"Mas mau ngapain?!" tanya Tissa mendekat.
"Gak ngapa - ngapain." jawab Ian membuang rokoknya kebelakang.
"Mas Vino merokok lagi?" tanya Syifa memelas kecewa.
"Hmm, maaf."
"Kan Mas udah janji."
"Mas gak pernah janji ya, Mas bilang Insya Allah." ujar Vino.
Syifa menatap Vino kecewa.
"Tissa gak nyangka Mas Ian merokok, Mas Ian dikantor emang merokok?" tanya Tissa.
"Iya sempet merokok, tapi udah berhenti." ujar Ian.
"Ihh!"
"Maaf, Mas khilaf." ucap Ian.
"Awas aja kalo Tissa liat Mas merokok lagi, Tissa gak bakalan izinin Mas nyentuh Aileen!"
"Jangan dong, iya Mas janji." ujar Ian.
"Laki - laki yang di pegang itu ucapannya ya Mas, awas aja kalo ingkar!"
Tissa menatap kesal kedua pria yang masih terlihat santai setelah dimarahi, seperti tak ada rasa bersalah.
"Kalian berdua beresin semua ini, kita mau pulang." titah Tissa.
"Eh gak usah, gak boleh gitu Tissa, itu tugas kita."
"Biarin, biar kapok."
"Ini banyak loh Tiss, bantuin kek." ujar Ian. Vino hanya diam dan langsung membereskan tempat mereka tanpa protes.
"Bodo amat. Yuk Syif, kita langsung ke mobil." ajak Tissa seraya menggendong Aileen.
"I - iya, Ayuk." Jawab Syifa.
Setelah membereskan tempat mereka, Vino dan Ian duduk sebentar seraya meminum air mineral.
"Lu sih Bro, jadi marahkan bini gue." ujar Ian.
"Istri saya juga marah." sahut Vino.
"Syifa setidaknya gak ngomel."
"Tapi marah dalam diam itu pasti kecewanya luar biasa." ujar Vino.
"Iya juga sih."
Tiit..
Suara klakson dari mobil yang dinaiki Tissa berbunyi melengking.
"Woy! Buruan! Malah nggosip disitu." teriak Tissa.
Ian melirik kesal ke arah Tissa.
"Sabar atuh, neng." ujar Ian.
Ian dan Vino beranjak dari tempatnya dan langsung masuk ke mobil masing - masing. Mereka pun pulang ke rumah mereka.
Hari ini adalah hari yang bahagia untuk dua keluarga kecil ini. Tapi sayang ini adalah pertama dan terakhir kalinya Tissa dan Syifa berliburan bersama.
Karena keesokan paginya Ian ditugaskan untuk keluar kota karena cabang baru perusahaannya akan dibuka, otomatis mereka harus pindah kesana. Lebih tepatnya ke surabaya. Cukup jauh dari tempat tinggal mereka yang sekarang.
Saat hendak berpisah, Syifa tak hentinya menangis. Bahkan Ia berkali - kali memeluk sahabatnya yang hendak pergi itu.
Tissa meyakinkan Syifa bahwa mereka akan bertemu lagi, walau tak tau kapan.
Terima kasih karena setia membaca cerita ini sampai tamat, walaupun penulisannya masih banyak kesalahan.Terima kasih kepada Allah swt. karena sudah melancarkan pembuatan cerita ini. Alhamdulillah.
Sekali lagi, terima kasih.
Bye - bye, jumpa lagi di story berikutnya yaa!❤ ❤ ❤
🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]
Teen Fiction"Saya mohon, satu hari aja, jangan buat masalah!" pinta Ian. "Emang gue pernah buat masalah?" Tissa yang biasanya hidup bebas, kini harus terkekang dengan aturan pesantren. Ditambah lagi dengan pengawal amatiran yang diperintahkan untuk mengawasi...