21. Goodbye

2.5K 615 89
                                    

Jisoo belum pernah menyaksikan peristiwa sedemikian mengerikan yang dialami langsung oleh temannya. Insiden itu terjadi begitu saja tanpa komando. Mengejutkan setiap mata yang memotret tragedi hingga timbullah jeritan disertai tangis berduka.

Bobby yang pertama kali menyebrangi jalan. Mendekap dan menjerit kalut di sana. Cowok itu tampak syok dan warna putih menghiasi seluruh romannya. Sekujur tubuh Bobby pun bergetar, buliran air mata terjun bebas dari pelupuk mata hingga dada sesak dan tarikan napasnya sulit menggapai udara sekitar.

Berbondong-bondong teman keluar dari tempat teraman, mendekati duka cita yang siapa pula menduga akan peristiwanya. Hwasa nggak sanggup berjalan menyusul, dia limbung pada saat pertama kaki menyentuh tanah. Beruntung Seolhyun di belakang segera menangkap tubuh cewek ini, lalu meminta bantuan Taehyung buat membantu.

“Kalian jangan keluar!” Taeyong melolong garang, turut pula berduka, tapi lebih berharap nggak ada satupun yang keluar dari mobil, selain Johnny. Johnny sendiri sudah berada di sisi Bobby, sedang menghubungi ambulance yang tak kunjung jua merespon.

“Sialan!” Cowok itu mengumpat setengah marah sekaligus sedih. Pandangannya tak kuasa menatap tubuh tak berdaya Sowon dalam dekapan tangis sang teman, Bobby. “Yut, bantuin Bobby!”

Yuta bukannya nggak mau menolong, cuma dia sedang berjuang menahan pertahanannya. Acapkali melempar pandang penuh harap terhadap Taeyong, seolah hendak menyampaikan kepada cowok itu bahwa apa yang pernah disampaikan beneran terjadi. Begitupula dengan Siyeon yang tak mampu berkata-kata. Lidahnya kelu; pun bibir terkunci rapat.

“Brengsek!” Bobby memaki disela kesedihan. Menatap nanar bekas perginya truk yang menghantam teman karibnya. “Lo harusnya kejar truknya, Tolol!” makinya sambil lalu mengangkat Sowon yang bersimbah darah bersama Johnny membantunya.

Mengejar truk? Bahkan mereka mereka nggak begitu yakin kalau ada truk lewat di tempat sepi ini. Dan lagi pula, setelah kejadian berlangsung, tidak ada tanda-tanda truk kabur. Semua tampak aneh di balik kacamata telanjang mereka. Inilah sebabnya tak ada orang berinisiatif mengejar truk.

Setelah meminta Siyeon dan Nayoung pindah ke mobil lain, Bobby langsung bergegas melajukan mobil demi menyelamatkan teman mereka. Di jalan dia mulai menggila, tanpa acuh akan gaya menyetirnya yang ugal-ugalan. Toh, dua penumpang lainnya tidak protes akan aksinya. Mereka tahu, menggilanya Bobby saat ini demi teman mereka yang sedang butuh pertolongan.

Sedangkan dua mobil di belakang mengekor setia, dan sama gilanya juga mereka mengendarai meski Bobby jauh lebih gila. Tak banyak orang berbicara, hanya ada tangis tanpa henti, dan kekhawatiran yang amat dalam terukir di setiap wajah di mobil tersebut.

Sama halnya dengan yang lain, Jisoo nggak dapat berkata-kata selain membalas dekapan Nayeon dan bersama-sama mereka saling menguatkan diri; pun mendoakan keselamatan teman mereka. Namun, hanya ada satu orang yang minim berekspresi. Dia sama sekali tidak menunjukkan raut empati saat ini. Wajahnya datar, begitupun dengan kebisuannya sejak lalu.

Jimin.

Agak janggal, tapi tak banyak yang hendak mengusik kejanggalan tersebut.

Mobil spontan berhenti mengikuti mobil pertama. Johnny meloncat turun dan berteriak di depan rumah sakit memanggil perawat, yang mana sedikit menimbulkan kegaduhan hingga empat perawat sekaligus bergegas mengikutinya dan memindahkan korban secepatnya tanpa perlu menunda.

Beberapa kawan mulai mengikuti ketiga cowok itu. Taehyung bertahan di mobil bersama Seolhyun lantaran Hwasa masih belum juga sadar. Scoups dan Bona sudah tak sabar turun dari mobil setelah berhenti di rumah sakit. Mereka langsung kompak turun begitu Jisoo dan Nayeon sudah keluar.

Di mobil itu hanya tertinggal Jimin seorang. Siyeon memaksakan diri tetap tinggal di mobil menemani Jimin, yang kemudian disusul Yuta. Mengingat bagaimana perubahan tabiat cowok itu setelah mengalami insiden menghilang ke dunia hantu, membuat mereka harus mengawasinya.

Jisoo yang panik tidak bisa berdiam tenang di sisi Nayeon. Dia terus bergerak sambil memandang lantai dengan gusar. Mengesampingkan begitu saja sepasang tungkainya yang mulai seperti jelly. Jika dia tidak berpegangan pada dinding di samping, barangkali tubuhnya akan ambruk di lantai saking lemahnya buat berdiri. Ketika dirasa seseorang mencengkram pundaknya, Jisoo tidak langsung berbalik demi mengetahui si pemilik tangan tersebut. Justru dia menghempaskan napas berat dengan kepala semakin menunduk ke bawah, tak kuasa melihatkan tangis kepada teman-temannya.

Taeyong, si pemilik tangan, segera menarik tubuhnya agar menempel untuk memudahkan dirinya menyembunyikan kesedihan Jisoo ke dalam dekapannya. Tangisan cewek ini pun pecah. Namun, teredam oleh pelukan Taeyong yang menyelamatkan jeritan pilunya di koridor rumah sakit.

Bayang-bayang perjalanan pertemanan mereka terngiang di kepala. Jisoo semakin pilu mengingat, betapa bahagianya Sowon kala itu saat mereka berenam membaur bersama. Kepiluannya semakin menjadi-jadi tatkala dokter menyampaikan duka mendalam terhadap mereka, menyebabkan jeritan tangis langsung memenuhi koridor rumah sakit.

Tak ada satupun orang yang luput akan kematian. Akan tetapi, kehilangan seorang teman setelah insiden hilangannya teman semalam, menyebabkan duka mereka dua kali lipat lebih besar. Hanya saja kali ini, mereka tidak dapat lagi membawa kembali seorang teman.

...

Apakah ini pendek 🧐

Next part bakalan lebih horor hoho.

Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang