06. After

3.3K 727 96
                                    

Teman Seolhyun datang setelah mereka hendak pulang. Cewek itu menyesal lupa akan janjinya menemani Seolhyun dan teman-temannya tour ke sekolahnya. Dia mengaku sempat ketiduran, dan langsung bergegas pergi begitu membaca pesan beruntun Seolhyun yang memintanya agar cepat datang.

“Maaf banget nih,” kata Yooa, namanya.

Beberapa orang memaafkan, termasuk Seolhyun, tapi ada juga yang menyindir keterlambatannya, salah satunya orang ini Jimin dan Johnny—mendadak mereka sekomplotan. Sedangkan lainnya enggan merespon. Lebih memilih berdiam di dalam mobil, menunggu saja tanpa ikut serta dalam obrolan mereka yang masih berhubungan sama sekolah.

Bahkan, Yooa menawarkan tour singkat ke sekolah tanpa perlu mencemaskan hal mistis. Yang kemudian diiyakan oleh Seolhyun, Bobby, Hwasa, Johnny, dan Jimin (lagi, manusia ini nggak ada kapoknya sama sekali) dia masih dengan obsesinya ingin merekam hantu. Mengingat dia belum mendapatkan rekaman apa pun, yah kecuali saat di lapangan mereka dikagetkan penampakan sosok bertubuh besar nan tinggi; hitam, berbulu juga bertaring hingga menyebabkan mereka berlima lari serampangan sampai menubruk papan pengumuman yang tahu-tahu muncul di depan.

Itu sebelum mereka masuk ke dimensi lain. Nayeon berhasil sadar setelah menabrak papan pengumuman, lalu menjerit histeris lantaran mengira teman-temannya mati. Dan cewek ini masih kelihatan takut setengah mati, mendekap dalam pelukan Bona, begitupun Sowon.

Ya, mereka berdua menjadikan Bona jadi tempat berlindung. Ketiganya sama-sama duduk di bangku tengah, sementara Jisoo di depan tengah merangkul kedua lengannya sendiri. Bersama jaket Johnny yang barusan dipinjamkan padanya.

“Mau minum?” Bona menawarinya minuman, yang Jisoo tolak. Perutnya bisa kembung kalau banyak minum. Tadi aja dia udah minum sebanyak tiga kali.

“Gue mau pulang deh,” gumamnya sambil melihat panorama SMK Helios lalu bergidik ngeri sendiri. Citra di ruang 10 masih membekas di ingatannya, juga sosok genderuwo yang dilihatnya. “Mereka kenapa sih, malah masuk lagi bukannya pulang.”

“Sabar, Jis.”

“Gimana mau sabar, Na. Gue habis ketemu genderuwo sama setan barbar!” ujarnya bernada kesal sekaligus kecewa terhadap mereka yang memilih masuk lagi ke gedung sekolahan. “Lo beruntung nggak ketemu mereka. Noh, Nayeon aja sampai segitunya apalagi Sowon.”

“Iya, gue ngerti cuma ... biarin aja mereka masuk lagi.”

“Jimin juga. Sok-sokan berani ketemu setan.”

Bona cuma terkekeh menanggapinya. Kalau dia ada di posisi Jisoo bertemu kedua hantu yang diceritakannya, barangkali sikapnya begitu juga. Atau justru, dia akan berujung sama seperti Nayeon.

“Taeyong aja belum balik kok,” katanya mengingatkan pada cowok yang bisa melihat hantu. Dia belum juga kembali setelah menyelamatkan keempat temannya dari dunia hantu. “Kita tunggu aja sebentar.”

Jisoo tidak dapat membantah ucapan Bona. Lalu disadarinya kalau sikapnya ini agak menyebalkan. Setelah bertemu hantu dia ingin memarahi semua temannya, terutama Jimin penyebab dari segalanya dan Hwasa pencetus klub pencari hantu.

Ya, kedua orang itu memang pantas untuk diomeli. Nanti begitu mereka kembali dari sekolah, Jisoo akan mengomelinya habis-habisan. Biarin aja, dia nggak peduli kalau sikapnya nanti keterlaluan.

Ketika pintu sebelah ditarik, Jisoo mengira Johnny kembali dari ekspedisi keduanya, ternyata orang itu Taeyong. Dia sudah kembali ke dunia nyata.

“Lo beneran Taeyong bukan hantu ‘kan?” cerca Jisoo mengagetkan cowok itu yang kontan mengangkat wajah dengan raut bingung.

Bona yang penasaran segera melongok ke depan dan mengamati cowok itu serius. “Udah balik, Yong?”

“Bisa juga dia bukan Taeyong.” Jisoo tiba-tiba sajq mencurigai sosok cowok di depannya itu bukan teman mereka, melainkan hantu yang menyamar.

“Kalau gue setan, lo pasti udah cegukan,” balasnya, membungkam bibir Jisoo yang barusan hendak membantah.

Bona terkekeh menangkap roman malu Jisoo, sekaligus lega karena Taeyong sudah kembali. Dengan begini mereka tinggal menunggu yang lainnya untuk pulang. Kasihan juga sama dua temannya, Nayeon dan Sowon,yang diam sejak lalu, kalau berdiam lama di sini.

“Kata Hwasa gue bisa nganter kalian berempat pulang,” ujar Taeyong lalu menjelaskan pertemuan singkatnya dengan rombongan Hwasa di sekolah. Sempat dipandangnya kedua cewek yang merangkul Bona bersamaan, seolah cewek itu adalah ibu mereka. “Mereka gak papa tuh?”

Bona ikut memperhatikan kedua temannya, lalu mengangguk. “Aman sama gue.”

Lega mendengarnya, dia lantas berpaling ke cewek di bangku samping yang tengah memeluk tubuhnya sendiri. “Lo gimana?”

“Buruk,” jawabnya asal, tapi nggak bohong juga kok. Dia beneran merasa buruk karena citra ruang 10 masih menganggu pikirannya.

“Masih kepikiran, ya?”

Dia cuma mengangguk sebagai jawaban, malas juga mendeskripsikan pengalaman buruknya bertemu hantu. Sekalipun dirinya bisa merasakan kehadiran hantu, tapi bertemu langsung bukan pilihan tepat.

“Gue anter pulang, ya,” gumam cowok ini mulai melompat naik ke dalam lalu menutup pintu. “Nggak perlu dipikirin terus. Mereka nggak bakalan ganggu lo.”

Perkataan Taeyong sengaja ditunjukkan pada Jisoo yang sedari tadi bengong dengan pandangan kosong ke depan. Kelihatan sekali pengalamannya bertemu hantu telah menyita seluruh pikirannya. Taeyong memahami perasaannya karena begitulah dia saat pertama kali bisa melihat hantu. Penglihatan istimewa yang nyaris membuatnya gila, dan dicap sebagai orang aneh oleh teman-temannya dulu.

Bahkan, ibunya pernah ketakutan bersamanya lantaran sejak kecil Taeyong selalu mengeluhkan makhluk-makhluk menyeramkan yang selalu menganggunya setiap menit. Beruntung sekali, dia punya seorang paman yang siap membantu Taeyong mengendalikan kemampuannya.

Jisoo yang melamun langsung tersentak oleh cengkraman di pundaknya. Sempat mengira tangan itu milik hantu cewek ruang 10, membuatnya spontan menepis tangan dan beringsut mundur.

“Gue Taeyong bukan setan,” ujar si pemilik tangan. Ternyata bukan tangan hantu, melainkan tangan itu milik Taeyong. “Seriusan, lo beneran gak papa?”

Jisoo dapat melihat kalau bukan cuma Taeyong yang memandangnya khawatir, melainkan ketiga temannya juga.

“Jis,” Taeyong menggapai tangannya, “jangan sampai pikiran lo kosong.”

“Gue nggak bisa ngilangin mereka, Yong.”

“Gimana kalau lo tidur aja?” saran Bona.

Kedengarannya seperti saran menyenangkan, tapi tidur saat pikirannya masih dipenuhi oleh citra kedua hantu, yang ada justru hantu itu mengusik tidurnya. Jisoo menggeleng lesu, kemudian dirasakannya tangan Taeyong meremas tangannya.

“Melek juga gak papa, asal lo jangan ngelamun,” katanya tersenyum hangat.

Jisoo membalas dengan anggukan. Sesaat merasa tenang karena Taeyong meremas tangannya sedang berupaya memberinya kenyamanan. Pun dengan Bona menepuk pundak seraya menyakinkan kalau dia akan baik-baik saja.

“Gue anter kalian semua pulang,” ujarnya mulai menyalakan mobil tanpa melepaskan genggamannya. Bahkan selama mengendari mobil masih berada di sana, dan Jisoo sama sekali tidak terusik akan keberadaannya.

Pokoknya tuh, setiap masalah yang berhubungan sama setan akan dibagi dalam beberapa chapter wkwk biar banyak gais 🙌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pokoknya tuh, setiap masalah yang berhubungan sama setan akan dibagi dalam beberapa chapter wkwk biar banyak gais 🙌

Kalian nyadar nggak sih, AKU LUPA MASUKIN KEMBARKU 😭🙌

Next cast bakal nambah sesuai “Taesoo feat. 95L” huehee

Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang