Eunbi nama cewek tersebut. Dia anak penjaga villa, ditugaskan kemari untuk menyambut tamu sekaligus memberikan tour singkat tentang tempat sekitar. Mengatasi belasan orang dalam edisi tour rupanya memberatkan Eunbi, terlebih banyak pertanyaan godaan berasal dari Jimin.
Seringkali cewek ini terdiam, berpikir mengenai gombalan Jimin yang kemudian cuma dibalas senyuman saja lantaran nggak paham akan jawabannya. Untungnya ada Hwasa yang menjadi bodyguard Eunbi selama melakukan tour villa. Cewek berkulit setengah gelap itu berubah galak kalau Jimin mulai melayangkan pertanyaan ambigu. Atau bagian buruknya, dia nggak tanggung-tanggung menabok kepala Jimin saking dibikin jengkel oleh sikapnya.
Bukan cuma Hwasa yang dibikin sama kekepoan Jimin, melainkan nyaris semuanya jengkel terhadap cowok yang sejak lalu memegang kamera recorder.
Selama tour villa, Eunbi juga menjelaskan apabila mereka membutuhkan sesuatu bisa memanggil dirinya lalu memberitahukan bahwa tempat tinggalnya ada di sebrang. Letaknya nggak jauh dari villa ini, atau mereka bisa menghubunginya kapanpun.
“Sekalian Instagram, dong. Biar kita saling follow-an,” kata Jimin langsung mendapatkan pelototan mata Hwasa dan cibiran dua teman di samping kanan-kirinya.
Jimin terkekeh nggak peduli reaksi sekitar. Walaupun permintaannya itu nggak mendapatkan jawaban dari Eunbi, justru cewek itu melanjutkan lagi kalau villa cuma punya empat kamar, melihat tamu berjumlah banyak, dia menyarankan supaya membagi kamar saja tanpa harus berebut.
“Cewek delapan nih, cowok tujuh orang,” kata Bobby mulai menghitung tiap anggotanya. “Dua kamar diisi empat orang, buat cewek. Sedangkan cowoknya, satu kamar tiga orang, satu kamar lagi empat orang.”
“Gue nggak mau sama Jimin,” ujar Johnny menatap Jimin.
“Siapa juga mau sama lo!” balas Jimin tak acuh.
“Kalian kek pacaran aja, berantem mulu.” Taehyung terkekeh namun kemudian terdiam karena mendapatkan sikutan di pinggang oleh Jimin.
“Barang-barangnya jangan lupa diangkut!” teriak Taeyong mengingatkan pada barang bawaan mereka yang masih dibiarkan di dalam mobil. “John, bantuin gue.”
“Yong, nitip sekalian ambilin koper gue,” pinta Seolhyun telanjur malas keluar villa.
“Dibantuin aja sih,” kata Jisoo hendak menyusul lainnya untuk mengambil barang bawaan. Namun, langkahnya mendadak berhenti, padahal dia nggak ada kemauan buat diam. Kemudian mendongak, menilik koridor lantai dua yang entah mengapa terasa senyap dan hampa.
Jisoo merasakan saja kesepian mencengkamkan di sana. Jenis kesepian yang nggak disukai oleh semua orang. Biarpun sang mentari menerangi dari luar tempat ini, tapi di sana tampaklah redup minim akan cahaya. Tiba-tiba dia mengerjapkan mata, mencoba mencerna sekelabat bayangan yang tampak tertangkap oleh matanya. Citra tentang penglihatan sebelumnya tahu-tahu muncul dalam versi seperkian detik.
Dia yakin melihat lagi perempuan bergelantung di atas sana. Namun, saat berkedip, sosok itu menghilang dalam sekejap. Jisoo mengerjapkan mata berulang kali demi memastikan bahwa yang barusan hanyalah ilusi karena belakangan ini dia kurang tidur.
“Aduh!” Jimin memekik setengah teriak mengagetkan sekitar yang spontan atensi terpusatkan pada cowok itu.
“Kenapa lo?” tanya Nayoung.
Jimin belum memberitahukan, tapi matanya kelihatan sibuk melihat sekitar dengan tangan kiri menyentuh bagian belakang kepala. Lalu dia berjongkok, mengambil sesuatu yang terjatuh di belakang kakinya, kemudian berdiri dan merekam benda kecil tersebut.
Sebuah kelereng berwarna biru.
“Rese banget gue dilemparin kelereng. Siapa nih, yang usil?!” gertaknya melihat semua wajah yang kini memandangnya bingung.
“Gaje lo, Jim!” balas Seolhyun memutar bola mata malas menanggapi.
“Gue nggak gaje. Seriusan, nih!” Menunjukkan benda kecil tersebut. “Ada yang ngelempar ini di kepala gue.”
“Emang lo pantas dilempar pakai kelereng kok,” balas Hwasa, “malahan gue pengen lo dilempar ke neraka. Orang kayak lo pantesnya tinggal di sana, sih.”
Jimin mendengus kesal tanpa membalasnya. Lalu kembali mempusatkan perhatian pada kelerang yang sekarang direkam sembari menoleh belakang dan mencari siapa gerangan yang menjahili dirinya. Jisoo kebetulan masih di sana dan memperhatikan sebelum pergi demi membantu teman-temannya yang sedang menurunkan barang bawaan untuk dipindahkan ke dalam.
Ketika di luar, dia tiba-tiba mendapatkan cegukan sekaligus tersentak yang mana langkahnya mendadak terhuyung belakang dan nyaris oleng ke samping seolah tubuhnya telah menubruk seseorang. Padahal, nggak ada siapa pun di sini, kecuali dirinya.
Jisoo membelalak heran sambil melihat sekitar dengan kening mengerut. “Astaga,” gumamnya terheran-heran karena setelah mengalami hal demikian, cegukannya hilang.
“Siapa dah yang bawa boneke segede ini?”
Ucapan Bobby menyita perhatiannya dari kebingungan. Tanpa mempedulikan lagi apa yang sempat dialaminya, dia langsung bergegas menghampiri mereka lalu melihat boneka babi pink super besar dalam gendongan Bobby.
“Itu punya Nayeon,” jawabnya.
“Oh,” balas Bobby menoleh ke Jisoo. “Oke, deh.” Kemudian membawa boneka beserta satu koper yang ditarik ke villa.
“Jis, bawain ini, tolong.” Scoups menyerahkan tas ransel, tas tangan, juga boneka panda milik Bona padanya. Sementara cowok itu sedang mengeluarkan dua koper yang tersisa di bagasi. “Sekalian ini,” ujarnya, menyerahkan dua bantal berukuran lumayan besar, cukup untuk menutupi wajahnya.
“Semua aja lo serahin ke dia.” Baik Scoups maupun Jisoo, keduanya sama-sama menoleh namun percuma bagi Jisoo karena nggak bisa melihat ke depan akibat halangan dari kedua bantal ini.
“Bentaran doang aelah, protektif amat,” balas Scoups tanpa meminta kembali barang yang dititipkan ke cewek tersebut.
Taeyong menggerutu lalu menyusul Jisoo dan menggantikan membawa barang-barang Scoups. “Lo masuk aja nggak usah di sini,” katanya.
“Gue mau bantu.”
“Nggak perlu.” Sambil membalikkan tubuhnya membelakanginya. “Daripada lo ngebantu terus jatuh, mendingan diem di dalam aja.”
“Eh?”
Taeyong mendorong punggungnya, dan bersama-sama mereka berjalan memasuki villa. “Setan yang barusan nabrak lo itu jahil.”
“Lo tahu?”
Dia mengangguk. “Junkyu barusan ngadu.”
“Junkyu di sini juga?”
“Tadinya, iya. Sekarang dia pergi cari teman, buat nanya-nanya aja tentang villa ini.”
Jisoo pun mendadak berhenti dan menoleh ke Taeyong. “Ada hubungannya sama penglihatan gue, ya?”
Sayangnya, Taeyong masih enggan memberikan jawaban. Dia cuma meminta Jisoo supaya nggak menceritakan hal itu kepada teman-temannya, terutama Hwasa. Cowok yang dapat melihat dunia lain ini, sedang mengkhawatirkan apabila teman Jisoo mengetahui penglihatannya, dapat dipastikan akan ada penyelidikan bertema mistis, dan Taeyong sekarang ini lagi mengawasi supaya nggak ada satupun kelompoknya berlaku demikian, terutama Hwasa dan Jimin.
Setelah dirinya melihat sosok penunggu villa, Taeyong dapat merasakan bahwa sang penjaga menyukai ketenangan tanpa usikan di dunianya dan akan merasa tersinggung apabila ada yang menganggu kelengangannya. Bagian terburuknya, dia bisa murka saat diganggu.
Update nih 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]
FanfictionBerawal dari ajakan temannya membuat klub pencari hantu. Kehidupan Jisoo mendadak berubah menjadi petualangan mistis, berburu, dan mengungkap kematian seseorang. Bersama teman-temannya, juga Taeyong, cowok yang dapat melihat hantu. ©2020 | Hippoyeaa