Jisoo menarik napas pendek saat beranjak dari sofa. Mengitari meja sambil membawa semangkuk bekas bubur ayam yang pagi tadi dibelikan Junghwan, tapi baru siang ini disentuh. Meletakkan mangkuk di tempat cuci piring. Dibiarkan tergeletak saja tanpa minat mencucinya.
Cewek itu berpaling lagi ke ruang tengah dan kembali menenangkan punggung di sandaran sofa sambil menikmati tayangan TV series, tanpa diresapi jalan ceritanya. Siang ini dia di rumah sendiri, sedangkan mama dan adiknya pergi ke gor.
Junghwan ikut lomba taekwondo, tapi Jisoo nggak bisa menonton, mama melarangnya. Sudah dua hari ini dia dikurung di rumah bagaikan burung peliharaan saja. Aktivitasnya sekadar begitulah: rebahan, nonton, makan ... istilah people nowdays: no life.
Yah, setidaknya dia beruntung karena masih ada satu orang yang belakangan ini rajin main ke rumah. Entah sekadar menanyai kabar sambil membawakan sebungkus makanan saja buat dirinya. Padahal menanyakan kabar lewat chat juga bisa. Lantas mengapa dia rajin sekali bertamu?
Ngomong-ngomong, sosok yang dibicarakan itu sepertinya sudah sampai di rumah. Terdengar dari suara mobil berhenti dan parkir di halaman.
Jisoo nggak langsung berlari menemuinya. Senantiasa bergeming dan duduknya anteng banget. Toh, buat apa menemui ke depan kalau cowok itu dapat membuka pintu yang tak terkunci seorang diri.
“Udah makan?”
Pertanyaan sama setiap kali dia bertamu dan berdiri menyapa di sisi sofa. Jisoo sekilas mendongak sekadar ingin menjumpai wajah penuh senyum cowok tersebut.
Mendapatkan perhatian darinya, membuat Taeyong segera duduk di sofa kosong sampingnya.
“Junghwan sama tante belum balik?” Netranya menyisik ruangan sekitar, mencari eksistensi kedua orang yang dipertanyakan barusan.
“Lo jadi rajin ke sini, ya?” seloroh Jisoo tanpa basa-basi.
Taeyong menoleh dan berhasil menangkap sepasang netra coklat bening yang terang-terangan memelototinya.
“Ada larangan, nih?”
Dia menggeleng.
“Terus?”
Dia mendesah singkat. “Gue baik-baik aja, Yong.”
Giliran bola mata cowok ini yang menelik rupa sang dara lamat-lamat. Menyalin ke otak setiap bentuk yang dimiliki olehnya tanpa melewatkan sedikit jarak di antaranya. Taeyong menyeringai, kemudian mengusap kepala Jisoo dengan belaian pelan akan perhatian.
“Bagus dong,” ujarnya teramat senang. “Ada untungnya gue rajin kemari.”
Alih-alih mendapatkan sambutan hangat atas pernyataannya, justru dia mendapatkan putaran bola mata disertai ekspresi sengit. Menyebabkan cowok itu terkekeh kemudian mengacak rambut sang dara gemas.
“Nggak usah rese, deh!” omelnya sambil menepis tangan Taeyong.
Tetap saja, tangan kiri cowok itu bertengker lagi di atas kepalanya. Jisoo mendengus kesal.
Ada banyak hal yang ingin Taeyong sampaikan pada Jisoo saat ini. Terutama perihal yang berhubungan dengan kematian Sowon dan Jimin, juga kondisi Taehyung yang masih di rawat rumah sakit sampai saat ini. Begitu pula Bona yang mulai membaik kondisinya dibandingkan pada saat pertama ditemukan. Serupa dengan Jisoo, dia tampak baik walaupun bekas memar masih kelihatan.
Semenjak insiden itu memang Taeyong rajin main ke rumahnya. Selain karena ingin melihat keadaan Jisoo, dia juga mau memastikan kalau cewek itu benar-benar sudah kembali. Perlu diketahui juga bahwa setelah dia sadar, ternyata ada beberapa hal yang diingat oleh Jisoo. Salah satunya kematian Sowon yang sepertinya masih membekas di relung hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]
FanfictionBerawal dari ajakan temannya membuat klub pencari hantu. Kehidupan Jisoo mendadak berubah menjadi petualangan mistis, berburu, dan mengungkap kematian seseorang. Bersama teman-temannya, juga Taeyong, cowok yang dapat melihat hantu. ©2020 | Hippoyeaa