Seperti biasa, Vino pulang tengah malam. Syifa yang sedang tidur, sontak terbangun mendengar suara tarikan pintu. Sungguh, tidur dengan rasa khawatir itu tidak enak.
Syifa langsung turun dari kasur dan mendekati Suaminya.
"Mas, mau Syifa bikinin teh hangat?" tanya Syifa.
"Enggak, makasih." jawab Vino datar.
"Emm- Mas mau langsung tidur atau Syifa bik-"
"Diem napa, sih! Bawel banget!" bentak Vino.
Syifa menunduk.
"Kamu tidur diluar, saya mau tidur sendiri." titah Vino seraya membaringkan tubuhnya di kasur.
"Tapi kalo nanti Ari bangun gimana Mas?" tanya Syifa.
"Biar saya yang urus, keluar!" bentak Vino.
Syifa keluar dari kamarnya dan berjalan pelan menuju ruang tamu. Sebenarnya ada empat kamar dirumah ini, tapi karena Vino menyuruh Syifa tidur diluar, maka Syifa harus tidur diluar.
Keesokan paginya, Syifa terbangun karena jatuh dari sofa.
"Awh!" ucap Syifa seraya mengelus keningnya yang terantuk lantai.
Ia melirik ke jam yang ada di dinding.
"Masih jam empat pagi, belum masuk waktu subuh." ujar Syifa bangkit dari duduknya menuju kamar mandi.
Syifa pun memulai rutinitas paginya. Hingga pukul tujuh pagi, Vino bangun dari tidurnya.
Setelah selesai mandi, Vino langsung turun dari kamar menuju ruang makan.
"Eh, Mas. Udah bangun." sapa Syifa yang tak di jawab oleh Vino.
"Makan, Mas. Syifa udah masakin nasi goreng untuk Mas." ujar Syifa tersenyum kecut.
"Gak usah, saya makan roti aja, saya buru - buru." ujar Vino seraya memakan roti yang sudah tersedia di meja.
Syifa menghela nafas.
"Mas, nanti siang, Syifa boleh gak pergi ke pasar? Bahan masakan kita udah mau habis." ujar Syifa.
"Oke, tapi di temenin sama Bodyguard."
"Enggak usah, Mas. Syifa bisa sendiri. Syifa janji gak akan kemana - mana selain ke pasar."
"Apa jaminannya?" tanya Vino menatap mata Syifa.
"Ja-jaminan?"
"Kalo misalkan kamu ketahuan pergi ketempat lain gimana?"
"Syifa janji, Mas."
"Kita liat aja nanti."
Siang harinya, Syifa pun berangkat ke pasar. Syifa tidak membawa Ari karena repot dan cuacanya sedang panas. Ia menitipkan anaknya pada Bi indah, asisten rumah tangganya.
Setelah selesai berbelanja, Syifa langsung pulang ke rumahnya seperti janjinya pada Vino. Ia menunggu bis di halte. Syifa duduk di halte bis sambil meminum minuman dingin.
Saat sedang santay, seseorang mendekati Syifa. Syifa melirik ke orang tersebut. Wajah yang familiar.
"Assalamu'alaikum, Syifa." ucap orang tadi.
"Wa'alaikumsalam. Kamu siapa ya?" tanya Syifa.
"Kamu gak inget sama aku? Aku Iqbal, temen SMP kamu dulu, padahal dulu kita satu kelompok loh." ujarnya.
"Ooh Iya, Masya Allah, aku lupa maaf ya?" ujar Syifa menepuk keningnya."Kamu apa kabar?" tanya Iqbal.
"Alhamdulillah, baik. Kamu?"
"Sehat wal'afiat." jawab Iqbal tersenyum manis.
"Eh gimana - gimana? Kamu udah nikah belom?" tanya Iqbal.
Syifa mengangguk.
"Sama dong, udah punya anak?" tanyanya lagi.
"Udah, satu." jawab Syifa seraya tersenyum.
"Waah, bahagia banget pasti kamu ya, udah nikah langsung punya anak, lah saya belom."
Syifa tersenyum kecut.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada yang memperhatikan mereka berdua.
Di tempat lain, Vino sedang sibuk berkutat dengan laptopnya.
Tok.. Tok.. Tok
"Masuk." ucap Vino.
"Permisi, Pak. Saya mau melaporkan tentang Bu Syifa." ujar Bodyguard yang sedari tadi mengikuti Syifa.
"Apa?" tanya Vino.
"Saya melihat Bu Syifa mengobrol dengan seorang pria di halte bis." ujarnya.
"Kamu jangan mengada - ngada,"
"Saya juga memfotonya, Pak." ujar Bodyguard seraya menunjukan foto yang ada di ponselnya.
"Perempuan sialan!" teriak Vino menutup laptopnya dan pergi keluar ruangan.
Dengan cepat, Vino menyetir mobilnya menuju rumahnya. Sesampainya dirumah, Vino langsung mengelilingi rumah mencari Syifa.
"Dimana Syifa?!" tanya Vino pada Bi Indah yang sedang menggendong Ari.
"Dia belum pulang dari pasar, Pak." ujar Bi Indah ketakutan.Vino berdecak kesal dan pergi menuju kamarnya.
Lima belas menit kemudian, Syifa kembali dengan membawa belanjaan.
"Assalamu'alaikum, Bi!" ucap Syifa seraya menaruh belanjaannya di atas meja tamu. Ia membuka Sepatunya dan meletakkannya di rak.Syifa mendengar suara langkah kaki dari sepatu seseorang. Syifa melirik ke sumber suara yang ternyata adalah Suaminya.
"Eh, Mas udah pulang." tegur Syifa tersenyum.
"Ikut saya!" ucap Vino seraya menarik tangan Syifa dan membawanya menuju kamar.
Saat berada didalam kamar, Vino menguncinya.
"Ada apa, Mas?" tanya Syifa mulai takut.
"Kamu ngapain berduaan sama laki - laki itu?" tanya Vino mendekati Syifa.
"Syifa, gak berduaan. Mas tau dari mana?" tanya Syifa panik.
Vino emosi dan langsung mencekik dan mendorong Syifa hingga tersentak ke dinding.
Syifa meringis dan menangis kesakitan.
"Saya tanya kamu ngapain sama dia?" tanya Vino lagi.
"Sumpah demi Allah!, Syifa gak ngapa - ngapain, Mas. Syifa cuma ngobrol." ujar Syifa gemeteran.
"Kamu sudah janji sama saya gak akan pergi ketempat lain, tapi kenapa kamu malah selingkuh?!" bentak Vino.
"Syifa enggak selingkuh, Mas. Gak akan." ujar Syifa. Syifa sudah mulai kesulitan bernafas karena cengkraman Vino makin kuat.
"Arrghh!!" Vino mendorong Syifa hingga terlempar ke lantai.
Syifa terisak - isak ketakutan. Namun, Vino tetap tega menyiksanya. Vino menampar Syifa, hingga pipi mulusnya memerah. Ia mencengkram dagu Syifa kuat.
"Dengar ya, sekali lagi kamu bikin saya marah, saya gak akan segan - segan untuk membunuh kamu!" ujar Vino.
Vino keluar dari kamar, meninggalkan Syifa dengan tangis yang makin menjadi. Syifa tau ini pasti akan terjadi kalo Syifa membuat kesalahan. Mental dan fisik Syifa sudah berkali - kali disakiti oleh Vino.
Syifa hanya bisa berdo'a dan bersabar, biar Allah membalas atau merubah sifat Vino.Konflik already started!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]
Jugendliteratur"Saya mohon, satu hari aja, jangan buat masalah!" pinta Ian. "Emang gue pernah buat masalah?" Tissa yang biasanya hidup bebas, kini harus terkekang dengan aturan pesantren. Ditambah lagi dengan pengawal amatiran yang diperintahkan untuk mengawasi...