Untungnya hantu menampakkan diri ke manusia tuh apa, sih? Faedahnya apa pula, selain karena ingin menakut-nakuti manusia. Eksistensi doang, kan? Tapi lihat-lihat juga dong, manusianya!
Andaikata ini film, barangkali Jisoo dan Junghwan kompakan menubruk sosok yang kakinya tak nampak di lantai ini hingga terpelentang jatuh ke belakang. Sayang, mereka bukan tokoh film yang main asal serang ke apa pun. Dibandingkan tokoh film dibayar mahal, mereka boro-boro dibayar, menubruk hantu saja mati kutu.
Belum lagi hantu yang menyamar jadi Taeyong itu gemar banget nyengir. Ah, percuma juga pamer cengiran kalau rupanya menyeramkan. Gimana manusia mau naksir kalau mereka mereka selalu bersikap sedemikian horor.
Jisoo menarik Junghwan agar mereka tetap berjalan ke belakang, pelan-pelan menjauh. Walaupun hantu itu tetap mengikuti langkahannya dengan tawa dan cengiran seram.
“K-kak ...,” rengekan Junghwan kian terdengar nelangsa.
Jisoo meliriknya, seketika iba melihat adiknya sudah berwajah pucat dengan pelipis penuh peluh. Giginya bergetar disertai mata tak sanggup melihat ke arah lain, selain terpana akan kengerian wujud si hantu.
Namun, ada satu hal yang perlu Jisoo syukuri. Lega rasanya bukan hantu perempuan menganggu mereka. Dia kapok dipertemukan dengan hantu perempuan yang selalu berakhir tak menyenangkan.
Yah, tetap saja hantu satu ini tidak kalah menyeramkan. Sosoknya yang tak nampakkan kaki di lantai saja sudah membuat bulu roma merinding, ditambah rupanya yang horor itu makin membangkitkan kengerian.
“Ayo, kita main.”
Ajakan bodoh! Dasar hantu sialan! Jisoo memelototinya ngeri. Senyuman si hantu persis sekali titan di anime SNK. Bibirnya lebar sampai melewati tulang pipi. Rongga mulutnya kosong tak ada deretan gigi di sana—oh, memang hantu punya gigi? Tiba-tiba saja dia terpikirkan ini.
Lalu teralihkan ketika sosoknya sudah menjulang tinggi di depan matanya. Tepat di depan wajah.
Junghwan spontan jatuh pingsan setelah menjerit histeris. Jisoo boro-boro mengikuti, mulutnya saja mendadak terkunci, netranya membulat ngeri tatkala bersitatap dengan hantu yang memang tak punya bola mata di sana. Cukup lama dia menyisik kengerian si hantu hingga kemudian dirasakannya udara sekitar menipis.
Netranya makin membulat ngeri lantaran merasa sesak. Dia berusaha mencoba bernapas lewat mulut, tapi tetap kesulitan menggapai udara. Dirinya pun terjatuh, masih dengan upaya mengaup sisa-sisa oksigen yang ada.
Entah ke mana perginya kapasitas udara di sini. Mengapa mereka tega pergi meninggalkannya di situasi begini? Apa mereka ingin dia mati sesak napas? Segitu ingin kah mereka menginginkan dirinya mati?
Dia menangis. Sesak napas benar-benar mengacaukan dirinya. Bahkan pendengarannya tak berfungi baik. Dia mendadak tuli, tak ada lagi bunyi tawa menyeramkan sosok itu. Padahal, Jisoo bisa melihatnya masih tertawa horor. Ya, tentu saja dia senang, membuat manusia seperti dirinya menderita karena ulahnya.
Disamping kesulitan dirinya, Jisoo lebih mengkhawatirkan keadaan Junghwan. Dia enggan melibatkan sang adik dalam situasi mistis. Menginginkan adiknya itu disisihkan agar tetap aman dari jangkauan hantu—sialan—ini. Biarkan saja dirinya yang kesulitan meraup oksigen, asal Junghwan tetap aman.
Tiba-tiba saja dia merasa mual, begitu cepat isi dalam perutnya keluar meski dia tak ingin mengeluarkannya. Kengerian makin menyiksa batinnya tatkala melihat isi muntahan, berupa darah penuh belatung.
Jisoo spontan menjerit histeris seraya melarikan kaki ke udara dengan menendang-nendang sekitar, takut dirinya menyentuh muntahannya. Kemudian Junghwan ia tarik untuk menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]
FanfictionBerawal dari ajakan temannya membuat klub pencari hantu. Kehidupan Jisoo mendadak berubah menjadi petualangan mistis, berburu, dan mengungkap kematian seseorang. Bersama teman-temannya, juga Taeyong, cowok yang dapat melihat hantu. ©2020 | Hippoyeaa