Pukul sebelas malam, mereka baru sampai di hotel. Bukan hotel mewah kelihatannya, tapi lumayan sih nggak buruk-buruk amat. Kalau kata Taeyong hotel bintang dua, satu-satunya di daerah sini, setelah pencarian yang menghabiskan lebih dari sejam. Ada juga hotel lainnya, tapi jarak dari alamat rumah dan sekolah Yuqi amat jauh, sekitar 30km. Daripada mengambil penginapan terjauh sementara ada yang lebih dekat, bukankah opsi pertama lebih baik?
Parkiran mobil langsung masuk ke gedung hotel, jaraknya nggak terlalu jauh buat jalan dari parkiran menuju hotelnya. Nggak ada tukang parkir atau apa pun menyambut mereka, bahkan mobil asal parkir tanpa bantuan. Dilihat sekeliling pun petang, sekadar ada tiga lampu berwarna oranye yang tampak redup. Lalu sekitarnya lumayan banyak kendaraan tamu, tapi ada pohon mangga besar di depan mobil mereka.
Taeyong langsung mengajak Jisoo turun. Bersama-sama mereka mengikuti petunjuk arah tertulis di dinding, untung saja terbaca jelas oleh mata meskipun kondisi pencahayaan redup. Tadinya Taeyong mau minta Jisoo nunggu di pintu masuk belakang, sementara dia ke bagian resepsionis melakukan check in. Cuma ketika melihat sosok penunggu pohon mangga lagi tersenyum usil, dia segera mengurungkan niatnya.
Kontan mengajak Jisoo ikut-serta, menggandengnya cepat mengikuti petunjuk jalan. Bukan karena takut, tapi melihat senyum hantu juga sosoknya hendak mendekat, dengan tergesa-gesa Taeyong berusaha menghindarinya. Bisa-bisa mereka nanti dipusingkan sama tempat parkiran sampai pagi. Sering tuh, hantu jail menggoda manusia dengan menyesatkan jalan mereka.
Bagian resepsionis pun nggak jauh berbeda suasananya sama parkiran. Walaupun di sini lebih terang namun Taeyong dapat menangkap banyak hantu berkeliaran seolah mereka adalah tamu tetap. Leganya mereka nggak ada niat jahil. Barangkali hantu di dalam sini lebih beradap, berbeda sama hantu di luar sana, si penunggu pohon mangga.
“Deluxe twins room.” Sengaja pula memesan satu kamar berdua dengan dua kasur. Andaikata beda kamar, sementara banyak hantu usil di tempat ini, Jisoo pasti nggak bisa tidur dengan nyaman. Apalagi cewek ini mendapatkan cegukan tanpa henti.
Romannya sekarang menunjukan ekspresi menuduh pada Taeyong, telah memilih hotel penuh penunggu.
“Deket sih, deket. Tapi jangan penuh hantu juga dong,” rengeknya saat mereka naik ke lantai atas lewat tangga. Di sini nggak ada lift, cuma ada tangga saja, sedangkan hotel memiliki empat lantai. Bangunannya pun kelihatan bangunan lama sedang dalam proses renovasi setengahnya.
Kamar mereka ada di lantai tiga. Agak menyebalkan sih, apa boleh buat? Cuma di lantai sanalah yang memiliki kamar deluxe twins room.
Cegukan Jisoo nggak berhenti-henti, terus saja begitu selama mereka jalan saking banyaknya hantu lewat. Taeyong merasa kasihan padanya. Pasti capek, pikirnya. Mereka harus melewati satu anak tangga lagi demi sampai di lantai tiga.
Namun, Taeyong mendadak merangkul pundak Jisoo kala hantu berseragam noni lewat bersama empat pasukan yang dilihatnya sebagai pengawal. Nyaris menabrak Jisoo andai nggak ditarik olehnya. Noni tersebut sempat menoleh pada Taeyong saat mereka berpapasan dan tersenyum. Dia cantik (tipikal wajah bule jaman dulu), sayangnya hantu.
Jisoo makin parah mendapatkan cegukan. Kasihan banget mendengar sekaligus lihat rautnya. Biarpun dia nggak protes soal ini, tetap saja Taeyong prihatin padanya.
“Di kamar nanti nggak ada hantu,” katanya penuh percaya diri.
Jisoo nggak mau mempercayainya langsung. Membiarkan saja yang dirasakannya sampai tiba di lantai tiga nanti. Lantai tiga ternyata nggak separah dibandingkan lantai dua. Walaupun di sini sepi, sunyi, nan senyap, dan sama sekali nggak ada kehidupan. Lebih untung lagi hantunya sedikit.
Masih menggandeng dan merangkul pundaknya, Taeyong membimbingnya jalan mengikuti petunjuk nomer kamar di koridor lantai tiga. Sambil mengamati angka-angka di pintu, sepersekon kemudian dia menemukan juga kamar yang terletak di tengah. Taeyong membuka pintu dan mempersilahkan Jisoo masuk.
Sesuai dugaannya, di dalam kamar nggak ada hantu. Jisoo sekarang dapat bernapas lega karena cegukannya hilang setelah masuk. Sebelum menyakini kamar mereka tanpa hantu, pertama-tama Taeyong mengecek setiap sudut berawal kamar mandi, lemari yang berhadapan langsung sama kamar mandi, dua kasur di ranjang masing-masing, sofa kosong tanpa penghuni kasat mata, dan meja TV pun aman.
Begitu bertemu kasur, Jisoo segera menjatuhkan punggung di atas surganya para rebahan seraya menikmati dingin nan lembut seprai hotel. Taeyong menyusul di kasur sebelah, tapi dia sakadar duduk di tepi sambil mengamati cewek di sana yang sedang merasakan kasurnya.
Akan tetapi, saat Jisoo beranjak bangun disertai raut bingung dan kerutan dahi, Taeyong bergegas mengikutinya.
“Kenapa?”
Dia menoleh cepat. “Hape gue ketinggalan di mobil.”
“Terus?”
“Mau ambil.”
“Jangan!” Taeyong menyabotase jalannya hendak pergi mengambil ponsel di mobil. Sebelum dibantah oleh cewek ini, Taeyong lantas menjelaskan, “Lebih aman di kamar, nggak usah turun lagi.”
“Terus hape?”
Taeyong mendorong dan memaksanya duduk di tepi ranjangnya sendiri. “Bisa dicek besok. Lagian lo udah kelihatan lelah, harusnya tidur.”
“Tapi kan, hape itu penting.”
“Oke, deh, tinggal pilih: ketemu hantu penunggu pohon mangga dan baru balik kamar pagi nanti atau stay di kamar dan tidur?”
Menyadari betapa seringnya dia cegukan selama di lantai bawah, Jisoo kontan menggeleng dan melihatkan ekspresi horor.
“Ngerti ‘kan? Sekarang, lo tidur.”
Dia mengangguk menurut. Sebelum naik ke ranjang, dia melepaskan jaket juga sepatu lalu menatap Taeyong yang masih berdiri di tepi ranjangnya.
“Malam, Yong,” ucapnya langsung dibalas senyuman hangat cowok bertubuh jangkun tersebut.Sebenarnya Taeyong nggak begitu yakin malam ini dia bakalan tidur. Meskipun raganya jatuh terlelap di kasur, tapi jiwa cowok ini pasti akan melakukan wisata ke dimensi lain. Apalagi seharian ini dia belum bertemu Junkyu. Bocah hantu itu pasti sudah menunggu di dunianya, dan sudah waktunya untuk Taeyong mengunjungi Junkyu.
Sebelum benar-benar memejamkan mata, Taeyong memastikan lagi cewek di kasur sebelah sudah terlelap tidur. Melihat Jisoo yang terlelap damai sekarang, membuat dirinya lega sekaligus tenang.
pendek ya? Sengaja 🙊 harusnya sih sambungan part kemarin tapi nanti panjang, yaudahlah dibagi aja 🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]
FanfictionBerawal dari ajakan temannya membuat klub pencari hantu. Kehidupan Jisoo mendadak berubah menjadi petualangan mistis, berburu, dan mengungkap kematian seseorang. Bersama teman-temannya, juga Taeyong, cowok yang dapat melihat hantu. ©2020 | Hippoyeaa