangtua? Hah, jangan tanyakan ke mana, Taehyung tidak punya keduanya.

Sebetulnya punya, tetapi sudah bercerai dan masing-masing dari mereka sudah memiliki keluarga sekarang. Sementara dia sendiri terlantarkan. Tidak 100% terlantarkan kalau dia masih memiliki rumah inap seumur hidup, uang bulanan, dan yeah, biaya lain yang cukup dimanfaatkan untuk menikmati kehidupan.

Hanya saja, kedua orangtuanya lupa perihal mengurus anak sematang wayang mereka. Telanjur sibuk dengan keluarga baru sampai presensi dirinya tersingkirkan.

“Balik tidur juga percuma, nggak bakalan bisa!” gerutunya sembari beranjak dari ranjang ukuran king size dengan bed cover bergambar brontosaurus.

Taehyung menguap lebar, tapi dia belum mengantuk. Daripada diam tanpa melakukan apa-apa, alangkah baiknya keluar kamar dan pergi ke dapur, demi membuat secangkir kopi dan cemilan ringan yang selalu terisi penuh di laci, atas bantuan pembantu rumah.

Menarik knop pintu ke dalam, sosoknya yang baru ingin melangkah tiba-tiba tertahan ketika kemunculan seorang teman di balik pintu kamar mengejutkan dirinya.

“Lho, Jim, lo sejak kapan di—” Matanya terbeliak, tungkainya kendor melangkah mundur lalu terhuyung ke belakang, dan kedua tangannya spontan menggapai leher yang kini menganga lebar akibat kejutan sayatan benang gelasan.

Darahnya mengucur deras memenuhi tangkupan kedua tangannya. Taehyung limbung ke lantai. Sekujur tubuhnya mengejang, wajahnya semakin lama semakin memucat tak berwarna, tak ada lagi rona di pipi.

Taehyung tak dapat bersua. Hanya rintihan kesakitan meminta tolong hingga napasnya pun tak dapat dirasakan lagi. Taehyung menatap nanar sosok yang menjulang tinggi di depannya. Sosok teman yang dengan keji melakukan hal demikian padanya. Membuat dirinya merasa dikhawatirkan.

Cowok itu menatap lurus tanpa berkedip dan melayangkan seringai sebelum sosoknya berbalik dan menghilang. Membiarkan Taehyung melawan kematiannya.

...

KAAAN AKU DOUBLE UPDATE!

Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang