23. Jeritan

2.5K 604 82
                                    

Taeyong terbangun saat mendengar dering ponsel di nakas dekat ranjang. Sudah dini hari, tapi masih ada orang yang nekat menghubunginya. Padahal, ini jam istirahat pertamanya setelah empat hari tertidur di pagi hari. Yah, walaupun tidur, dia tetap terjaga di dimensi lain demi mencari solusi untuk teman-temannya.

Diraihnya benda canggih itu, tanpa melihat display name, dia langsung menerima panggilan dan terbangun kala mendengar si pemilik suara di sebrang sana. Bicaranya terdengar panik, ketakutan, dan kebingungan. Bahkan, saat menjelaskan penyebab sikapnya, dia mesti melawan kegagapan yang berujung pada kefrustasiannya.

“Kenapa, Wan?” Taeyong memancing agar Junghwan, orang yang menelponnya, tenang.

Tarikan napas Junghwan terpotong-potong. Sebelum lancar berbicara, dia mengembuskan napas lewat satu kali tarikan kuat. “Kak Jisoo hilang, Kak!”

Apa yang dikhawatirkannya pun terwujud. Hanya saja ini terlalu dadakan baginya.

Taeyong bergegas meloncat dari ranjang. Tanpa peduli pukul berapa malam ini, dia langsung mengambil jaket dan kunci mobil. Di jalan menuruni tangga rumah, dihubunginya beberapa teman, memberitahukan berita hilangnya Jisoo, dan meminta siapapun yang belum tertidur saat ini untuk menemaninya.

Taeyong mulai meninggalkan halaman rumah, membelah jalanan malam bersama mobil yang melaju cepat. Mengesampingkan lampu lalu lintas, tanpa acuh ia menerobos, dan tidak memikirkan berapa kilometer per jam kecepatan yang ia tempuh sekarang ini.

...

Junghwan luar biasa panik saat menemukan sang kakak tidak berada di kamarnya. Kebetulan saja dia terbangun, iseng-iseng lewat kamar Jisoo, dan berpikir hendak merayu saudaranya itu untuk membuatkannya mie—biasanya tiap malam mereka sering memasak mie berdua, tapi lebih seringnya Junghwan rusuh sama Jisoo.

Mulanya dia berpikir kakaknya ke ruang tengah atau barangkali dapur. Namun, setelah dicek segala tempat di rumah, dia tidak menemukan juga sang kakak, yang kontan membuat dirinya panik. Lalu buru-buru membangunkan mama dan memberitahukan kalau Jisoo hilang.

Mama pun sama paniknya seperti Junghwan. Sudah dicari di manapun gadis itu tidak jua mereka temukan. Bahkan, di gudang dan belakang rumah tidak ada tanda-tanda kehidupan Jisoo. Sampai mereka ke luar rumah, berteriak memanggil nama sang anak dan saudara, tetap saja tak ada respon menyahuti. Hingga pada akhirnya, Junghwan memutuskan untuk menghubungi Taeyong. Barangkali meminta bantuan cowok itu, kakaknya bisa ditemukan.

...

“Hallo?”

Jisoo menyisik sekeliling bingung. Rasa-rasanya dia belum pernah bertandang kemari. Tampak asing dan aneh saja, tiba-tiba dia berada di tempat ini, padahal niatan naik ke lantai atas demi mencari temannya. Seolah ada magnet menarik dirinya supaya terus masuk dan melewati pintu yang terbuka untuknya.

Tidak ada ruang. Hanya sebuah tempat yang memiliki koridor panjang seperti bangunan rumah sakit dan sekolahan. Bedanya, di sini tidak ada banyak pintu. Cuma ada satu pintu yang kemunculannya tidak dapat diprediksi.

Kayak sekarang ini, di ujung sana ada sebuah pintu terbuka lebar sedang menunggu kedatangannya. Jisoo berhenti sesaat demi mewanti-wanti dirinya, antara masuk atau tidak. Toh, menolak pun percuma baginya. Mengenali tidak ada jalan keluar yang tertangkap oleh netranya sejak lalu, selain pintu-pintu yang kemunculannya ajaib.

Jisoo tidak ada pilihan lain, selain melewati pintu tersebut.

“Junghwan!” Suaranya memantul; tertangkap langsung oleh indra pendengarnya. Jisoo mengernyit, memandang ragu ke depan, lantas berhenti dan menoleh belakang. Koridor yang dilewatinya menciut, bersamaan pintu yang tiba-tiba menghilang eksistensinya.

Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang