2.0. Kebenaran

697 168 63
                                    

“Arghhh ...!”

Nayeon menjerit tatkala melihat sesosok makhluk ghaib bermuka seram muncul secara tak terduga di depannya—tepat sekali di depan matanya. Semua orang menoleh kaget melihat apa yang dilihat teman mereka. Wajah makhluk itu hancur tak rata, satu lubang matanya kosong berwarna hitam dengan lidah panjang yang menjulur keluar dari mulut robeknya itu.

Dia hanya dapat menjerit kencang alih-alih lari sembunyi. Sekujur tubuhnya kaku dan tungkainya lemas seketika seiring hilangnya makhluk menyeramkan itu dari hadapannya, Nayeon lalu terjatuh tak berdaya di lantai. Jiwanya seolah ikut menghilang bersama makhluk tadi karena panggilan dari siapa pun tidak sampai ke alam sadarnya. Nayeon hanya bengong, sedikitpun tak memberontak bahkan ketika tubuhnya asal diseret Bobby.

“Nay, please,” rengek Seolhyun mulai sadar bahwa kechaosan yang terjadi di villa pada dini hari ini adalah awal dari kemunculan sang iblis.

“Lo temenin Nayeon,” kata Bobby membiarkan kedua gadis ini saling menjaga satu sama lain sementara dia bertugas menjaga teman-temannya yang masih belum kembali dari dimensi lain dengan keadaan mereka yang sudah berantakan sejak sepuluh menit lalu.

Bunyi benturan terus terdengar berasal dari pintu kamar di lantai atas seiring benda-benda keras di villa saling berjatuhan ke lantai. Hwasa merapatkan tubuh ke punggung Johnny yang sudah bersikap siaga sejak ia mendengar benturan keras. Walaupun seluruh tubuh Hwasa mengigil hebat  namun gadis itu tetap berupaya kuat dengan melawan ketakutannya sendiri.

“Arghhhh ....” Teriakan kedua tak lama kemudian menyusul lebih keras dari sebelumnya. Suara itu milik Seolhyun yang tahu-tahu tubuhnya telah berada di atas langit-langit villa menubruk lampu gantung yang kemudian jatuh dan nyaris akan menimpa Nayeon andaikan Bobby tidak dengan gesit menyelamatkannya. Padahal belum lama dia meninggalkannya.

Johnny terbelalak spontan lari berupaya menggapai tangan Seolhyun, tetapi iblis yang menguasainya berhasil mengakuisi dirinya. Seolhyun dilempar membabi buta bak boneka tak berguna ke segala sisi. Membenturkannya ke dinding hingga timbul bunyi retakan keras berasal dari tulang punggungnya, lalu dilempar ke arah meja dan menyebabkan meja dari kaca pecah dengan pecahannya menempeli kulit tangannya yang tak beralas.

Seolhyun merengek minta tolong pada siapa pun yang dapat menolongnya. Dia tak bisa menahan sakit sekujur tubuhnya yang remuk ini. Darah mengalir dari pelipisnya mengikuti uraian tangisan air mata si gadis yang meratapi teman-temannya penuh harap.

Upayanya memegangi kencang kaki kursi berhasil. Namun, biarpun iblis telah melepasnya kepalanya dalam sekejap dibentur vas bunga yang muncul entah sejak kapan dari atas kepalanya. Seolhyun spontan memekik histeris.

Benturan vas bunga menambah lebih pening kepalanya dan sebagian dari kesadarannya hampir akan hilang. Johnny merosot berhasil sampai ke tempatnya, refleks merengkuh tubuh lemah Seolhyun di atas pecahan vas bunga siksaan terakhirnya. Bertepatan dengan benda-benda di villa terlempar acak adul dan menyerang mereka semua yang berada di villa.

“Brengsek!” Scoups mengumpat sambil melindungi tubuh sang kekasih dari benda-benda yang berjatuhan di atas mereka.

Hwasa panik sendiri karena ia hanya tinggal seorang diri tanpa seseorang didekatnya sebagai backingan yang akan melindunginya kalau-kalau iblis itu giliran menganggunya. Sadar bahwa ada orang lain yang perlu diberi perlindungan dia kontan menunduk di atas badan Jisoo seraya menatap nanar Taeyong di samping kedua gadis ini dengan perasaan serba bersalah karena tidak bisa menjangkau dirinya untuk melindunginya juga.

Teriakan ketiga datang dari Johnny. Perlahan tubuhnya melayang di udara dengan leher pria itu tercekik oleh sesuatu yang tak bisa mereka lihat keberadaannya. Johnny mengap-mengap kesulitan napas dengan kedua kakinya memberontak, menendang udara yang tak ada apa-apa di situ.

Di sini ada setan | taesoo ft. 95L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang