"Kamu berani banget, ya? Kamu tau gak, sih, Ian itu siapa? Santri baru seperti kamu kelakuannya udah kayak preman. Kamu gak diajarin sopan santun di sekolahmu yang dulu? Kamu itu perempuan, jaga sikap kamu. Kasihan orang tua kamu, pasti malu kalau tau sikap anak perempuannya seperti ini!" Panjang lebar Ustadzah memarahi Tissa. Sesekali menyindirnya. Wanita muda itu yang juga lulusan pesantren ini dengan tegas memperingatkan.
Pada akhirnya Tissa dihukum dengan membersihkan seluruh halaman pesantren selama seminggu setiap paginya. Di tanah yang becek itu, ia menyapu dengan perlahan. Daun-daun yang tertimbun tanah juga ia sisihkan. Jika ditanya apakah dirinya ikhlas melakukan ini? Tentu tidak. Padahal tadi pagi terasa damai sekali, tapi naas saja baginya bertemu manusia pembawa sial itu.
Di ujung taman tempat Tissa menyapu terlihat ada beberapa santriwati yang tengah berkerumun, sekitar empat orang. Mereka sepertinya tengah membicarakan sesuatu, namun mata mereka tak bisa lepas dari Tissa. Ia yang awalnya tak menggubris, lama-lama risih juga. Santriwati-santriwati itu tertawa kencang sekali.
Inisiatif, Tissa menghampiri mereka. Mereka yang dihampiri pun gelagapan. Tissa semakin menaruh curiga. "Halo, kalian lagi pada bahas apa? Kayaknya seru banget?"
Satu santriwati yang terlihat lebih percaya diri dari yang lain membuka suara."Kami lagi bahas kamu, kamu kan lagi jadi trending topic sekarang." jawabnya dengan nada angkuh. Terasa bahwa dialah biang pergibahan ini.
Tissa menyunggingkan senyum. "Oh, sekarang gue lagi jadi artis ternyata. Seneng, deh, bisa ketemu fans." ucap Tissa melambaikannya tangannya. Raut wajah lawan bicaranya langsung berubah kesal. "Ternyata benar, ya? Dia ini orang yang gak punya malu." ujarnya tak mau kalah.
"Iyakah, Maniez? Cuma itu hal buruk yang lo denger tentang gue? Gak ada yang lebih "wah!" gitu? Kali aja ada yang bikin gue takjub." Tissa terus mengolok-olok.
"Banyak yang bilang kalau kamu itu caper dan kegatelan sama Kak Ian, dasar murahan, segitunya banget nyari jodoh di tempat begini. Kalau mau ngerusak jangan di sini, di luar masih banyak laki-laki nakal yang mau sama perempuan kayak kamu!" Santriwati tadi berhasil membuat Tissa menjadi pitam.
"Ogah banget gue, anjing! Lo kira gue mau sama banci satu itu? Mending gue sama Lee Jong Suk. Dan lo bilang apa tadi? Gue caper? Kegatelan? Sama, tuh, orang? Najis banget, anjir! Lo kira selera gue rendahan begitu kayak lo-lo pada? Ambil, sis, ambil. Kalau mau rebutan, jangan libatkan gue. Gue tau lo semua demen sama dia. Dengan lo gibahin gue, keliatan siapa yang sebenarnya cewek murahan. Ngebela-belain orang yang orangnya sendiri gak pernah ngelirik lo!"
Mereka semua terperangah. Apalagi santriwati yang beradu mulut dengan Tissa. Matanya sontak berkaca-kaca. Seolah-olah ucapan Tissa berhasil menusuk relung hatinya. Kehabisan kata-kata, ia malah mendorong Tissa hingga tersungkur ke belakang.
Tissa terpaku sesaat kemudian bangkit dan membalas perbuatan santriwati itu. Perkelahian semakin intens. Dari awalnya hanya saling mendorong, semakin geram, Tissa mulai melayangkan pukulan. Tak disangka lawannya juga membalas. Di antara mereka tidak ada yang berani melerai. Takut terkena imbasnya juga. Karena bingung, satu di antara mereka memilih untuk memanggil pengurus pesantren.
Di saat emosi semakin memuncak, Tissa menarik hijab santriwati itu dan melemparnya. Sontak, pemilik hijab memegang kepalanya. Karena sudah kalap, Tissa lanjut mencekiknya. Lawannya menggeliat minta dilepaskan. Bukannya dilepas, Tissa memberinya cacian dan makian. Santriwati itu sudah menangis sesenggukan.
"Hey! Hey!!" Ian yang menerima laporan dari santriwati yang sebelumnya menyaksikan pertarungan hebat itu menghampiri mereka. Refleks Ian menarik Tissa dari santriwati yang bahkan sudah sampai meminta tolong karena kesulitan bernapas. Cengkraman Tissa terlepas. Tubuh lawannya terkulai lemas. Namun bukannya berhenti, Tissa malah lanjut memukul Ian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]
Novela Juvenil"Saya mohon, satu hari aja, jangan buat masalah!" pinta Ian. "Emang gue pernah buat masalah?" Tissa yang biasanya hidup bebas, kini harus terkekang dengan aturan pesantren. Ditambah lagi dengan pengawal amatiran yang diperintahkan untuk mengawasi...