Mark berdecak samar ketika panggilan ke delapannya tak kunjung di angkat si pacar, udah empat harian ini Mira memang agak susah di hubungin. Pas di telpon berkali-kali sama Mark sampai uring-uringan panik seharian diangkatnya cuma tiga atau empat kali dalam sehari, di chat apalagi, nanya kabar pagi di balas sorean. Parahnya bahkan bisa aja tengah malem baru balas 'iya, pagi juga Mark.' Itu sapaan pagi dibalas pagi di tengah malam, gak pake emot senyum pula.
Gak cuma sampai sana saja kekesalan Mark, setiap lagi kayak gini ada aja gangguannya. Yesha tiba-tiba ribet segala minta antar kesini, ke sana, kemana-mana, padahal biasanya kalau Mark nawarin tumpangan suka nggak mau.
Sebenarnya Mark gak mau berpikir yang aneh-aneh, tapi sikap Yesha setelah pulang dari Bandung itu agak konyol menurutnya terlebih ketika malam itu Yesha nangis karena ulah orang tuanya sendiri. Dikit-dikit minta tolong, dikit-dikit minta antar, dikit-dikit nangis, dikit-dikit nempel. Mark gak mau geer, tapi Yesha ini bikin dia negatif thinking.
Masa iya Yesha begini gara-gara suka Mark?
Kali ini ke sembilan kalinya Mark mencoba menelpon Mira, beruntung langsung di angkat.
"Hey? Kok baru angkat?" tanya Mark agak sewot, capek juga nahan kesel.
"Kan semalem aku bilang, Mamanya Yuli lagi mau ngadain syukuran tujuh bulanannya, jadi aku bakal jarang pegang hape." jawab Mira yang terdengar gak kalah sewot.
Mark berdecak, "Iya tau, seenggaknya ngerti--
"Mark, anterin dong ke rumah Tante gue, ada yang mau gue bawa. Dia juga buat brownies loh," ucap Yesha tiba-tiba datang dari dalam rumah---biasalah mereka lagi di tongkrongan-- memotong ucapan Mark.
Mark menoleh lalu melihat Yesha yang tersenyum manis juga tatapan memohonnya, cowok itu menghela nafas.
"Nanti aku telpon lagi ya," katanya sambil menutup sambungan telponnya dengan Mira, tanpa banyak bicara Mark beranjak masuk ke dalam untuk mengambil kunci mobilnya.
"Kemana?" tanya Haekal, kebetulan cuma ada cowok itu yang di tengah rumah sambil rebahan di sofa dan memainkan games di hapenya.
"Anterin Yesha" jawab Mark malas, setelahnya Haekal diam dan hanya memandangi punggung Mark yang sudah jalan keluar rumah dengan iba.
Jadi kasian lihat Mark, dari raut mukanya kayak yang capek banget. Haekal sebagai sepupu jelas paham yang di rasakan Mark, terlebih kedekatan mereka yang tak pernah pisah dari kecil, semua yang di lalui Mark jelas Haekal tau suka dukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Boyfriend: Love On Campus
Fanfiction[completed] Tentang Mira dengan segala kesederhanaannya dan tentang Mark yang slalu berusaha menjadi pacar yang sempurna. ft. Mark Lee, Mina Kang ©eipayow, 2020