Tak terasa
Akhir semester telah tiba. Sebentar lagi para santri dan santriwan kelas 12 akan lulus. Ujian pun dilaksanakan. Banyak santri dan santriwan yang fokus belajar, hingga berjam - jam lamanya. Tak terkecuali Tissa, yang biasanya malas dalam belajar, kini ketularan dengan santri dan santriwan yang lain. Ujian terus berlangsung selama seminggu lebih. Usaha mereka untuk mendapatkan nilai terbaik In sya Allah akan tercapai.
"Ah, capek!" ucap Tissa setelah selesai mengerjakan ujian terakhirnya.
"Yang ujiannya sudah selesai, silahkan hantar kedepan." titah Ustadz yang mengawas.
Tissa pun dengan cepat maju kedepan untuk meletakan kertas jawabannya, agar bisa cepat keluar dari dalam kelas.
"Alhamdulillah selesai semua, sudah beres, tamat, yes!" ucap Tissa saat keluar dari kelas.
Karena santriwan yang lain masih ada yang belum selesai, Tissa memutuskan untuk pergi ke kantin.
Saat diperjalanan menuju kantin, Tissa menginjak selembar kertas. Tissa mengambil kertas itu dan membacanya.
"Nama: Alian Hanafi
Jurusan bla bla bla
Tugas skripsi bla bla bla
Alian siapa?" ucap Tissa bertanya - tanya.'Kalo dilihat - lihat ini lembar tugas, penting nih pasti' batin Tissa.
"Alian, Ali, Ian, Eh?"
Tiss melihat kembali ke kertas itu.
"Apa ini punya Kak Ian ya? Dia kan anak kuliahan." pikir Tissa.
Tissa pun berjalan menuju rumah Umi untuk mengembalikan kertas milik Ian.
"Assalamu'alaikum, Umi." ucap Tissa seraya mengetuk pintu.
"Wa'alaikumsalam, buka aja Nak." jawab Umi dari dalam rumah.
Tissa membuka pintu dan langsung masuk seraya mengucap salam. Tissa melihat Umi sedang mencuci piring di dapur.
"Ada apa, Nak?" tanya Umi.
"Kak Ian mana, Mi?" tanya Tissa.
"Ian baru aja berangkat kuliah, kenapa?" jawab Umi.
"Hah? Naik apa Mi?" tanya Tissa.
"Mobil." jawab Umi singkat.
"Yaudah Umi, Tissa mau ngejar Kak Ian dulu, Assalamua'laikum." ucap Tissa seraya menyalam Uminya.
"Wa'alaikumsalam." jawab Umi keheranan.
Tissa berjalan cepat menuju gerbang pesantren. Beruntung, Tissa melihat Ian sedang mengelap kaca mobilnya.
"Kak Ian!" teriak Tissa sambil berlari mendekati Ian.
"Astagfirullah, Ada apa kamu lari - lari begitu?" tanya Ian.
"Ini heh.. surat eh.. kertas heh.." ucap Tissa masih ngos - ngosan.
"Ngomong yang bener." ucap Ian.
Tissa menghela nafas.
"Ini Tissa tadi dapet kertas dijalan, trus ada namanya Alian Hanafi, itu nama Kakak?" ujar Tissa seraya memberikan kertasnya.
Ian menerima kertas itu dan membacanya.
"Iya bener, ini punya saya." jawab Ian.
"Alhamdulillah deh, kalo emang bener." ucap Tissa.
"Makasih." ucap Ian
Tissa mengangguk.
"Tapi emang bener nama Kakak Alien? Eh maksudnya Alian?" tanya Tissa.
"Iya, kenapa?" tanya Ian.
"Enggak apa - apa, namanya ganteng, sama kayak orangnya." ujar Tissa seraya tersenyum.
Ian menaikkan alisnya.
"Tapi bo'ong, canda bo'ong" lanjut Tissa terkekeh
"Kamu sehat?" tanya Ian.
"Sehat sih sehat, cuma kurang vitamin." jawab Tissa seraya cengar cengir.
"Hm, Yaudah ,saya udah telat, saya mau berangkat dulu. Assalamu'alaikum." ucap Ian.
"Wa'alaikumsalam, ganteng." jawab Tissa seraya menaik - naikan kedua alisnya.
"Stres." ucap Ian pelan seraya memasuki mobilnya.
Tin..tin..
Ian membunyikan klakson mobilnya, tanda menyapa.
Tissa membalasnya dengan memberikan kiss bye pada Ian.
Deg.
"Astagfirullah." ucap Ian mengalihkan pandangannya.
Ian menjalankan mobilnya.
"Biarin aja dia baper, dikira cuma cowok doang yang bisa ngebaperin." ucap Tissa seraya terkekeh.
Tissa kembali menuju kelasnya. Saat perjalanan menuju kelas, Tissa melihat Syifa yang sedang membawa buku yang sangat banyak.
"Assalamu'alaikum Syifa, sini aku bantuin." ucap Tissa seraya mengambil beberapa buku yang sedang Syifa bawa.
"Eh, wa'alaikumsalam, makasih ya." ujar Syifa.
"Mau dibawa kemana?" tanya Tissa seraya berjalan.
"Ke perpustakaan." jawab Syifa.
"Ooh, okay."
Saat sampai di perpustakaan, Tissa melihat Reza sedang menyusun buku.
"Assalamu'alaikum Reza, ini buku - bukunya." ucap Syifa."Wa'alaikumsalam, taro aja di meja." jawab Reza tanpa menghadap Syifa dan Tissa.
"Mau aku bantuin?" tanya Syifa.
"Boleh." jawab Reza seraya turun dari kursi yang menjadi tumpuan.
"Eh, ada Tissa, kok gak ada suaranya?" tanya Reza.
"Lagi ngunyah." jawab Tissa.
"Ooh." ucap Reza.
"Yaudah Syif, buku kimia sama fisika ditaro dirak kiri ya, kalo matematika dikanan atas." titah Reza.
"Okeh." Syifa langsung mengangkat buku - buku dan menyusunya.
"Aku bisa bantu gak?" tanya Tissa.
"Hmm, kamu bisa nyatet berapa buku yang dimasukin didalam rak." ucap Reza.
"Okey." jawab Tissa.
Setelah pekerjaan mereka selesai, mereka pun duduk sebentar di sofa perpustakaan.
"Ah, capek!" ujar Tissa.
"Segitu aja udah capek, padahal cuma nyatet doang." sahut Reza.
Tissa terkekeh.
"Yaudah kita balik ke kamar asrama yuk, Tiss!" ajak Syifa. Syifa memang tidak betah bila berlama - lama bergaul dengan laki - laki.
"Yuk, kami balik dulu ya Za, Assalamu'alaikum." ucap Tissa.
"Wa'alaikumsalam." jawab Reza.
Saat Tissa hendak keluar menyusul Syifa, Reza mencegatnya.
"Tiss," ucap Reza.
"Ada apa, Za?" tanya Tissa.
"Ambil ini." jawab Reza seraya memberikan amplop.
"Apa ini? Gaji?" tanya Tissa.
"Buka pas kamu lagi sendiri." titah Reza.
"Onge." jawab Tissa.
Thanks for reading..
Don't be a silent readers!
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]
Novela Juvenil"Saya mohon, satu hari aja, jangan buat masalah!" pinta Ian. "Emang gue pernah buat masalah?" Tissa yang biasanya hidup bebas, kini harus terkekang dengan aturan pesantren. Ditambah lagi dengan pengawal amatiran yang diperintahkan untuk mengawasi...