Berubah

84 5 0
                                    

Ragini melihat ke arah Laks dan Shivin. Melihat Ragini menatap mereka berdua, Shivin dan Laks langsung bergegas menghampiri Ragini.

"Ada apa Ragini?" tanya Laks dan Shivin bersamaan lalu mereka saling melihat satu sama lain sebentar, tapi setelah itu mereka berdua kembali menatap Ragini.

"Laks bukankah kau tadi bilang kau akan bekerja, tapi kenapa kau masih disini," kata Ragini.

"Iya aku memang mengatakan itu tadi pagi. Tapi sekarang aku tak mungkin berangkat bekerja dan meninggalkanmu bersama dengan pria yang ada disebelahku ini," kata Laks.

"Aku ini punya nama, jadi kau harus panggil aku dengan namaku," kata Shivin kesal.

"Terserah aku dong. Aku kan yang bicara," kata Laks.

"Sudah cukup. Laks sekarang kau pergi ke kantormu dan jangan banyak alasan," tegas Ragini.

"Baiklah. Tapi jika Shivin menyakitimu, katakan saja padaku. Aku langsung menghajarnya," kata Laks.

"Sudah jangan banyak bicara kau Laks. Cepat kau pergi sekarang," usir Shivin.

Laks pergi dari sana walaupun dia terpaksa pergi karena Ragini yang menyuruhnya. Shivin lalu menyuruh Ragini dan Ragini kemudian berdiri. Shivin langsung memeluk Ragini dengan erat karena dia sangat merindukan Ragini.

"Shivin lepaskan aku sekarang juga," tegas Ragini dengan berusaha melepaskan pelukan Shivin.

"Sayang aku sudah lama sekali tak memelukmu dan aku juga sangat merindukanmu. Biarkan aku memeluk mu lebih lama lagi," kata Shivin.

"Shivin lepaskan aku," bentak Ragini membuat Shivin melepaskan pelukan.

"Sayang apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau seperti nya marah padaku? Apa kesalahan yang ku perbuat padamu Ragini?" tanya Shivin.

"Kau sudah meragukan cintaku padamu. Apa kau kira aku benar-benar mencintai Laks karena sikapku itu. Aku kecewa padamu dan aku juga marah padamu. Kau dan Laks itu sama saja," kata Ragini.

"Ragini aku minta maaf, tapi sikapmu itu membuatku merasa kalau kau mencintainya. Tolong maafkan aku dan tolong jangan samakan diriku dengan pria brengsek itu yang telah membuatmu menderita," kata Shivin.

"Shivin pria yang kau sebut brengsek itu adalah suamiku dan juga temanmu dan dia juga punya nama yaitu Laks. Aku tak mau mendengar kanmu memanggilnya dengan sebutan itu dan panggilah dengan namanya. Sekarang perlakuan Laks sudah berubah dan dia sekarang sangat baik padaku. Mulai dari hari ini aku akan belajar untuk mencintainya dan hubungan kita sampai disini saja Shivin," kata Ragini.

"Tidak bisa Ragini. Aku tidak mau kau mengakhiri hubungan kita. Aku mohon berikan aku kesempatan kedua dan aku tak akan pernah meragukan cintamu lagi. Aku mohon Ragini," kata Shivin.

"Tidak. Aku ingin memulai hidupku yang baru dengan belajar mencintai Laks karena dia sebenarnya orang yang baik. Aku juga akan berusaha untuk melupakanmu," tegas Ragini.

"Jika kau melakukan itu, lebih baik aku mati saja," kata Shivin mengambil pistol yang ada dibalik jasnya dan menodongkan senjata itu ke kepalanya sendiri.

"Shivin apa kau sudah gila? Aku mohon jangan lakukan itu," kata Ragini.

"Tidak Ragini. Jika aku tak bisa memilikimu lebih baik aku mati daripada melihat mu dengan pria lain. Aku akan buktikan padamu kalau cintaku hanya untuk dirimu sampai nafas terakhirku," kata Shivin.

"Ayo cepat buktikan," kata Ragini yang mengira kalau Shivin mengancamnya saja.

"Selamat tinggal Ragini," kata Shivin menutup matanya.

DORR

Shivin benar-benar menembak dirinya, tapi untung saja Ragini segera mengarahkan pistol itu ke atas. Shivin membuka matanya lalu melihat dirinya masih bernafas dan baik-baik saja. Ragini mengambil pistol itu dari Shivin lalu melemparnya ke lantai.

PLAKK PLAKK

Ragini menampar Shivin 2 kali dan kemudian Ragini memeluk Shivin. Shivin membalas pelukan Ragini. Ragini sebenarnya masih mencintai Shivin dan dia tak mau kehilangan. Shivin sangat senang karena tau Ragini masih sangat mencintainya dengan tindakannya tadi. Para karyawan bergegas pergi ke ruangan Ragini karena tadi mereka mendengar tembakan. Ragini dan Shivin melepaskan pelukan mereka. Tak beberapa setelah itu para karyawan sampai di ruangan Ragini dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

"Apa Ibu baik-baik saja?" tanya salah satu karyawan.

"Iya aku baik-baik saja," kata Ragini.

"Tapi kami dengar tadi ada suara tembakan dari ruangan Ibu. Apa ibu benar-benar baik-baik saja,"kata salah satu karyawan.

"Aku benar-benar baik-baik saja. Mungkin kalian salah dengar, sekarang kalian pergi dari sini dan lanjutkan pekerjaan kalian," kata Ragini.

"Baik Bu," kata para Karyawan bersamaan lalu mereka pergi.

"Shivin apa kau memang sudah benar-benar gila. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu? Aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri," kata Ragini.

"Iya aku memang sudah gila karena mencintai dirimu. Tapi tolong maafkan aku dan bukankah kau tadi yang menyuruhku untuk membuktikan apa yang ku katakan," kata Shivin.

"Baiklah. Aku memaafkanmu dengan satu syarat yaitu kau tak boleh mengulangi itu lagi dan aku tak mau melihatmu membawa pistol lagi," kata Ragini.

"Baiklah sayang. Aku akan melakukan nya untukmu dan sekarang ambilah pistol ini. Simpanlah pistol ini ditempat yang kau mau," kata Shivin mengambil pistol itu lalu memberikannya pada Ragini.

"Iya aku akan menyimpannya," kata Ragini mengambil pistol itu dari Shivin.

"Oh iya sayang. Aku punya kabar gembira karena orang tuaku akan segera pulang ke rumah," kata Shivin.

"Itu kabar buruk Shivin," kata Ragini.

"Apa maksudmu sayang dan kenapa kau mengatakan itu?" tanya Shivin bingung.

"Kau tau kan bagaimana sikap Ayahmu jika mengetahui aku sudah menikah. Dia pasti akan berbuat sesuatu padaku. Kau juga tau kalau Ayahmu akan melakukan apapun demi kebahagiaan dirimu Shivin. Sekarang entah bagaimana kita menghadapinya. Aku takut dia akan menyakiti keluarga ku," kata Ragini khawatir.

"Sayang kau tenang saja. Aku belum mengatakan pada Ayah bahwa kau sudah menikah, jadi kau tenang saja. Aku juga akan berusaha untuk menyembunyikan hal itu dari Ayahku," kata Shivin.

"Tapi suatu hari pasti Ayahmu akan tau. Apa lebih baik kita jujur saja," kata Ragini.

"Tidak Ragini. Kau tenang saja, biar aku yang mengatasi itu," kata Shivin.

"Tapi Shivin.......," kata Ragini terpotong.

"Ragini percayakan semuanya padaku. Sekarang kau lanjutkan pekerjaan mu. Aku akan pergi sekarang untuk mengurus itu," kata Shivin.

"Baiklah," kata Ragini.

Shivin lalu pergi dari sana. Ragini masih khawatir karena Ayahnya Shivin akan menyakiti orang yang menyakiti putranya. Ragini takut kalau Ayahnya Shivin menyakiti keluarga nya.

Tum Ho Mera Pyaar [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang